Liputan6.com, Jakarta - Menepis tudingan hotel mereka tempat prostitusi dan peredaran narkoba, pengelola Hotel Alexis mengajak 250 wartawan berkunjung ke lantai tujuh, lantai yang selama ini diduga sebagai "surga dunia" seperti yang pernah di katakan Ahok.
Namun, rombongan wartawan itu hanya diperbolehkan ke lantai tujuh, dan tidak boleh menggunakan tangga darurat.
Tidak dijelaskan apa alasannya. Meskipun ratusan wartawan itu berjubel di depan lift, mereka dilarang menggunakan tangga darurat.
Advertisement
Sampai di lantai tujuh, Selasa (31/10/2017) siang, rombongan wartawan disambut oleh tulisan Bath House di dinding, tempat penukaran mata uang asing.
Biasanya, agar bisa masuk, pengunjung wajib menggunakan gelang yang berisi chip. Namun rombongan wartawan kali ini dibebaskan masuk tanpa chip.
Terlihat tempat penukaran uang sudah tutup. Pengelola Alexis memang mengundang wartawan datang untuk kali pertama ini, saat Alexis tutup.
Dari ruang pertama, melewati ruang ganti baju, pengunjung akan memasuki lokasi pijat dan spa. Terdapat sebuah bar dan deretan sofa pijat warna-warni di sebelah kanan dan kiri.
Kemudian terdapat tiga kolam angsa atau swanpool yang terisi air penuh. Satu kolam besar berisi air dingin dan dua kolam kecil berisi air hangat. Di samping kolam terdapat ruang sauna dan steam.
Wartawan kemudian diantar menuju kamar-kamar pijat. Lokasi ini berada di sebelah timur kolam dan harus menuruni tangga. Suasana terlihat remang-remang.
Terdapat 26 kamar dengan dua jenis berbeda. Kamar jenis pertama berisi kamar mandi, tempat pijat, dan tempat tidur. Kamar jenis kedua berisi kamar mandi, tempat pijat, tempat tidur, dan bak spa.
Muhammad Fajri, dari divisi hukum Hotel Alexis, mengatakan Alexis merupakan hotel dengan fasilitas dan pelayanan standar seperti hotel-hotel lain.
"Rekan-rekan media bisa saksikan. Inilah Alexis. Tidak berbeda dengan kegiatan spa lainnya," sebut Fajri.
Â
Lubang Kaca
Perihal dilarangnya penggunaan ponsel atau kamera di tempat ini, Fajri mengatakan, hal itu bisa mengganggu pelayanan.
"Kalau membawa handphone nanti kita tidak konsentrasi kan. Selain itu juga untuk privasi pengunjung itu sendiri, makanya tidak boleh ada kamera," kata Fajri.
Terkait tudingan Alexis sebagai tempat prostitusi, Fajri menepisnya.
"Bisa dilihat sendiri, di setiap pintu kamar ada lubangnya, lubang kaca seperti ini," terang Fajri sambil menunjukan kaca kotak di pintu kamar pijat.
Semua pintu kamar memang memiliki kaca kotak berukuran sekitar 15X25 cm. Kaca ini, jelas Fajri, membuat aktivitas di dalam kamar bisa dilihat dari luar.
Namun, ketika Liputan6.com memeriksa belakang pintu, ternyata terdapat plat hitam yang bisa digeser untuk menutup lubang kaca tersebut. Pintu-pintu kamar lain juga demikian, lubang kacanya dapat ditutup dari dalam.
Di dalam kamar, Fajri menunjukan imbauan di dinding bertuliskan 'DILARANG BERBUAT ASUSILA'.
"Ini kan ada tulisannya. Ya janganlah berbuat seperti itu. Tapi kalau ada kejadian, ya kami tidak bisa berbuat apa-apa," ujar Fajri.
Semua kamar dibuka siang itu untuk wartawan. Wartawan bebas memotret maupun mengambil rekaman video. Pihak Alexis memang ingin memperlihatkan suasana lantai tujuh yang banyak di perbincangkan.
Sekitar pukul 13.30 WIB, petugas keamanan hotel mengajak wartawan turun ke lantai dua untuk makan siang. Selesai makan, beberapa wartawan mencoba naik kembali ke lantai tujuh. Namun, lift menuju lantai "surga dunia" itu telah dimatikan. (Andri Setiawan)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement