Sukses

Gunung Agung Keluarkan Asap Solfatara, Hati-Hati Bau Kentut

Meski tampak tenang dan indah, saat ini Gunung Agung masih berstatus Awas.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Agung saat ini terus menunjukkan aktivitasnya. Hari ini, Senin (4/12/2017), Gunung Agung kembali mengeluarkan asap solfatara pada pukul 08.22 Wita. Asap tersebut terlihat membentuk garis lurus karena terbawa angin. Fenomena ini membuat Gunung Agung tampak sangat indah.

"Asap solfatara keluar dari kawah Gunung Agung membentuk garis lurus karena terbawa angin pada 4/12/2017 pukul 08.22 Wita," tulis Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPT), Sutopo Purwo Nugroho, dalam akun Twitter-nya, Senin (4/12/2017).

Meski tampak tenang dan indah, saat ini Gunung Agung masih berstatus Awas. Semua bandara, baik Ngurah Rai maupun Lombok berjalan normal. Bahkan, wisata di Bali terbilang aman.

"Wisata Bali aman kecuali di radius 8-10 KM dari puncak kawah Gunung Agung," tulis Sutopo lagi.

Munculnya solfatara akibat kawah yang retak disebabkan dorongan panas dari magma gunung.

Sementara solfatara sendiri adalah fumarol yang mengeluarkan gas-gas oksida belerang seperti SO2 dan SO3, selain karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O).

Solfatara mudah dikenali karena udara sekitarnya berbau busuk seperti kentut, sebagai bau khas gas-gas oksida belerang.

 

2 dari 2 halaman

Lava Membeku

Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi‎ (PVMBG), Devy Kamil Syahbana, menjelaskan adanya kemungkinan magma dari dalam perut yang keluar menjadi lava di puncak kawah Gunung Agung mengalami pendinginan dan pada akhirnya membeku.

Menurut Devy, jika sudah keluar ke permukaan, lava akan cepat mendingin. ‎Semakin ke atas akan semakin tebal bekuan lava tersebut. Hal itu bergantung pada udara di sekitarnya.

Ia menceritakan pengalamannya mengambil guguran lava saat erupsi Gunung Rinjani. Beberapa jam setelah gunung di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu erupsi, Devy naik ke gunung tersebut untuk mengambil sampel guguran lava.

"Saya pernah naik ke Rinjani untuk mengambil sampel guguran lava kurang dari 24 jam setelah erupsi. Lavanya sudah mulai mendingin. Penyebab dingin tentu tergantung dari udara sekitarnya," ujar Devy di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu (3/12/2017).

Pembekuan lava tentu saja berpengaruh pada pergerakan magma dari perut gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut.‎ "Kalau semakin keras (bekuan lava) mobilitas (magma) semakin rendah," kata Devy.

Hanya saja, yang menjadi pertanyaan kemudian apakah lava mendingin lantaran magma Gunung Agung kehabisan energi atau justru saat naik ke permukaan terhalang oleh bekuan lava yang telah mengeras.

Saksikan video di bawah ini: