Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Ari Dono Sukmanto mengungkapkan penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan masuk dalam kategori hit and run. Kasus semacam ini, kata dia, sulit untuk diungkap.
"Jadi itulah yang saya sampaikan, kalau model kasus-kasus hit and run ini memang relatif sulit," kata Ari di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (2/11/2017).
Baca Juga
Bahkan, menurut Ari, kasus semacam ini baru bisa terungkap setelah bertahun-tahun diselidiki. Artinya, butuh waktu lama untuk mengungkapnya.
Advertisement
"Ada yang sudah empat tahun baru ketangkap dia pelakunya," ucap Ari.
Ari mengungkapkan puluhan saksi dimintai keterangan. Namun, belum ada gambaran utuh peristiwa penyerangan Novel Baswedan yang bisa dihasilkan.
"Sehingga jalannya seperti ini, sehingga siapa yang kita harus mintai pertanggungjawaban, jadi sementara saksi-saksi ini. Setiap ada informasi pasti kita kejar, " tandas mantan Kapolda Sulawesi Barat ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
TGPF
Sebelumnya, mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan menemui pimpinan KPK. Mereka meminta pimpinan KPK mendorong Presiden Jokowi membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF).
Menurut eks Ketua KPK Abraham Samad, TGPF perlu dibentuk untuk mengungkap kasus penyiraman air keras pada Novel Baswedan. Kasus itu sudah melewati hari ke-200 setelah kejadian.
"Kasus Novel tidak ada penuntasan, dengan kata lain terkatung-katung," ujar Samad di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (31/10/2017).
Ia menilai, penyerangan terhadap Novel menggangu keberadaan KPK. Bila pelaku belum terkuak, menurutnya, akan mengganggu kegiatan pemberantasan korupsi.
Samad mengatakan, KPK saat ini kerap menerima serangan dari beberapa pihak. Menurutnya, menjadi kewajiban eks pimpinan KPK untuk ikut membantu.
"Kalau KPK terus merasa kesakitan, kami para mantan pimpinan pasti memiliki rasa sensitif. Sudah berkewajiban untuk membantu," terang Samad.
Advertisement