Liputan6.com, Magelang: Banjir lahar dingin dari Gunung Merapi kembali menerjang Magelang, Jawa Tengah, baru-baru ini. Kendati tak sebesar banjir lahar dingin sebelumnya, jalur jalan Magelang-Yogyakarta yang melewati Desa Jumoyo sempat ditutup selama setengah jam akibat banjir lahar dingin.
Banjir yang menerjang Desa Jumoyo melewati Kali Putih. Namun lahar dingin yang turun kali ini tak membawa material vulkanik, pasir, dan batu. Meski begitu, warga tetap panik. Polisi juga langsung menutup ruas jalan Magelang-Yogyakarta agar pengendara tak terjebak di tengah jalan.
Pengendara yang menuju Yogyakarta dialihkan ke jalur alternatif melalui Kalibawang dan Ngluwar. Sedangkan yang menuju Magelang diarahkan melewati daerah Turi.
Sementara itu, warga Dusun Gempol, Desa Jumoyo, memanfaatkan pasir yang telah menimbun rumah dan pekarangan mereka. Pasir tersebut dijual menggunakan sistem bagi hasil dengan para makelar.
Dari hasil penjualan itulah, warga bisa menyambung hidup. Soalnya, mereka tak bisa melakukan kegiatan apa-apa sejak banjir lahar dingin datang. Apalagi janji pemerintah yang akan memberi bantuan belum kunjung turun, sehingga mereka terpaksa memanfaatkan pekerjaan tersebut.
Banjir lahar dingin Gunung Merapi yang turun melewati Desa Jumoyo tidak bisa dihindari. Warga harus siap menerima kehadiran banjir lahar yang selalu datang jika terjadi hujan deras. Kendati begitu, tak sedikit warga yang beralih profesi menjadi pedagang, meski bahaya mengancam. Hal tersebut dilakukan karena terbatasnya pekerjaan yang bisa dilakukan di tengah bencana. Padahal, mereka harus tetap bertahan untuk mencari makan.(ULF)
Banjir yang menerjang Desa Jumoyo melewati Kali Putih. Namun lahar dingin yang turun kali ini tak membawa material vulkanik, pasir, dan batu. Meski begitu, warga tetap panik. Polisi juga langsung menutup ruas jalan Magelang-Yogyakarta agar pengendara tak terjebak di tengah jalan.
Pengendara yang menuju Yogyakarta dialihkan ke jalur alternatif melalui Kalibawang dan Ngluwar. Sedangkan yang menuju Magelang diarahkan melewati daerah Turi.
Sementara itu, warga Dusun Gempol, Desa Jumoyo, memanfaatkan pasir yang telah menimbun rumah dan pekarangan mereka. Pasir tersebut dijual menggunakan sistem bagi hasil dengan para makelar.
Dari hasil penjualan itulah, warga bisa menyambung hidup. Soalnya, mereka tak bisa melakukan kegiatan apa-apa sejak banjir lahar dingin datang. Apalagi janji pemerintah yang akan memberi bantuan belum kunjung turun, sehingga mereka terpaksa memanfaatkan pekerjaan tersebut.
Banjir lahar dingin Gunung Merapi yang turun melewati Desa Jumoyo tidak bisa dihindari. Warga harus siap menerima kehadiran banjir lahar yang selalu datang jika terjadi hujan deras. Kendati begitu, tak sedikit warga yang beralih profesi menjadi pedagang, meski bahaya mengancam. Hal tersebut dilakukan karena terbatasnya pekerjaan yang bisa dilakukan di tengah bencana. Padahal, mereka harus tetap bertahan untuk mencari makan.(ULF)