Liputan6.com, Jakarta - Hujan ekstrem yang menyebabkan banjir di Jakarta pada Senin, 11 Desember 2017 kemarin ternyata belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan hujan yang pernah terjadi pada 10 Februari 1996 dan 1 Februari 2007 di Jakarta.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, hujan yang lebih ekstrem pernah terjadi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada 10 Februari 1996 dengan curah hujan 300 mm/hari.
Kemudian, hujan yang jauh lebih ekstrem juga terjadi di Ciledug, Jakarta Selatan pada, 1 Februari 2007 dengan curah hujan 340 mm/hari.
Advertisement
Â
Hujan deras yang menyebabkan banjir/genangan di Jakarta pada 11/12/2017 ternyata jauh lebih kecil dibandingkan hujan yang pernah menyebabkan Jakarta banjir besar. Hujan di Pasar Minggu pada 10/2/1996 = 300 mm/hari, di Ciledug 1/2/2007 = 340 mm/hari. Kemarin hanya 83 mm saja. pic.twitter.com/XNoHNtHXNt
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) December 11, 2017
Â
Â
Tentunya, kedua hujan ekstrem itu jauh lebih dahsyat dibanding hujan yang mengguyur Jakarta kemarin pada pukul 14.00 WIB yang curah hujannya 83 mm/hari.
Melalui akun Twitternya, Sutopo mengatakan, Jakarta memang daerah rawan banjir. Ancaman banjir akan semakin meningkat di Jabodetabek seiring terus berkembangnya bangunan.
"Siapapun yang menjadi Gubernur DKI Jakarta akan sulit menuntaskan banjir," tulis Sutopo di Twitternya.
Â
Â
Jakarta rawan banjir sejak jaman VOC-sekarang. Ancaman banjir makin meningkat seiring landuse change di Jabodetabek. Lihat citra satelit 1972-2014, warna merah adalah kawasan terbangun, hijau pepohonan. Siapapun yang menjadi Gubernur DKI Jakarta akan sulit menuntaskan banjir. pic.twitter.com/aH8Cu2V35R
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_BNPB) December 12, 2017
Tak Terkait Siklon
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, hujan ekstrem itu tidak terkait dengan bibit siklon tropis 93W dan 97S yang muncul beberapa waktu lalu.
"Tidak ada hubungannya. Siklon 97S dan 93W sudah tidak ada sejak seminggu yang lalu," ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hari Djatmiko ketika dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin.
BMKG sendiri sudah memberikan peringatan dini terkait angin kencang dan petir yang terjadi di Jakarta kemarin. Peringatan ini sudah disebarluaskan kepada masyarakat melalui instansi pemerintahan dan media. Salah satunya tertulis pada laman resmi BMKG.
"Provinsi DKI Jakarta tgl. 11 Desember 2017 pkl 13.50 WIB berpotensi terjadi Hujan Sedang-Lebat yang dapat disertai Kilat/Petir dan Angin Kencang pada pkl 14.20 WIB."
Hujan ekstrem kemarin turun di seluruh wilayah Ibu Kota. Sebut saja Tanah Abang, Menteng, Senen, Johar Baru, Cempaka Putih, Cakung, Pulo Gadung, Jatinegara, Duren Sawit, Kramatjati, Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Jatinegara, Pasar Minggu, Pancoran, Tebet, Setiabudi, Mampang Prapatan, Kebayoran, Cilandak, Pesanggrahan, dan sekitarnya.
Kondisi itu meluas ke wilayah Kemayoran, Sawah Besar, Gambir, Cilincing, Koja, Kelapa Gading, Tanjung Priok, Pademangan, Penjaringan, Taman Sari, Tambora, Grogol Petamburan, Palmerah, Kebon Jeruk, Kembangan, Cengkareng, Kalideres dan sekitarnya.
Hujan ekstrem tersebut disertai kilat/petir dan angin kencang.
Saksikan video di bawah ini:
Advertisement