Sukses

Menag: Alumni 212 Harus Perjelas Tujuan Reuni

Lukman mengimbau agar acara reuni alumni 212 terselenggara tetap pada koridor hukum.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin meminta para alumni 212 yang akan menggelar reuni di Silang Monas, Sabtu besok, memperjelas tujuannya.

"Berkenaan dengan rencana reuni alumni 212, masyarakat harus mendapatkan penjelasan cukup terkait tujuan yang ingin dicapai dari Reuni 212 tersebut. Sebab kalau tidak tentu menimbulkan pemahaman beragam," kata dia lewat keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat (1/12/2017).

Banyak pihak menyebut, termasuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian, jika reuni alumni 212 sarat muatan politis. Karenanya, Lukman menyarankan agar para pengaggas betul-betul bisa meyakinkan setiap pihak bahwa tidak ada dugaan seperti demikan.

"Tahun depan memasuki tahun politik. Sedapat mungkin aktivitas seperti ini dikomunikasikan dengan banyak pihak agar tak menimbulkan pro kontra," jelas dia.

Lukman mengimbau agar acara reuni alumni 212 terselenggara tetap pada koridor hukum. Tidak melanggar norma berlaku, karena setiap warga negara dijamin haknya dalam berserikat, berkumpul, dan beraktivitas.

"Jadi selama aktivitas tersebut dalam koridor dan regulasi, tidak melanggar norma-norma hukum berlaku, reuni atau aktivitas berkumpul apapun tidak apa-apa, di era demokrasi seperti ini semua warga negara punya hak untuk itu," ujar Lukman.

Saksikan vidio pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Kata MUI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mempertanyakan alasan diadakannya Reuni Alumni 212 yang diselenggarakan pada Sabtu, 2 Desember 2017.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid pun mengajak para pemrakarsa acara reuni 212 untuk kembali merenungi makna perjuangan para nabi.

Dia menyatakan sudah begitu hebat kah perjuangan 212 sehingga harus membentuk forum alumni dan kemudian diperingati peristiwa itu setiap tahunnya.

"Sementara masih banyak pekerjaan umat yang terbengkalai yang menuntut kita untuk segera ditangani," ujar Zainut kepada Liputan6.com, Jakarta, Kamis, 30 November 2017.

Islam, kata dia, mengajarkan untuk selalu memandang ke depan, jangan terus menengok ke belakang. "Boleh menengok ke belakang tapi dengan maksud untuk melakukan muhasabah, perbaikan untuk hari esok yang lebih baik," demikian Zainut.