Sukses

Anies Sebut Pribumi di Pidatonya, Ini Respons Kemendagri

Pidato politik Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menyedot perhatian publik dan menjadi perbincangan.

Liputan6.com, Jakarta - Pidato politik Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menyedot perhatian publik dan menjadi perbincangan. Pasalnya, Anies menyelipkan kata 'Pribumi' dalam pidatonya tersebut.

Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Sumarsono mengatakan, sudah ada aturan yang mengatur larangan pejabat negara dan juga warga negara Indonesia menggunakan istilah tersebut.

"Warga negara dan pejabat tidak boleh pakai 'pribumi'," kata Sumarsono dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (17/10/2017).

Aturan tersebut tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program, Ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintah.

Pertimbangan Inpres tersebut dikeluarkan adalah untuk persamaan hak secara hukum dan kehidupan sosial.

"Menimbang: bahwa untuk lebih meningkatkan perwujudan persamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan, persamaan hak atas pekerjaan dan penghidupan, hak dan kewajiban warga negara, dan perlindungan hak asasi manusia, serta lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dipandang perlu memberi arahan bagi upaya pelaksanaannya," bunyi pertimbangan Inpres tersebut.

Ada lima poin dalam instruksi yang dikeluarkan Presiden ke-3 RI BJ Habibie tersebut, yaitu:

Pertama, "Menghentikan penggunaan istilah pribumi dan Non pribumi dalam semua perumusan dan penyelenggaraan kebijakan, perencanaan program, ataupun pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan."

Kedua, "Memberikan perlakuan dan layanan yang sama kepada seluruh warga negara Indonesia dalam penyelenggaraan layanan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan, dan meniadakan pembedaan dalam segala bentuk, sifat serta tingkatan kepada warga negara Indonesia baik atas dasar suku, agama, ras maupun asal-usul dalam penyelenggaraan layanan tersebut."

Ketiga, "Meninjau kembali dan menyesuaikan seluruh peraturan perundang-undangan, kebijakan, program, dan kegiatan yang selama ini telah ditetapkan dan dilaksanakan, termasuk antara lain dalam pemberian layanan perizinan usaha, keuangan/perbankan, kependudukan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja dan penentuan gaji atau penghasilan dan hak-hak pekerja lainnya, sesuai dengan Instruksi Presiden ini."

Keempat, "Para Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II melakukan pembinaan dalam sektor dan wilayah masing-masing terhadap pelaksanaan Instruksi Presiden ini dikalangan dunia usaha dan masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan atas dasar perizinan yang diberikan atas dasar kewenangan yang dimilikinya."

Kelima, "Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan mengkoordinasi pelaksanaan instruksi ini di kalangan para Menteri dan pejabat-pejabat lainnya yang disebut dalam Instruksi Presiden ini. Instruksi Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal dikeluarkan."

"Tidak hanya Pak Anies, semua pejabat negara dan kita warga bangsa, hindari pakai istilah 'pribumi'," kata Sumarsono.

Pengaturan mengenai istilah 'pribumi' pun tertuang dalam Undang-Undang 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Pada pidato semalam, Anies Baswedan menyebut Jakarta merupakan sedikit tempat di Indonesia yang merasakan penjajahan selama berabad-abad.

"Rakyat pribumi ditindas dan dikalahkan oleh kolonialisme. Kini setelah merdeka, saatnya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri," ujar dia.

Anies menambahkan, pihaknya akan melanjutkan kebaikan yang telah diletakkan para pemimpin Jakarta sebelumnya.

"Jakarta adalah Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka selayaknya ia menjadi cermin dan etalase dari semangat NKRI, semangat Pancasila dan semangat tegaknya konstitusi," terang Anies.

Anies Baswedan memastikan akan menjadi Gubernur untuk semua lapisan masyarakat di Jakarta, baik itu yang memilihnya maupun yang tidak memilihnya saat Pilkada 2017.

"Kita ingin Jakarta yang berkeadilan, kita ingin Jakarta milik semua. Jakarta bukan milik sekelompok orang, bukan milik mereka yang punya uang saja tapi juga milik mereka yang ingin ke sini untuk mendapatkan kesejahteraan. Jakarta harus menjadi kota buat semuanya," ujar Anies.

Anies juga mengaku tidak sabar untuk bekerja dan menjalani tugas sebagai DKI 1. Anies mengaku bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno akan segera merealisasikan janji-janji saat kampanye.

 

2 dari 2 halaman

Pidato Lengkap

Berikut isi pidato lengkap Gubernur DKI Anies Baswedan:

Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahi rabbil alamin. Washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya iwal mursalin wa'ala alihi wasohbihi aj ma'in. Amma ba'du.

Saudara-saudara semua warga Jakarta.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera. Om swastiastu. Namo buddhaya.

Saudara-saudara semua, hari ini satu lembar baru kembali terbuka dalam perjalanan panjang Jakarta. Ketika niat yang lurus, ikhtiar gotong-royong dalam makna yang sesungguhnya, didukung dengan doa-doa yang kita terus bersama panjatkan, maka pertolongan dan ketetapan Allah SWT itu telah datang.

Tidak ada yang bisa menghalangi apa yang telah ditetapkan oleh-Nya, dan tidak ada pula yang bisa mewujudkan apa yang ditolak oleh-Nya. Warga Jakarta telah bersuara dan terpaut dengan satu rasa yang sama: Keadilan bagi semua. Mari kita terus panjatkan syukur dan doa keselamatan kepada Allah SWT, Yang Maha Menolong dan Maha Melindungi.

Hari ini sebuah amanat besar telah diletakkan di pundak kami berdua. Sebuah amanat yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Hari ini adalah penanda awal perjuangan dalam menghadirkan kebaikan dan keadilan yang diharapkan seluruh Rakyat Jakarta, yaitu kemajuan Ibu Kota tercinta dan kebahagiaan seluruh warganya.

Hari ini, saya dan Bang Sandi dilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur bukan bagi para pemilih kami saja, tapi bagi seluruh warga Jakarta. Kini saatnya bergandengan sebagai sesama saudara dalam satu rumah untuk memajukan kota Jakarta.

"Holong manjalak holong, holong manjalak domu," demikian sebuah pepatah Batak mengungkapkan. Kasih sayang akan mencari kasih sayang, kasih sayang akan menciptakan persatuan. Ikatan yang sempat tercerai, mari kita ikat kembali. Energi yang sempat terbelah, mari kita satukan kembali.

Jakarta adalah tempat yang dipenuhi oleh sejarah. Setiap titik Jakarta menyimpanlapisan kisah sejarah yang dilalui selama ribuan tahun. Jakarta tidak dibangun baru-baru saja dari lahan hampa. Sejak era Sunda Kalapa, Jayakarta, Batavia hingga kini, Jakarta adalah kisah pergerakan peradaban manusia.

Jakarta sebagai melting pot telah menjadi tradisi sejak lama. Di sini tempat berkumpulnya manusia dari penjuru Nusantara, dan penjuru dunia. Jakarta tumbuh dan hidup dari interaksi antar-manusia.

Dalam sejarah panjang Jakarta, banyak kemajuan diraih dan pemimpin pun datangsilih berganti. Masing-masing meletakkan legasinya, membuat kebaikan danperubahan demi kota dan warganya. Untuk itu kami sampaikan apresiasi dan rasaterima kasih kepada para Gubernur dan Wakil Gubernur sebelumnya, yang turutmembentuk dan mewarnai wujud kota hingga saat ini.

Jakarta juga memiliki makna pentingnya dalam kehidupan berbangsa. Di kota ini, tekad satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa persatuan ditegakkan oleh parapemuda. Di kota ini pula bendera pusaka dikibartinggikan, tekad menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat diproklamirkan ke seluruh dunia.

Jakarta adalah satu dari sedikit tempat di Indonesia yang merasakan hadirnya penjajah dalam kehidupan sehari-hari selama berabad-abad lamanya. Rakyat pribumi ditindas dan dikalahkan oleh kolonialisme. Kini telah merdeka, saatnya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri.

Jangan sampai terjadi di Jakarta ini apa yang dituliskan dalam pepatah Madura, "Itikse atellor, ajam se ngeremme." Itik yang bertelur, ayam yang mengerami. Seseorang yang bekerja keras, hasilnya dinikmati orang lain.

Kini kami datang untuk melanjutkan segala dasar kebaikan yang telah diletakkan para pemimpin sebelumnya, sembari memperjuangkan keberpihakan yang tegas kepada mereka yang selama ini terlewat dalam merasakan keadilan sosial, membantu mengangkat mereka yang terhambat dalam perjuangan mengangkat diri sendiri, serta membela mereka yang terugikan dan tak mampu membela diri.

Jakarta adalah ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka selayaknya ia menjadi cermin dan etalasi dari semangat NKRI, semangat Pancasila dan semangat tegaknya konstitusi.

Di kota ini lah Pancasila harus mengejawantah, setiap silanya harus mewujud menjadi kenyataan. Dimulai dari hadirnya suasana ketuhanan dalam setiap sendi kehidupan kota.

Indonesia bukanlah negara yang berdasar satu agama, namun Indonesia juga bukan negara sekuler. Ketuhanan, selayaknya menjadi landasan kehidupan warga. Prinsip ketuhanan ini kemudian harus diwujudkan pula dengan hadirnya rasa kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh rakyat, tanpa ada yang terpinggirkan, terugikan, apalagi tidak dimanusiakan dalam kehidupannya.

Perjuangan selanjutnya adalah memperjuangkan persatuan dalam kehidupan kota, tak hanya merayakan keragaman. Ada sebuah pepatah Aceh yang bermakna, "Cilakarumah tanpa atap, cilaka kampung tanpa guyub." Persatuan dan keguyuban ini yang harus terus kita perjuangkan, dimulai dari meruntuhkan sekat-sekat interaksi antarsegmen masyarakatnya, terutama pemisahan ruang interaksi berdasar kemampuan ekonomi.

Dalam mewujudkan semua prinsip itu, dialog dan musyawarah harus diutamakan melalui mekanisme majelis-majelis perwakilan warga yang dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan. Musyawarah diutamakan untuk menghasilkan kesepakatan dan kesepahaman.

"Tuah sakato," kata orang Minang. Dalam kesepakatan berdasar musyawarah itu terkandung tuah kebermanfaatan. Dan di ujungnya, namun menjadi yang terpenting, kita perjuangkan hadirnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Jakarta. Karena hadirnya keadilan sosial ini akan menjadi parameter utama terwujudnya semangat Pancasila di kota ini.

Seluruh aspek dan alat pembangunan kota haruslah ditujukan untuk menghadirkan keadilan sosial bagi warga. Termasuk APBD, jelas harus mencerminkan keberpihakan kepada mereka yang belum merasakan keadilan sosial.

Bung Karno dahulu berucap, "Kita hendak membangun satu negara untuk semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya, tapi semua untuk semua." Maka segala pengambilan kebijakan di kota ini haruslah didasarkan pada kepentingan publik luas.

Pengelolaan tanah, air, teluk dan pulau, tidaklah boleh diletakkan atas dasar kepentingan suatu individu, kepentingan suatu golongan, kepentingan suatu perhimpunan, ataupun kepentingan suatu korporasi. Semua untuk semua, Jakarta untuk semua, inilah semangat pembangunan yang akan kita letakkan untuk Jakarta.

Jakarta adalah saksi bagaimana sebuah bangsa menempuh jalan terjal mendaki untuk wujudkan mimpi merdekanya. Tanggung jawab kita kini adalah menjadikan Ibukota menjadi kota milik semua. Setiap keluarga dan pribadi kita harus bisa mengatakan dengan penuh rasa syukur, beruntung kita tinggal di Ibukota.

Ibu kota harus menjadi kota yang manusiawi, kota yang memberikan ruang pada seni, kebudayaan dan tradisi untuk berkembang, sekaligus kota yang kehidupannya membahagiakan.

Di ibukota semua harus berkesempatan untuk maju bersama. Jakarta harus Maju Bersama. Gubernur dan Wakil Gubernur tentu menjadi pemimpin bagi semua dan harus menghadirkan keadilan bagi semua.

Namun jelas pula bahwa kami hadir dengan tekad mengutamakan pembelaan yang nyata kepada mereka yang selama ini tak mampu membela diri sendiri, membantu mengangkat mereka yang selama ini terhambat dalam perjuangan mengangkat diri sendiri.

Bang Sandi tadi sudah menegaskan komitmen dan paradigma ke depan tentang pembangunan kota. Bang Sandi sudah jabarkan bagaimana kita akan bersama-sama membangun dan mengelola kampung, jalan, sekolah, puskesmas, pasar, angkot, dan berbagai aspek kota lainnya.

Seperti kata Bang Sandi, ini adalah satu langkah bersama ke depan, memastikan Jakarta yang lebih ramah mimpi. Untuk itu, kami hadir mengajak seluruh warga, menjadikan usaha memajukan kota sebagai sebuah gotong royong, sebuah gerakan bersama.

Dalam pembangunan kota ke depan, Gubernur bukan sekadar administrator bagi penduduk kota, bukan pula sekadar penyedia jasa bagi warga sebagai konsumennya. Namun kami bertekad akan menjadi pemimpin bagi kolaborasi warga kota yang berdaya dan turut menjadi perancang dan pelaku pembangunan.

Dalam pepatah Banjar dikatakan, "Salapik sakaguringan, sabantal sakalang gulu." Satu tikar tempat tidur, satu bantal penyangga leher. Kiasan ini bermakna hubungan antar elemen masyarakat yang erat, saling setia dan mendukung satu sama lain.

Inilah semangat yang hendak kita bangun. Selain itu, kami mengajak pula seluruh elemen kepemimpinan di kota Jakarta ini, mulai dari jajaran pemerintah daerah, para wakil rakyat, pemimpin lembaga pertahanan, keamanan dan penegakan hukum, untuk memiliki tekad yang sama: menghibahkan hidupnya kepada rakyat Jakarta, bukan sebaliknya, menyedot kekayaan dari kota dan warganya, untuk dibawa pulang ke rumahnya.

Sebuah kearifan lokal dari Minahasa mengingatkan, "Si tou timou tumou tou." Manusia hidup untuk menghidupi orang lain, menjadi pembawa berkah bagi sesama. Sebuah pengingat bagi semua manusia, namun terutamanya bagi para pemimpin.

Mohammad Husni Thamrin, seorang putra terbaik Jakarta pernah mengatakan: "Setiap pemerintah harus mendekati kemauan rakyat. Inilah sepatutnya dan harus menjadi dasar untuk memerintah. Pemerintah yang tidak mempedulikan atau menghargakan kemauan rakyat sudah tentu tidak bisa mengambil aturan yang sesuai dengan perasaan rakyat."

Ucapan Husni Thamrin ini terpatri dalam patungnya yang berdiri di Lapangan Monas di hadapan kita ini.

Saudara-saudara semua, perjuangan kita ke depan adalah perjuangan untuk mewujudkan gagasan, kata dan karya yang selama ini telah kita tekadkan. Dengan tak henti memohon pertolongan kepada Yang Maha Memberi Pertolongan, mari kita bersama berikhtiar mewujudkan Jakarta yang maju setiap jengkalnya, dan bahagia setiap insan di dalamnya.

Tanah Air Indonesia adalah karunia Allah. Ciptaan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bangsa ini diberikan keindahan dan kekayaan Alam yang tiada tandingnya. Ya, alam Indonesia adalah ciptaan Tuhan, tapi desa, kota dan negara di tanah ini adalah ciptaan manusia.

Tuhan menciptakan alam, manusia membentuk kota. Bagaimana kota kita sepenuhnya kembali pada diri kita semua. Semoga Allah SWT membantu ikhtiar kita, melindungi ibukota, menjadikan nyawilayah yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, serta menurunkan keberkahan bagi setiap warganya.

Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada usaha, kekuatan,dan daya upaya selain dengan kehendak Allah. Wallahu muwafiq ila aqwamith thoriq, billahi taufiq wal hidayah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: