Sukses

Ayam Impor Marak, Ayam Lokal Tetap Digandrungi

Permintaan terhadap paha ayam lokal tetap tinggi meski paha ayam impor marak di sejumlah pasar tradisonal Jakarta. Peternak lokal tetap menolak kehadiran ayam impor.

Liputan6.com, Jakarta: Harga ayam lokal yang relatif lebih tinggi dibanding paha impor asal Amerika Serikat tampaknya tak mempengaruhi permintaan pasar. Buktinya, di beberapa pasar tradisional di Jakarta, pekan kemarin, omzet penjualan paha ayam lokal tetap stabil. "Konsumen lebih suka ayam lokal karena lebih segar," kata Tumi, penjual ayam di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Tumi menjelaskan, kini harga ayam lokal dijual seharga Rp 9-14 ribu per kilogram, tergantung kualitas dan kesegaran. Sedangkan harga paha ayam impor di pasaran jauh lebih rendah yakni sekitar Rp 4 ribu per kg.

Namun tak disangkal, kehadiran paha ayam impor memang meresahkan peternak ayam lokal [baca: Paha Ayam AS Merusak Industri Ayam Nasional]. Karena itu, sebanyak 50 peternak yang tergabung dalam Koperasi Unggul Selaras (KUS), Ciawi, Bogor, Jawa Barat, menyatakan penolakan terhadap ayam bule itu. Ketua KUS Sugiran menyatakan, banyak konsumen memilih ayam impor dengan alasan kebersihan dan kesehatan yang lebih unggul.

Sejauh ini, peternak ayam lokal menambah pendapatan pemerintah sebanyak 20 persen dari 16 juta produksi ayam broiler per pekan. Angka ini jauh menurun dibanding sebelum terjadi krisis ekonomi 1997 silam.

Kini, kondisi sebagian besar peternak ayam lokal memang memprihatinkan. Pasalnya, harga jual ayam yang rendah mengakibatkan biaya produksi lebih tinggi dari pendapatan. Mereka masih bisa bertahan denga harapan siklus pemeliharaan ayam berikutnya menghasilkan keuntungan.(MTA/Tim Liputan 6 SCTV)