Liputan6.com, Jakarta - Para pengusaha secara swadaya membangun bailey atau jembatan darurat di ruas jalan yang menghubungkan jalur Bogor-Sukabumi.
Pembangunan jembatan darurat ini untuk mengurai kemacetan parah, sejak dimulai pembangunan Jembatan Cisadane awal September lalu.
Para pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Kecamatan Caringin (HPKC) dan Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) ini patungan hingga mencapai Rp 6 miliar.
Advertisement
Besarnya biaya yang dikeluarkan karena pembuatan jembatan sementara itu harus menyewa jembatan hingga akhir tahun, menyewa lahan, dan membongkar pasang rumah warga.
"Ini semata untuk kelancaran pengiriman barang dan orang," kata anggota HPKC Saprudin Jefri, Bogor, Jawa Barat, Sabtu 28 Oktober 2017.
Saprudin menjelaskan sejak awal pembangunan Jembatan Cisadane, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hanya menyediakan satu jembatan darurat. Sehingga kendaraan harus bergantian melewatinya.
Menurut Saprudin, sistem buka tutup ini menyebabkan kemacetan atau antrean panjang hinga mencapai belasan kilometer. Mulai dari Simpang Ciawi, Bogor hingga Cicurug, Sukabumi.
Kondisi ini mengakibatkan aktivitas masyarakat hingga pengusaha angkutan barang dan jasa angkutan umum terganggu.
"Sampai pernah ada yang melahirkan di mobil ambulans karena terjebak macet. Itu kejadian sekitar tiga minggu lalu," ungkap Jefri.
Karena itu, para pengusaha lokal maupun nasional yang menggunakan jalur ini, secara swadaya membangun jembatan darurat.
"Diharapkan jembatan ini bisa mengurangi kemacetan yang setiap saat terjadi," kata dia.
Meski jembatan darurat sudah selesai dibangun, namun kata Jefri, belum bisa dilintasi kendaraan berat dari dua arah. Ini karena terhalang dua girder beton yang tergeletak di bahu jalan.
Â
Kementerian PUPR Menyambut Baik
Menanggapi hal tersebut, PPK 3 Metropolitan III Jakarta Yuanita Kiki Sani berjanji akan segera memindahkan dua girder beton tersebut.
"Hari ini girder itu memang mau dipasang. Malam tadi crane tiba di lokasi," kata Kiki ditemui di lokasi proyek Jembatan Cisadane, Sabtu.
Berdasarkan perencanaan, lanjut Kiki, Kementerian PUPR memang hanya menyediakan satu jembatan darurat, dan arus kendaraan diberlakukan bergantian atau buka tutup jalan.
"Buka tutup jalan ini sudah dikoordinasikan sebelumnya dengan kepolisian dan pemerintah setempat," terang dia.
Dengan demikian, lanjut Kiki, tuntutan masyarakat yang mendesak agar Kementerian PUPR membangun dua bailey tidak dapat diakomodir.
"Namun, adanya jembatan bailey yang dibangun para pengusaha tentu sangat terbantu, sehingga kendaraan bisa melaju dari dua arah," Kiki menandaskan.
Advertisement