Liputan6.com, Palembang - Lembaga Survey IT-Research and Politic Consultant (iPOL) Indonesia memprediksi akan banyak warga yang tidak akan mencoblos atau Golongan Putih (Golput) pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Sumatera Selatan (Sumsel) 2018 mendatang.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, jumlah penduduk di Sumsel tahun 2015 mencapai lebih dari 8 Juta Jiwa. iPOL Indonesia memprediksi sekitar 30 persen warga Sumsel atau sekitar 240 ribu warga yang memilih Golput.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Petrus Haryanto, Founder and CEO iPol Indonesia, prediksi dari teknologi politik tersebut karena masih kurangnya sosialisasi.
"Kandidat hanya memanfaatkan sosialisasi yang dinilai efektif, tidak membentuk tim pemenangan untuk menekan high cost," katanya kepada Liputan6.com, yang ditulis Senin (6/11/2017).
Kawasan Sumsel yang tiga kali lebih besar dibandingkan Jawa Barat (Jabar) dan dua kali wilayah Jawa Timur (Jatim) akan sangat sulit dijangkau jika tidak menggencarkan sosialisasi.
Seperti contohnya di Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2013, potensi golput Pilkada mencapai 36 persen, dengan partisipan hanya 64 persen. Pasangan Alex Noerdin-Ishak Mekki bisa unggul karena sudah mendapatkan suara lebih dari 2 juta pemilih.
"Walau ada sosialisasi rumah pintar,tapi Sumsel kawasannya luas. Tidak ada sosialisasi ke masyarakat tradisional," ucapnya.
Para kandidat yang gencar menggunakan medsos, bisa berpeluang menggandeng pemilih muda. Ada sekitar 2,2 Juta pengguna medsos yang aktif di Sumsel, terutama di 7 kabupaten/kota besar, seperti di Palembang, Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Prabumulih.
Menurutnya, para kandidat saat ini menunjukkan tren yang sama, yaitu menggunakan viral aktifitas, sehingga bisa mendongkrak popularitas dan elektabilitas.
"Dulu pemilih 2 Juta untuk Alex-Ishak bisa memenangkan Pilkada 2013. Sekarang bisa juga, sekitar 50 persen, atau 1 juta pemilih saja. Tidak hanya tergantung pada pemilih irasional saja," ucapnya.
Saingan Pilkada
Di Pilgub 2018 sendiri, ada beberapa nama Calon Gubernur (Cagub) yang sedang naik daun, yaitu Herman Deru, mantan Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Dodi Reza, Bupati Musi Banyuasin (Muba), Ishak Mekki, Wakil Gubernur Sumsel dan Aswari Rifai, Bupati Lahat.
Herman Deru menggungguli ketiga kandidatnya dengan mengantongi jumlah popularitasnya sebesar 15,43 persen, disusul Dodi Reza sebesar 13,37 persen, dan Ishak Mekki sebanyak 11,09 persen.
Sedangkan Aswari Rifai yang berada di posisi terakhir masih berpotensi menyusul, karena mempunyai semangat kuat dan berpotensi merangkul generasi muda.
"Inilah pertarungan perebutan kursi sangat ketat, cenderung berpotensi dikejar dan bisa mengancam Herman Deru. Dodi Reza dan Ishak Mekki terus melesat, apalagi mereka masih menjabat dan punya timses, bisa saja Herman Deru disalib," ucapnya.
Kadar pemberitaan juga, lanjutnya, masih didominasi oleh Dodi Reza dan Ishak Mekki. Sedangkan Herman Deru masih kemungkinan masih sibuk melakukan sosialisasi, tanpa adanya jabatan pemerintahan lagi.
"Harus kita akui, salah satu yang mendukung adalah iklan dan pemberitaan. Terlebih sudah viral, itu akan menjadi kekuatan kandidat untuk unggul sebagai cagub," ujarnya.
Sedangkan di bursa Pilwako Palembang 2018, dua kandidat terkuat yaitu Wali Kota Palembang Harnojoyo dan Sarimuda, mantan Kepala Dinas Perhubungan dan Komunikasi Informasi (Kadishubkominfo) Sumsel.
Untuk popularitas, Harnojoyo mengungguli sebesar 93 persen disusul Sarimuda di angka 86,96 persen. Elektabilitasnya juga masih unggul Harnojoyo lebih dari 25 persen, sedangkan Sarimuda hanya 21,11 persen.
"Tapi Likeabilitas Sarimuda cukup tinggi di angka 63 persen dan Harnojoyo hanya 57 persen," ungkapnya.
Data ini diperoleh dari simulasi survey di tanggal15-22 Oktober 2017 secara Multistage Random Sampling di Palembang.
Aswari Rifai yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Partai Gerindra Sumsel mengatakan bahwa tidak mempermasalahkan survey tersebut memposisikannya di urutan terakhir.
"Tidak apa-apa sementara di urutan berapa saja, saya masih terus berusaha," katanya.
Advertisement