Sukses

HEADLINE: Fakta Kesederhanaan Jokowi Mantu Vs Nyinyiran Politikus

Presiden Jokowi menikahkan putri tunggalnya di kampung halaman, bukan di istana milik negara. Namun, itu tak menjauhkannya dari kritik.

Liputan6.com, Jakarta - Hidangan yang disajikan di resepsi pernikahan Kahiyang Ayu dan Bobby Afif Nasution, bikin Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly, terkesan. Namun, bukan makanan mewah yang ia sanjung.

"Kalau saya paling suka satai kere. Sederhana, tapi mantap. Enak," ujar Yasonna usai menghadiri resepsi Kahiyang-Bobby bersama jajaran Menteri Kabinet Kerja di gedung Graha Saba Buana, Solo, Jawa Tengah, Rabu malam, 8 November 2017.

Satai kere adalah kuliner populer di Solo. Kelas kaki lima. Bahannya dari tempe gembus berbumbu yang ditusuk pakai lidi, dibakar, lalu diguyur bumbu kacang, dan dimakan ditemani potongan lontong. 

Seperti namanya, "kere" alias "miskin", bahannya memang sangat sederhana. Versi lainnya biasanya menggunakan jeroan sapi seperti iso, babat, kikil, hingga torpedo.

Selain satai kere, makanan tradisional lain juga disajikan, seperti serabi solo, martabak telur, martabak manis, ledre, prol kopyor, timlo, cabuk rambak, serta minuman sari buah. Tak ada makanan kelas hotel berbintang yang disajikan untuk para tetamu, pejabat, maupun rakyat kebanyakan. 

Menteri Yasonna menambahkan, bukan hanya hidangan yang membuat pesta mantu Presiden Jokowi terasa sederhana. Tampilan ruangan resepsi serta perniknya juga jauh dari kesan mewah.

"Yang membuatnya jadi sederhana juga karena semua orang bisa datang dan suasananya tidak berlebihan. Ornamennya juga sederhana, tapi memukau," jelas Yasonna.

Karena itu, dia mengaku heran kalau masih ada orang yang menganggap pesta pernikahan Kahiyang-Bobby adalah acara pamer kemewahan. "Jadi, kalau ada yang bilang begitu datang saja, lihat sendiri," tegas Yasonna.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo ternyata juga mengakui kelezatan satai kere. Namun, ada makanan lain yang memikat seleranya, yakni cabuk rambak.

"Tadi saya cicipi cabuk rambak. Bagi saya aneh, tapi ternyata sederhana sekali, yaitu lontong dan kerupuk kulit. Kemudian saya juga mencicipi ronde sama satai kere. Menunya lebih banyak tradisional," ucap Agus.

Bahwa tak ada kemewahan berlebih yang terpancar dalam acara perkawinan Kahiyang-Bobby juga disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Kalla yang juga didapuk menjadi saksi untuk mempelai wanita itu mengatakan, acara pernikahan Kahiyang-Bobby berlangsung secara sederhana.

"Acaranya sederhana, tapi yang hadirnya yang banyak. Dekorasinya juga biasa saja," kata Wapres ketika ditemui usai menjadi saksi pernikahan Kahiyang-Bobby, Rabu siang.

Pakai Karpet Bekas

Demikian pula dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan. Menurut dia, meskipun banyak tamu undangan dan warga yang datang, acara dikemas sederhana.

"Yang datang ramai sekali, tapi acaranya sederhana. Semua tampilannya, pakaiannya ya menunya, tempat acaranya," kata Zulkifli.

Ungkapan senada juga disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang datang bersama sang istri. Menurut Anies, suasana pernikahan putri semata wayang Jokowi itu sama seperti pernikahan masyarakat pada umumnya.

"Seperti pernikahan keluarga lainnya, masyarakat umum. Ramai, tertib, dan anggun. Tidak memberikan kesan mahal," tegas Anies.

Bahkan, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan acara pernikahan putri Presiden ini tergolong terlalu sederhana untuk kepala negara.

"Untuk sekelas Presiden menurut saya ini malah terlalu sederhana. Kita lihat, karpet saja pakai karpet bekas. Sekelas Presiden, padahal," ujar Pramono di depan Graha Saba Buana, Selasa petang, 7 November 2017.

Infografis Pujian Vs Sindiran Pernikahan Kahiyang-Bobby

Soal tamu yang melimpah, hingga ribuan orang, Pramono Anung menilai, itu karena Presiden menerima permintaan dari masyarakat.

"Ada tukang becak, pengamen, pedagang di pasar, yang semua ingin datang," ujar Pramono.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak melihat adanya hubungan antara pesta yang mewah dengan ramainya tamu undangan yang datang. Sebagai seorang presiden, menurut dia wajar kalau banyak tamu yang harus diundang Jokowi.

"Saya kira itu tergantung ya. Pak Presiden kan temannya banyak. Nanti kalau enggak diundang sakit hati. Tapi yang paling penting sebenarnya bukan 400 (undangan). Empat ratus kalau di luar negeri, mewah juga," tutur Risma.

Kritikan Fahri Hamzah

Munculnya polemik mewah-sederhana pernikahan Kahiyang-Bobby dan angka 400 yang disebutkan Risma berawal dari kritikan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang menyoal megahnya acara pernikahan di Kota Solo tersebut.

Sehari sebelum perhelatan, Selasa, 7 November 2017, Fahri di kantornya bicara kepada wartawan bahwa dia menyayangkan rencana pernikahan Kahiyang-Bobby yang mengundang ribuan tamu.

Menurut dia, hal itu tidak sesuai dengan isi Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2014 tentang Gerakan Hidup Sederhana, yang membatasi jumlah undangan untuk acara yang digelar para pejabat tak lebih dari 400 orang.

"Katanya enggak boleh ngundang pejabat lebih dari 400. Dulu ada revolusi mental bikin pesta kecil-kecilan saja katanya. Kalau sekarang kok kayak lebih. Mohon maaf, saya bukan tidak menghormati adat dan budaya tapi menurut saya mbok ya sederhana saja," papar Fahri.

Meski acara pernikahan dan resepsi belum digelar, Fahri bisa menilai kalau pesta Kahiyang-Bobby akan dibuat tidak sederhana.

"Sederhanalah, bikin pesta kecil di rumah sama teman-teman. Sekarang kan ada Twitter, ada vlog, ya pakai itu saja. 'Anak saya lagi kawin nih', vlog, itu asyik juga. Make it fun, bikin asyik-asyik yang begini," kata Fahri.

Kritikan Fahri pun sampai ke telinga Jokowi yang tengah sibuk mengikuti persiapan terakhir pernikahan Kahiyang-Bobby. Presiden menanggapi santai kritikan itu dan memastikan bahwa dirinya tidak memakai fasilitas negara dalam perhelatan ini.

"Ya relatiflah yang namanya sederhana itu. Wong kita ini punya hajatan di kampung, gedung juga gedung sendiri, katering juga katering sendiri, panitia juga sendiri," kata Jokowi di Gedung Graha Saba Buana, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa petang.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta tidak ada pihak yang membanding-bandingkan pernikahan Kahiyang-Bobby dengan pesta pernikahan lainnya. Menurut dia, pernikahan putri semata wayangnya merupakan hajatan untuk warga Solo.

"Jadi, jangan dibandingkan dengan yang lain-lain. Memang kita ini hajatan di kampung, di daerah, jadi ya adanya seperti ini," jelas Jokowi.

Tak hanya Fahri Hamzah yang melancarkan kritik, tapi juga politikus Gerindra, Fadli Zon.

2 dari 2 halaman

Penjelasan dari Kiev

Tak hanya membuat heboh di Tanah Air, kritikan Fahri Hamzah juga sampai ke Kota Kiev, Ukraina, tempat Yuddy Chrisnandi berkantor. Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang kini menjadi Duta Besar RI untuk Ukraina, Armenia, dan Georgia itu merasa harus ikut memberikan tanggapan.

Wajar saja, sebab Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2014 tentang Gerakan Hidup Sederhana, yang disebut-sebut Fahri, terbit saat Yuddy masih menjabat MenPAN-RB. Surat Edaran itu ditandatangani Yuddy pada 20 November 2014.

Ada 5 poin imbauan yang terdapat dalam SE Gerakan Hidup Sederhana ini, yaitu:

1. Membatasi jumlah undangan resepsi penyelenggaraan acara seperti pernikahan, tasyakuran dan acara sejenis lainnya maksimal 400 undangan dan membatasi jumlah peserta yang hadir tidak lebih dari 1.000 orang.

2. Tidak memperlihatkan kemewahan dan/atau sikap hidup yang berlebihan serta memperhatikan prinsip-prinsip kepatutan dan kepantasan sebagai rasa empati kepada masyarakat.

3. Tidak memberikan karangan bunga kepada atasan atau sesama pejabat pemerintahan.

4. Membatasi publikasi advertorial yang menggunakan biaya tinggi.

5. Meneruskan Surat Edaran ini kepada seluruh jajaran instansi di bawahnya sampai dengan unit organisasi terkecil untuk melaksanakan dan mematuhi ketentuan dalam Surat Edaran ini secara konsisten dan sungguh-sungguh.

Namun, menurut Yuddy ketentuan pada poin 1 tidaklah berlaku mutlak. Larangan itu berlaku jika resepsi diselenggarakan di fasilitas umum, seperti hotel atau gedung mewah yang dapat menimbulkan perasaan ketidakadilan di masyarakat dan berdampak pada ketidaknyamanan masyarakat umum sebagai penonton dari perhelatan.

"Namun, resepsi yang diselenggarakan di lingkungan tempat tinggalnya sendiri, dengan memperkenankan masyarakat sekitar untuk hadir dan turut merasakan kebahagiaan dari resepsi tersebut, undangan tidak dibatasi," ujar Yuddy dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu 8 November 2017. 

Dia mencontohkan, pada 2015, Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Soeryo, membatalkan resepsi anaknya di hotel mewah di Batam Center dan memindahkan ke gedung pertemuan di kompleks rumahnya, dengan seizin warga. Ketika itu dia mengundang lebih dari 10 ribu orang dan hal tersebut diperkenankan. Bahkan, Yuddy ikut hadir di resepsi itu.  

"Sejauh rakyat terlibat dalam kebahagiaan, bukan sekadar terkena dampak resepsi dan dilakukan di lingkungan kampung halamannya, tidak melanggar aturan. Hal yang sama dilakukan Presiden Jokowi saat menikahkan Gibran tahun 2015, saya juga hadir," ujar Yuddy. 

 

Apalagi, lanjut dia, resepsi Kahiyang-Bobby dilakukan di gedung yang sama dengan Gibran yang tak lain adalah milik keluarga Jokowi jauh sebelum dia menjadi Presiden RI. Letaknya pun hanya selemparan batu dari rumah sang presiden di kampung halamannya, Solo.

"Setahu saya, seluruh warga di sekitarnya ikut diundang, bahkan seluruh masyarakat Solo diperkenankan hadir. Jadi menurut saya, tidak ada yang salah. Pernikahan putra-putri Presiden tidak perlu menjadi komoditas politik," pungkas Yuddy.

Satu hal yang juga luput dari perhatian Fahri Hamzah adalah bahwa Surat Edaran Gerakan Hidup Sederhana sama sekali tidak ditujukan untuk Presiden dan Wakil Presiden RI.

Edaran itu menjelaskan, imbauan Gerakan Hidup Sederhana ditujukan untuk Menteri Kabinet Kerja, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Nonstruktural, Gubernur, Bupati dan Wali Kota.

3 Kriteria Pesta Nikah Mewah

Sementara itu, menurut sosiolog dari Universitas Indonesia, Ida Ruwaida, untuk menilai mewah atau tidaknya sebuah pesta pernikahan tidak bisa diukur dari jumlah tamu undangan yang datang.

"Kalau kita lihat jumlah undangannya (Kahiyang-Bobby) ada 8.000, tapi kan masih banyak (pesta lain) yang tamunya lebih banyak," jelas Ida kepada Liputan6.com saat dihubungi, Rabu malam 8 November 2017.

Menurut dia, sebuah pesta atau resepsi pernikahan bisa disebut mewah atau sederhana bisa dengan melihat pada pakaian yang dikenakan tuan rumah, sajian makanan, serta jenis suvenir.

"Jadi, meski jumlah undangan ada 8.000, tapi sajian makanan serta suvenirnya sederhana, itu tak bisa disebut mewah," tegas Ida.

Makanan yang dihidangkan dalam pesta nikah Kahiyang-Bobby memang sederhana. Namun, bagaimana dengan yang lain?

Untuk suvenir, tamu yang hadir pada sesi pertama resepsi mendapat cendera mata sebuah tas berbahan kain. Di dalam tas tersebut ada sebuah tas tangan cantik berukuran 10x15 sentimeter yang memiliki simbol huruf KB, inisial dari Kahiyang dan Bobby.

"Yang saya lihat, pakaian atau baju batik yang dikenakan rombongan tuan rumah sejak rangkaian awal pernikahan berbahan kain Solo yang tidak mahal," ujar Ida.

"Di sisi lain, kita harus menghargai dan memahami apa yang dilakukan Presiden Jokowi untuk putri satu-satunya. Sebagai tuan rumah, Beliau menikahkan anaknya dengan menampilkan banyak tradisi. Sebagai umat muslim, Pak Jokowi telah melaksanakan tanggung jawab orangtua sampai kepada menikahkan anaknya," Ida menandaskan.

Lantas, ukuran apa yang digunakan Fahri Hamzah dalam menilai pesta yang tak pernah dihadirinya itu?