Liputan6.com, Jakarta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) menyelenggarakan Konferensi Nasional Komunikasi dan Kongres ISKI yang ketujuh. Konferensi berlangsung selama dua hari mulai hari ini, Kamis (7 Desember 2017) sampai Jumat besok (8 Desember 2017) dengan tema "Tata Kelola Komunikasi: Kreasi Bersama Menuju Masyarakat Berbasis Ilmu Pengetahuan".
Ketua ISKI periode 2013-2017 yang juga Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Yuliandre Darwis, mengatakan tata kelola komunikasi menjadi isu utama yang diangkat dalam acara tersebut.
"Kita melihat begitu karut-marutnya komunikasi di seluruh instrumen negeri ini. Baik itu masalah media maupun tata kelola komunikasi pemerintah," ujar Yuliandre di Grand Sahid Jaya, Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Kamis (7/12/2017).
Advertisement
Konferensi Nasional Komunikasi dan Kongres ketujuh ISKI itu dihadiri sejumlah akademisi, peneliti, ahli, profesional, praktisi, media, dan pengambil kebijakan di bidang komunikasi.
Mereka saling berbagi pengalaman, konsep, pemikiran, model, dan hasil penelitian yang diharapkan dapat berkontribusi pada tata kelola komunikasi menuju masyarakat berbasis ilmu pengetahuan.
Yuliandre mengatakan, hasil kajian dalam konferensi selama dua hari ini, nantinya akan berupa rekomendasi terkait solusi permasalahan komunikasi yang akan diberikan kepada pemerintah.
"Harapan kita dengan hadirnya kurang lebih ratusan paper kajian yang diriset oleh banyak pakar komunikasi selama dua hari ini menjadi solusi. Contoh, masalah Undang-Undang Penyiaran. Lalu, masalah komunikasi politik pemerintahan dan sebagainya dikaji secara komprehensif. Ini tentu menjadi rekomendasi positif kita ke pemerintah," tuturnya.
Banjir Informasi
Sementara itu, di kesempatan yang sama Direktur Jenderal Informasi Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Niken Widiastuti, menyampaikan harapannya bahwa dari hasil kajian konferensi nasional komunikasi ISKI bisa juga menghasilkan kajian literasi media sosial, khususnya kepada dunia perguruan tinggi, generasi milenial, dan lainnya sehingga tercipta pola komunikasi yang sehat.
Hal itu, menurutnya, dipicu dengan makin membanjirinya informasi di media sosial dan tak sedikit informasi hoax, bernuansa ujaran kebencian, dan fitnah disebar sehingga tak sedikit juga menimbulkan kesalahpahaman dan pola komunikasi yang memburuk di masyarakat.
Saat ini, arus informasi begitu deras membanjiri masyarakat seiring perkembangan teknologi. Dengan begitu, informasi yang beredar mudah sekali berpindah tangan melalui media sosial.
"Tak sedikit informasi negatif berupa hoax, ujaran kebencian, fitnah, dan sebagainya," ujar Niken.
Dia menambahkan, era saat ini sangat memerlukan literasi media sosial guna tercipta komunikasi yang sehat.
Advertisement