Liputan6.com, Purwakarta - Dukungan DPP Partai Golkar kepada Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Anggota DPR RI Daniel Muttaqien Syafiuddin untuk maju Pilkada Jawa Barat 2018 menuai kecaman dari kalangan bawah partai tersebut. Langkah DPP Partai Golkar dinilai tidak sesuai aspirasi kader, yang sudah tertuang dalam keputusan Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) DPD Partai Golkar Jabar, di Karawang, Rabu 26 April lalu.
Dalam rapat tersebut diperoleh keputusan, seluruh kader mendorong Ketua DPD Partai Golkar Jabar Dedi Mulyadi, sebagai calon gubernur pada Pilkada Jabar 2018 untuk disetujui DPP Golkar.
"Alhamdulillah sesuai aspirasi kami, yaitu Kang Dedi Mulyadi menjadi satu-satunya yang diusulkan untuk mendapatkan rekomendasi DPP Golkar. Tapi kenapa tidak ada nama Kang Dedi dalam rekomendasi yang disampaikan oleh Pak Idrus Marham?" tanya Ketua Pengurus Golkar Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Yayan Heryana, Senin (30/10/2017).
Advertisement
Menurut Yayan, kesolidan kader grassroot Partai Golkar bukan tanpa sebab. Selama ini, Dedi Mulyadi berhasil membangun spirit kader untuk membangun konsolidasi internal dan eksternal partai.
Secara pribadi, Yayan melanjutkan, Dedi Mulyadi juga mencontohkan dalam berbagai kegiatan safari budaya yang sering ia gelar.
Hal inilah, kata Yayan, yang menjadikan kader Golkar di jajaran bawah tergerak melakukan hal yang sama, meski dengan berbagai sumber daya yang terbatas.
"Kami menyambangi rumah ke rumah, satu per satu persoalan warga kami selesaikan, baik tenaga dan materi, itu modal kami kader di bawah," ujar dia.
Yayan menyebut, kader Jabar melakukan hal itu karena merasa malu pada Dedi Mulyadi yang bergerak tidak pernah lelah melihat warga.
"Jadi kami melakukan hal yang sama. Ini DPP Golkar menutup mata terhadap kinerja kami bersama Kang Dedi," Yayan menandaskan.
Elektabilitas Golkar di Jabar Naik
Ketua Pengurus Golkar Kecamatan Palasah, Majalengka, Dadang Mulyawan menyayangkan sikap DPP Partai Golkar yang tidak mempertimbangkan suara kader. Padahal, Golkar dibesarkan kader.
"Kalau kami tidak bekerja di lapangan, DPP Golkar mau mengandalkan siapa? Misalnya rekomendasi itu turun kepada orang lain, kalau kami tidak mau bekerja, mau apa? Jadi, mohon DPP Golkar memperhatikan aspirasi kami," pungkas Dadang.
Berdasarkan survei CSIS, sebelum Dedi Mulyadi memimpin Partai Golkar Jabar, elektabilitas Golkar berada di angka 8,6%. Angka ini berubah drastis, saat Dedi memimpin, yakni menjadi 13,7% pada 2016 hingga 2017 berada di angka 18,9%.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan elektabilitas Partai Golkar di tingkat nasional, yang terus mengalami penurunan.
Saksikan video polihan berikut ini:
Advertisement