Liputan6.com, Jakarta - "Pak Anies, Pak Anies," teriak pelajar SD Negeri 07 Pagi, Rabu, 18 Oktober 2017.
Pagi itu suasana mendadak riuh. Siswa-siswi SD Negeri 07 Pagi, Cawang, Jakarta Timur, berebut salaman dengan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Tiga hari setelah dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies-Sandi mendadak mendatangi sekolah tersebut.
Advertisement
Tak hanya berebut salaman, murid-murid SD itu juga mengeluarkan buku tulisnya. Mereka meminta tanda tangan Anies dan Sandi.
"Iya, ini baru dapat tanda tangannya Pak Sandi, ini mau ngantre buat Pak Anies," ucap siswa kelas 3 SDN 07 Pagi, Felensia dengan wajah berseri-seri.
Meski keringat bercucuran, Falensia merasa senang mendapat tanda tangan dari Anies-Sandi. Padahal, dia sendiri belum tahu untuk apa tanda tangan itu. Dia hanya mengukuti teman-temannya.
"Senang," ucap gadis kecil itu, tersenyum.
Beberapa jam setelah pelantikan, Anies-Sandi menjadi sorotan publik. Mulai dari kata-kata 'pribumi' yang diselipkan di pidato pertamanya, hingga bagi-bagi atribut seragam.
Pada hari kedua, Anies-Sandi juga tak lepas dari sorotan. Di antaranya salah kostum, naik bus Transjakarta, berboncengan sepeda motor, hingga hari ketiga mereka mendatangi acara Gerindra yang masih memakai seragam kerja.
Pernyataan 'Pribumi'
Pidato pertama Anies di Balai Kota usai pelantikan itu menyelipkan kata 'pribumi' hingga menjadi polemik.
Penyebutan kata-kata pribumi dianggap menyinggung golongan tertentu. Pernyataan ini berbuntut panjang. Anies dilaporkan ke polisi dengan tuduhan diskriminatif ras dan etnis.
Anies dilaporkan Jack Boyd Lapian dari Gerakan Pancasila, didampingi sejumlah anggota organisasi sayap PDIP, Banteng Muda Indonesia pada Selasa 17 Oktober malam.
Menurut Jack, kalimat pribumi yang dilontarkan Anies dalam pidatonya dikhawatirkan dapat memecah belah bangsa.
"Karena saya lihat ini memecah belah Pancasila. Pada Pancasila tak ada lagi apa bahasamu, apa ras, semua menjadi satu," ucap Jack.
Sementara, Anies menegaskan, penggunaan istilah 'pribumi' dalam pidato perdananya itu, untuk menjelaskan sejarah penjajahan era kolonial dulu.
"Istilah itu digunakan untuk konteks pada saat era penjajahan, karena saya menulisnya juga pada era penjajahan dulu," kata Anies di Balai Kota, Jakarta, Selasa, 17 Oktober 2017.
Menurut mantan Mendikbud ini, Jakarta adalah kota yang paling merasakan penjajahan kolonial Belanda.
"Kalau kota lain itu enggak lihat Belanda dekat, yang lihat Belanda dari jarak dekat siapa? Yang lihat depan mata kita, yang di kota Jakarta ini," ujar Anies.
Advertisement
Sebar Atribut
Usai serah terima memori jabatan, Anies-Sandi langsung menyapa masyarakat yang telah memenuhi halaman Balai Kota, Jakarta Pusat.
Usai pelantikan, Sandi sempat bertanya kepada Presiden Jokowi, soal pakaian putih yang ia kenakan untuk pelantikan.
Pada Sandi, Jokowi menyebut, hanya sekali memakai pakaian putih, yaitu saat dilantik menjadi Wali Kota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta.
Karena itu, Sandi berinisiatif memberikan atribut yang dikenakannya sebagai oleh-oleh kepada warga pilihannya.
"Ini topi, saya kasih ke Bu Zubaidah yakni penjual nasi uduk," kata Sandi, Senin, 16 Oktober 2017.
Sandiaga juga memberikan sepatu kepada Hartono, pengusaha sepatu bermerek Sandi Uno. Untuk lencana yang dia kenakan, diberikan pada Relawan Jakarta Maju Bersama, Usama Abdul Aziz.
"Biar jadi wakil gubernur juga. Untuk name tag Sandi Uno ini, saya berikan kepada Bang Idin aktivis lingkungan hidup," ujar dia.
Dasi hitam yang dikenakan Sandi juga diberikan kepada perwakilan warga gusuran dan aktivis pendidikan, Nalim Abdullah. Sedangkan, jas putih diberikan kepada aktivis disabilitas, Supriadi.
"Saya juga sudah bilang sama Pak Anies harus menyatu dengan rakyat, tidak ada jarak dan bagian dari rakyat Jakarta," Sandi menandaskan.
Sepatu Sport
Usai polemik Anies soal kata-kata pribumi, giliran Sandiaga disorot perihal kekeliruan kostum pada hari pertama dia kerja.
Jika Anies mengenakan ikat pinggang dan sepatu hitam resmi, Sandi mengenakan sepatu olahraga. Sandi beralasan memakai sepatu olahraga dan pakaian dinas harian (PDH), karena harus ketemu Anies lebih pagi.
"Tadi koordinasi dengan Pak Anies, saya izin lari ke tempat koordinasi. (Pakai sepatu olahraga) karena tadi janjian beliau minta jam enam pagi, jadi saya (lari) dari jam lima," ungkap Sandi, Selasa, 17 Oktober 2017.
Padahal, Pergub Nomor 23 Tahun 2016, bagian kedua Pasal 3 menyebutkan, PNS di Jakarta harus berpakaian PDH dilengkapi ikat pinggang nilon hitam dan berbahan kuning serta berlambang Jaya Raya.
Dalam Pergub Nomor 23 juga PNS DKI diharuskan menggunakan kaus kaki berbahan hitam dan sepatu hitam dengan model pantofel.
Selain harus berkoordinasi dengan Anies lebih pagi, Sandi juga beralasan tidak mengetahui ada Pergub yang mengatur soal PDH dan sepatu dinas.
"Iya memang keseharian saya seperti ini (sepatu olahraga). Kalau enggak salah (pergub) cuma bajunya, sepatunya enggak diatur," kata Sandi.
Advertisement
Naik Bus Transjakarta
Usai salat Ashar berjemaah di Masjid Fatahilah, kompleks Balai Kota, Anies-Sandi meninggalkan kantornya pada hari petama kerja.
"Bro, kita naik bus wisata bro," ajak Anies pada Sandi.
Anies-Sandi pun naik bus pariwisata DKI. Bus tingkat itu mendadak penuh. Staf Anies-Sandi dan awak media membuntuti orang nomor satu di Jakarta itu. Penumpang yang semula berada di lantai bawah diminta ganti bus, lantaran bus terlalu penuh.
"Mau ke Mampang, naik Transjakarta sekalian lihat-lihat yang LRT (Light Rail Transit)," ujar Sandi.
Bus pariwisata itu mengantarkan Anies-Sandi ke halte Dukuh Atas, dan sempat berhenti di Halte Sarinah. Warga yang melihat Anies-Sandi langsung heboh dan melambaikan tangan.
"Pak Anies, Pak Sandi," teriak ibu-ibu.
Boncengan Motor
Dalam foto yang tersebar di dunia maya, Anies-Sandi terlihat berboncengan di atas sepeda motor. Mereka menggunakan pakaian dinas lengkap, serta memakai helm berwarna hitam.
Tidak ada informasi jelas terkait sepeda motor yang dikendarai Anies itu. Namun, mantan Menteri Pendidikan ini memang sering menggunakan sepeda motor untuk berkegiatan sehari hari. Bahkan, Anies memiliki Vespa tua, Sprint 1968 milik ayahnya.
Sebelum menggunakan sepeda motor, Anies-Sandi tiba di Balai Kota menggunakan mobil pribadi Anies. Keduanya lalu naik bus pariwisata meninjau pembangunan underpass Mampang.
Anies mengaku meninjau proyek underpass Mampang sebagai tempat pertama yang dikunjungi, karena mendapat keluhan masyarakat tentang kemacetan parah pada jam sibuk di sore hari.
Advertisement
Hadiri Acara Gerindra
Polemik tentang sosok pemimpin baru Jakarta tak selesai pada kata-kata 'pribumi' dan salah kostum. Anies-Sandi yang hari ini mendatangi Konferensi Nasional dan Temu Kader Gerindra di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, juga tak lepas dari sorotan. 3132403
Anies yang masih menggunakan seragam dinas saat mendatangi acara Gerindra, dianggap tidak etis. Namun, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Soemarsono menyebut tak masalah jika Anies menggunakan seragam dinas dalam acara itu.
"Nggak apa-apa pakai baju dinas. Itu kan menaungi warga masyarakat, partai, menaungi pengusaha," kata Soemarsono kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Menurut Soemarsono, pakaian dinas bisa digunakan oleh Gubernur di manapun dia berada."Kalau misalnya masuk diskotek, karaoke, panti pijat, itu soal etika saja," kata dia.
Sementara, untuk Sandiaga yang mencopot atribut pakaian dinas Wakil Gubernur, kata Soemarsono, perlu dilihat kapasitas undangan tersebut.
"Ketika dia diundang sebagai gubernur ya dia pakai baju gubernur, tapi kalau pribadi diundang dalam kapasitas sebagai anggota partai, ya nggak apa-apa. Tergantung kapasitasnya, jadi kunci boleh nggak boleh tergantung kapasitasnya," kata dia.
Soemarsono mencontohkan, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo juga pernah diundang sebagai anggota partai, maka dia boleh menggunakan pakaian PDIP. 3132207
"Lain halnya kalau saya sebagai Dirjen OTDA, beda saya nggak boleh pakaian baju partai politik, gitu lo, sekda ke sana pakai baju politik, nggak boleh langsung kena semprit," tandas Soemarsono.
Sementara, Wakil Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta, Syarief, meminta agar masyarakat tak terlalu banyak menuntut Anies-Sandi dalam menjalankan tugasnya.
"Masyarakat jangan terlalu banyak menuntut," ujar Syarief di Sentul International Convention Center, Bogor, Rabu, 18 Oktober 2017.
Selain itu, Syarief juga mengimbau para relawan Anies-Sandi, agar jangan terlalu gembira dengan kemenangan pasangan yang didukung Partai Gerindra dan PKS itu pada Pilkada DKI 2017. "Untuk tim pemenangan di Pilkada DKI jangan terlalu euforia," tandas dia.