Sukses

Ini yang Sedang Terjadi dalam Perut Gunung Agung

Gunung Agung di Karangasem, Bali, meletus tanpa disertai tanda-tanda adanya peningkatan kegempaan.

Liputan6.com, Bali - Gunung Agung di Karangasem, Bali, meletus tanpa disertai tanda-tanda adanya peningkatan kegempaan. Hingga kini, tremor menerus menandakan terjadinya letusan Gunung Agung masih terjadi.

Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana, menjelaskan, tremor menerus merupakan upaya magma menerobos sumbat lava di perut Gunung Agung yang terbentuk imbas dari letusan tahun 1963.

‎Menurutnya, magma kini tengah berada di permukaan dan terus berupaya keluar dengan cara menghancurkan sumbat atau leher lava.

"Kita monitor terus apakah pada akhirnya sumbat lava 1963 sepenuhnya akan terbongkar atau tidak. Saat ini, Gunung Agung sedang bergoyang di dekat permukaan sampai ke permukaan," kata Devy saat dihubungi, Selasa (21/11/2017).

Jika akhirnya sumbat lava berhasil dibongkar, dapat dipastikan leleran lava akan keluar dari puncak gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut. Tak hanya leleran lava, suara letusan juga akan terdengar bersamaan dengan jebolnya sumbat lava.‎

"Nanti kalau sudah terbongkar, kemungkinan di areal puncak nanti akan terang karena lava segar keluar, suara juga akan terdengar," ujar Devy.

Hanya saja, dia mengaku tak bisa memastikan kapan hal itu terjadi. Ia berharap jika pada akhirnya sumbat lava dapat terbongkar, letusan Gunung Agung yang terjadi tidak terlalu besar.

"Tapi kita tidak bisa pastikan, kita hanya bisa monitor. Kita sama-sama berdoa dan berharap tidak sampai keluar besar. Tapi kita tetap stand by dan selalu siap dengan kondisi apa pun," tutur Devy.

2 dari 2 halaman

Bali Aman

Tanpa disertai tanda-tanda adanya peningkatan kegempaan, Gunung Agung di Bali tiba-tiba meletus. Meski begitu, kondisi Pulau Dewata saat ini dinyatakan aman.

"Kondisi Bali aman. Bandara Internasional Ngurah Rai normal. Pariwisata aman, kecuali radius berbahaya di radius 6-7,5 km dari puncak Gunung Agung," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, di akun Twitter @Sutopo_BNPB, Selasa (21/11/2017).

Menurut dia, letusan Gunung Agung tersebut berjenis freatik. Letusan freatik terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi.

"Pascaletusan freatik kondisi masih normal. Tidak ada peningkatan lonjakan kegempaan," tegas Sutopo.

Ia menjelaskan, letusan freatik bisa terjadi pada semua gunung api yang statusnya di atas normal. "Letusan freatik sulit diprediksi. Letusan disertai abu, pasir dan kerikil."

Saksikan video pilihan di bawah ini: