Liputan6.com, Jakarta - Taruna Merah Putih (TMP) menggelar Natal 2017 bertemakan 'Konser Bersama Tuhan Yesus di Danau Toba'. Acara itu juga diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian terhadap kedaulatan Palestina.
Ketua Umum TMP Maruarar Sirait menyampaikan, Natal sudah pasti membawa kedamaian dan bukan bagi diri sendiri, tapi juga dunia.
Baca Juga
"Jadi kita lihat di Israel, apa yang disampaikan Trump itu tidak membawa damai," tutur Maruarar di Gedung Mulia Raja, Jalan Kebon Nanas, Jatinegara Jakarta Timur, Jumat (22/12/2017).
Advertisement
Pria yang disapa Ara itu mengkritik keputusan Donald Trump yang dianggap melukai banyak pihak. Jelang Natal, pernyataan Presiden Amerika Serikat itu dianggap jauh dari makna Natal.
"Dia mengatakan Yerusalem adalah ibu kota Israel, sangat mencederai perasaan damai dan kasih sayang yang harus ditanamkan dalam Natal," kata Maruarar.
Penggalangan Dana
Dalam acara itu pula digalang dana demi mendukung kemerdekaan negara Palestina. Konselor Kedutaan Besar Palestina di Indonesia Taher Hamad pun turut hadir dan mengikuti rangkaian agenda malam itu.
"Persembahan kolekting dari acara ini akan kami persembahkan kepada perjuangan untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka, yang berdaulat, dan itu sesuai dengan politik bebas aktif Indonesia. Dan Indonesia dari awal mendukung Palestina menjadi negara berdaulat," Ara menandaskan.
Advertisement
Menentang Pengakuan Donald Trump
Sidang darurat Majelis Umum PBB telah digelar pada Kamis, 21 Desember waktu New York, Amerika Serikat. Hasilnya, 128 negara termasuk Indonesia, mendukung diloloskannya resolusi yang menentang pengakuan Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Adapun 35 negara menyatakan abstain dan 9 negara lainnya mendukung kebijakan kontroversial Trump soal Yerusalem. Mereka yang mendukung adalah AS, Israel, Guatemala, Honduras, Togo, Nauru, Palau, Kepulauan Marshall dan Federasi Mikronesia.
Para pemimpin Palestina merespons hasil sidang darurat Majelis Umum PBB. Mereka menyebutnya sebagai bukti atas dukungan internasional bagi "keadilan".
"Masyarakat internasional telah secara tegas membuktikan bahwa mereka tidak dapat diintimidasi atau diperas, dan anggota (PBB) akan mempertahankan peraturan hukum global," papar Hanan Ashrawi, seorang anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina melalui sebuah pernyataan seperti yang dikutip dari Al Jazeera pada Jumat, (22/12/2017).
Namun, di lapangan, resolusi terbaru PBB tak lebih dari sekadar tindakan simbolis.
"Ini adalah hal yang sia-sia," ungkap Amany Khalifa, seorang aktivis politik di Yerusalem.
Menurutnya, "Otoritas Palestina (PA) harus mengevaluasi seluruh proses diplomatik di PBB. Pengalaman yang kami rasakan adalah selama beberapa dekade, resolusi tidak mengubah apapun".
Kemelut yang dipicu status Yerusalem bermula ketika Trump melanggar kebijakan luar negeri AS yang berjalan selama puluhan tahun, yakni mengakui kota itu sebagai ibu kota Israel. Ia mengumumkan sikapnya itu pada Rabu, 6 Desember. Dalam kesempatan yang sama, Trump memerintahkan Kementerian Luar Negeri AS untuk memulai proses pemindahan kedutaan besar dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Pengakuan Trump atas Yerusalem merupakan hantaman telak bagi Palestina, yang selama lebih dari dua dasawarsa berusaha mendirikan sebuah negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini: