Sukses

Mak Eneng dan Kenangannya Bersama Anies Baswedan

Tak punya keturunan dan saudara, kebutuhan pokok Mak Eneng disediakan beberapa tetangga.

Liputan6.com, Jakarta - "Dia ke mana sih?" Pertanyaan itu muncul dari mulut Mak Eneng, perempuan lanjut usia yang pernah ditemui Anies Baswedan ketika berkampanye sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, Mak Eneng yang ditemui Anies mengaku lapar.

Saat dikunjungi Liputan6.com, Mak Neng tengah duduk di balai-balai yang menjadi tempat tidur sekaligus berteduhnya selama ini di Kampung Beting Remaja, RT 003 RW 019, Kelurahan Koja, Jakarta Utara.

Tatapannya kosong. Maklum saja, pandangan mata Mak Eneng sudah tidak jelas. Dia hanya memegang-megang bungkus nasi dengan tangannya yang berkeriput.

Rambutnya yang mulai memutih tak tertata rapi. 

Motif bunga pada kaus dan warna merah muda celana yang dipakainya pun tak lagi cerah. Entah sudah berapa lama pakaian itu melekat di tubuhnya.

Sesekali, Mak Eneng memainkan tongkat jalan dan botol minuman yang setengahnya terisi air putih.

Namun, dia merupakan nenek ceria. Ketika diajak berbicara, dia dengan semangat menanggapi, walau terkadang melenceng dari topik. Tanpa dikomando, dia akan bercerita panjang lebar tentang tetangganya yang berlapang dada membantu kesehariannya.

Mak Eneng tinggal di balai-balai berukuran 2x2 meter, beralas tripleks dan dilapisi terpal kusam. Mirip seperti pos sistem keamanan lingkungan (poskamling).

Dindingnya seng, tertutup terpal plastik oranye dan biru yang usang. Salah satu dindingnya langsung menempel dinding rumah salah satu tetangga. Tidak ada pintu masuk.

Sementara, tempat tidur sekaligus tempatnya beraktivitas berantakan, penuh dengan barang-barang bekas pakai. Beberapa potong pakaian, bantal, botol plastik, dan kertas sisa pembungkus makanan berserakan di beberapa sudut tempat.

Untuk menuju rumahnya, para tetangga harus melewati jalanan sempit berukuran 0,5 meter. Lokasi tempat tinggal itu berada di tengah impitan rumah-rumah.

 

 

2 dari 3 halaman

Pandangan Memudar

Mak Eneng tidak muda lagi. Keriput di beberapa bagian tubuhnya dan pandangan mata sudah tak berfungsi baik. Tidak ada yang tahu pasti berapa usianya, meski di KTP tertulis dia lahir pada 1961.

Mak Eneng mengaku, matanya rusak akibat jatuh beberapa tahun lalu sepulang memijat warga di Jalan Lontar, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Akibatnya, dia kini tak bisa bekerja kembali dan hanya menghabiskan hari-harinya di rumahnya.

Tak punya keturunan dan saudara, kebutuhan pokok Mak Eneng disediakan oleh beberapa tetangga. Nasi bungkus dengan lauk tahu dan ikan menjadi makanan sehari-hari. Dia juga mulai lupa, apakah sudah makan atau belum.

Seperti halnya, saat kedatangan Anies Baswedan kala kampanye sebagai Cagub DKI Jakarta. Dia mengaku belum makan. 

Saat dikunjungi Liputan6.com, Mak Eneng juga mengaku belum makan. Saat itu sedang memegang nasi bungkus. "Ini nasi kemarin, dari tadi pagi belum makan," ucap nenek itu.

Mak Eneng bercerita, tidak mengenali sosok yang mendatanginya kala itu. Namun, ketika Anies menyatakan kedatangannya, Eneng baru paham bahwa itu sosok calon gubernur DKI Jakarta.

"Iya sekali (ke sini) sekali-kalinya. Kalau dia enggak ngomong juga enggak tahu dia siapa," ujar dia.

Eneng mengatakan, hingga saat ini, Anies belum kembali mengunjunginya setelah ditetapkan menang Pilkada DKI Jakarta dan telah dilantik bersama Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

"Belum ke sini lagi, dia ke mana sih," ujar dia.

3 dari 3 halaman

KTP Dititip ke Ketua RT

Nenek asli Jatipadang, Jakarta Selatan ini mengatakan, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarganya telah dititipkan pada Ketua RT 003 RW 019, Kampung Beting Remaja. Alasannya, keadaan tempat tinggalnya tidak memungkinkan untuk menyimpan kedua benda tersebut.

Ketua RT 003 RW 019 Agus Zaenal mengatakan, pihaknya memang menyimpan KTP dan KK Mak Eneng. Dia mengaku mengenal nenek tersebut sudah sejak lama, sebelum menjadi ketua RT di lokasi Mak Eneng tinggal.

Dari pengakuannya, rumah yang ditinggali Mak Eneng bukanlah rumahnya, melainkan rumah milik Agus yang telah dibelinya dari Mak Eneng sejak 1995, saat lingkungan belakang Jakarta Islamic Center (JIC) tersebut memiliki RT RW.

Kala itu, rumah dengan tanah berukuran 3x4 meter itu dibelinya dengan harga Rp 500 ribu dan dibayarkan selama dua kali. "Dulu masih murah, Mak Eneng bilang buat makan dia sehari-hari," ucap Agus.

Saksikan video pilihan di bawah ini: