Liputan6.com, Tangerang - Kebakaran yang melanda pabrik kembang api di Desa Cengklong, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Kamis, 26 Oktober 2017, tak berlangsung lama. Namun, insiden itu merenggut banyak korban jiwa.Â
Hingga pukul 16.30 WIB, data kepolisian menyebut, ada 47 korban, mayoritas perempuan. Sementara, 43 orang lainnya luka-luka.Â
Kepala Pemadam Kebakaran Kabupaten Tangerang, Agus Suryana, mengatakan itu adalah kebakaran paling menyedihkan yang dihadapi para anggotanya.Â
Advertisement
"Ini jadi sejarah buruk, kelam, buat pasukan biru," kata Agus kepada Liputan6.com, Kamis malam (26/10/2017). "Itu adalah kebakaran terbesar di Kabupaten Tangerang."
Kebakaran itu sejatinya tak besar. Agus memperkirakan, kobaran api sebesar itu bisa diatasi dalam dua jam. Namun, para petugas yang melakukan evakuasi dihadapkan pada kejutan tak menyenangkan.Â
Di bagian belakang pabrik yang hangus, ditemukan para korban yang tak lagi bernyawa. Kondisi mereka mengenaskan, bahkan sebagian besar tak lagi bisa dikenali.Â
Apa yang membuat kebakaran tak seberapa besar bisa merenggut banyak korban jiwa? Belum ada jawaban pasti. Polisi masih menyelidikinya.Â
Namun, sejumlah saksi mata mengaku mendengar dua ledakan. Pertama terjadi sekitar pukul 09.00 WIB, sementara yang kedua menggelegar sejam kemudian.Â
"Kemungkinan, mayoritas korban meninggal pada ledakan yang kedua," kata Agus.Â
Berdasarkan data, jika dibandingkan dengan peristiwa serupa di lokasi lain, tingkat keparahan kebakaran "Kamis kelam" di Tangerang kalah dahsyat.Â
Misalnya, dua bulan lalu, kebakaran hebat di sebuah pabrik tiner di kawasan pergudangan Kadu Manis, Tangerang, baru bisa dipadamkan dalam waktu 11 jam. Namun, tidak ada korban jiwa dan orang-orang yang terluka.
Catatan Liputan6.com, kebakaran di Tangerang merupakan kebakaran pabrik kembang api terbesar di Tanah Air selama 2017.
Pada 23 Juli 2017, sebuah rumah tempat memproduksi mercon meledak di Kebumen, Jawa Tengah. Sebanyak 23 rumah di sekitarnya rusak, sementara korban jiwa nol.Â
Sementara pada 31 Mei 2017, sebuah rumah tempat produksi petasan juga meledak di Pamekasan, Jawa Timur. Dua orang meninggal dunia dan satu luka pada peristiwa tersebut.
Pembandingnya tak hanya di Indonesia. Kebakaran pabrik kembang api di Tangerang juga lebih mematikan dibanding kejadian serupa di Meksiko.
Pada Desember 2016, ledakan hebat terjadi di sebuah pasar kembang api San Pablito, 32 kilometer di luar Mexico City. Akibatnya, 26 orang tewas dan banyak lainnya yang terluka.
Video dari lokasi kejadian menunjukkan, sejumlah besar kembang api melesat dan meledak di udara saat tersulut api. Area kemudian ditutupi awan gelap yang tebal.
Â
Polres Metro Tangerang Kota telah memeriksa sejumlah saksi untuk menguak misteri penyebab kebakaran. Namun, tak banyak informasi yang didapat.Â
Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Harry Kurniawan menjelaskan, pihaknya belum meminta keterangan dari korban selamat ledakan gudang kembang api.
"Kita kedepankan kemanusiaan dulu, mengutamakan evakuasi dan mencari korban. Untuk penyebab atau dugaan awal ledakan kita masih lidik," kata Harry saat dihubungi Liputan6.com.
Seluruh korban tewas dalam kebakaran pabrik kembang api di Tangerang dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur.
Jasad-jasad terbungkus kantong jenazah dibawa menggunakan ambulans, Kamis sore. Sepuluh tim identifikasi dikerahkan untuk  mengumpulkan data postmortem.
Kabid Dokkes Polda Metro Jaya, Kombes Umar Shahab, mengatakan pencocokan identitas bukan perkara gampang.
"Puluhan korban tidak bisa dikenali, kecuali dengan gigi geligi dan DNA," kata Umar.
Ia mengimbau masyarakat yang kehilangan anggota keluarga yang berpotensi jadi korban kebakaran untuk datang ke RS Polri.Â
Mereka diminta membawa anggota keluarga yang memiliki hubungan darah langsung dengan korban, juga rekam kesehatan gigi.
Baru 2 Bulan Beroperasi
Dua ledakan yang disusul kebakaran pabrik sekaligus gudang kembang api di Tangerang juga bikin panik para pelajar dan guru SMPN 1 Kosambi, yang berada tepat di depannya.Â
Lokasi yang berdekatan dengan sekolah membuat legalitas pabrik tersebut dipertanyakan.
"Seharusnya lokasi industri dengan high risk tidak berada di tengah lingkungan masyarakat. Namun, industri semacam ini juga tidak bisa masuk ke kawasan industri karena terlalu kecil," ujar pengamat tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, kepada Liputan6.com.Â
Ia mengatakan, seharusnya ada syarat ketat dan pengawasan lebih tentang pendirian tempat usaha dengan risiko tinggi.
Namun, sering kali pengusaha juga memanipulasi data saat mengajukan izin mendirikan usaha. "Peristiwa ini menjadi pembelajarannya. Untuk prosedur harus ketat dan auditnya harus rutin 6 bulan sekali misalnya," kata Yayat.
Selain itu, dia menyoroti tentang syarat bangunannya. Polisi menyatakan korban tidak bisa melarikan diri karena minimnya pintu. Korban meninggal ditemukan berkumpul di bagian belakang pabrik karena menghindari api di depan.
Menurut dia, ini juga menjadi bahan evaluasi saat memberikan izin tempat usaha. Perusahaan, lanjut dia, harus membangun jalur evakuasi ketika terjadi bencana.
Terpisah, Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, mengatakan perusahaan pemilik pabrik, PT Panca Buana Cahaya, Sukses telah memenuhi syarat perizinan sejak tahun lalu, salah satunya tentang struktur dan penggambaran kerja.
"Perizinan sudah selesai dari 2016, menurut info baru dua bulan terakhir mereka melakukan packing (pengemasan) kembang api," ujar pria yang akrab dipanggil Zaki itu, saat ditemui di RSUD Tangerang. Namun, dia mengaku, tidak tahu realisasi usahanya.
Informasi serupa disampaikan Kepala Desa, Belimbing, Maskota. "Izin semua lengkap, jadi bukan usaha ilegal, semua izinnya ada," kata dia, Kamis 26 Oktober 2017.
Namun, meski mengantongi izin pendirian usaha, pabrik milik perusahaan bukan berada di kawasan industri atau pergudangan. PT Panca Buana Cahaya Sukses hanya memproduksi kembang api, bukan petasan.
Â
Advertisement