Liputan6.com, Jakarta Di masa depan, pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata bergantung pada sumber daya alam dan buatan, melainkan juga pada kreativitas anak muda Indonesia yang mampu menghasilkan karya yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Perpaduan antara ekonomi dan kreativitas akrab dengan sebutan ekonomi kreatif.
Prediksi ekonomi kreatif menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sudah dapat terlihat dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Tercatat kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB Indonesia pada 2014 adalah Rp 784,82 triliun atau meningkat 8,6 persen pada 2015 menjadi Rp 852 triliun.
“Dari total kontribusi tersebut, sub-sektor kuliner, kriya, dan fashion memberikan kontribusi terbesar pada ekonomi kreatif," ujar Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, pada diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Kantor Staf Presiden beberapa waktu lalu.
Advertisement
Sub-sektor kuliner tercatat berkontribusi sebesar 41,69 persen, kemudian fashion sebesar 18,15 persen, dan kriya sebesar 15,70 persen. Selain itu, industri film bertumbuh 10,28 persen, musik 7,26 persen, seni/arsitektur 6,62 persen, dan game tumbuh 6,68 persen.
Dian Wahyu Utami menjadi salah satu contoh anak muda Indonesia yang berhasil menyalurkan kreativitasnya sehingga menciptakan produk dengan nilai jual tinggi.
 Â
Kreativitas Dian Pelangi yang memanfaatkan bahan kain tradisional seperti batik Pekalongan, songket Palembang, dan kain jumputan, membawanya ke kancah internasional. Di sektor fashion masih ada nama-nama lain seperti Barli Asmara, Catherine Njoo, Melia Wijaya, Vivi Zubedi, dan Doris Dorothea .
Selain Dian, produsen sneakers lokal, Exodos57, juga mencuri perhatian dunia usaha, termasuk dari Presiden Joko Widodo. Produsen sneakers asal Bandung itu menampilkan sepatu berbahan kulit dan juga menggabungkannya dengan kanvas dan tenun asal Yogyakarta.
Pemerintah Buka Bantuan Permodalan
Karena besarnya potensi ekonomi kreatif, pemerintah pun tidak ragu untuk memberikan bantuan permodalan. Sektor kreatif ini dinilai paling memberi kesempatan kerja kepada anak-anak muda, demikian juga khususnya kaum perempuan.
Ditinjau dari status jender, 62,84 persen tenaga kerja Indonesia pada 2015 adalah laki-laki. Sisanya atau 37,16 persen adalah perempuan. Namun, ekonomi kreatif justru membalik fakta itu. Berdasarkan data Bekraf, perempuan mendominasi ekonomi kreatif, yaitu 53,68 persen.Sisanya sebesar 46,52 persen adalah laki-laki.
Â
Pelaku ekonomi kreatif juga telah mengakses permodalan dari bank. Pada 2016, permodalan yang diakses dari perbankan sebesar Rp 7,668 triliun. Angka tersebut melampaui target yang hanya sebesar Rp 4,9 triliun.
Sementara itu, pada 2017, tercatat pelaku ekonomi kreatif mengakses modal dari perbankan sebesar Rp 192, 9 miliar dari target Rp 280 miliar.Dengan demikian, total capaiannya sebesar Rp 7,86 triliun.
Diplomasi Kuliner
Ekonomi kreatif tak sedekar menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga untuk hubungan bilateral antar negara. Tak heran jika banyak yang berharap ekonomi kreatif berkembang menjadi soft power yang dapat diandalkan oleh Indonesia untuk meningkatkan posisi di pasar global.
Melibatkan para calon duta besar (dubes), yang merupakan perwakilan Indonesia di negara lain, Bekraf tengah mengembangkan berbagai program yang memerlukan dukungan jejaring internasional kuat, seperti Diplomasi Soto, Kopi, dan Tenun.
Namun, diplomasi kuliner dan fashion tersebut tak akan berhasil bila para duta besar yang menjadi perwakilan Indonesia tak gencar berpromosi.
Secara keseluruhan sendiri, Bekraf membidangi 16 subsektor ekonomi kreatif,antara lain fashion, film dan animasi, kuliner, kriya, seni rupa, seni pertunjukan, seni musik, arsitektur, desain komunikasi visual, desain produk, pengembang aplikasi dan games, televisi dan radio, serta fotografi.
Ke-16 subsektor tersebut diharapkan menjadi andalan baru penggerak perekonomian nasional, baik dari sisi kontribusi terhadap produk domestik bruto, peningkatan ekspor,maupun penyerapan tenaga kerja.
Â
Jika sektor industri kreatif Indonesia betul-betul digarap secara baik, bukan hal mustahil Indonesia bisa berjaya di skala internasional seperti yang terjadi pada Korea dengan K-Pop-nya.
Presiden RI Joko Widodo sendiri pernah mengungkapkan bahwa "Sebab, apa pun industri kreatif itu telah menjadi kekuatan kita. Jika industri kreatif digarap secara baik, anak-anak muda diberi ruang kreatif untuk berinovasi dan berkreativitas, bisa untuk dibawa ke luar."
Â
(Adv)