Liputan6.com, Jakarta: Mantan fungsionaris Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dimyati Hartono mendeklarasikan Partai Indonesia Tanah Air Kita (PITA) di Balai Sidang, Jakarta Selatan. Selain sebagai penggagas, Dimyati juga menjabat ketua umum PITA. Partai ini memilih nasionalisme sebagai landasan ideoligis. Alasannya, berdasarkan perjalanan historis bangsa, asas ini dapat menyatukan Indonesia yang heterogen. Demikian dijelasan Dimyati saat berpidato dalam acara pendeklarasian PITA di Jakarta, Ahad (7/4) siang.
Dimyati menambahkan, PITA dibentuk tidak untuk memposisikan diri sebagai oportunis atau mencoba memperoleh kuntungan finansial belaka. Bahkan, 24 DPW yang dibentuk di seluruh Tanah Air dididik untuk berswadaya, tanpa menggantungkan diri pada bantuan dewan pimpinan pusat.
Acara yang dilangsungkan di tampat yang cukup mewah ini belum mampu menunjukkan dukungan kekuatan massa simpatisan PITA. Buktinya, lebih banyak kursi yang kosong dibanding jatah yang ada.
Pembentukan partai baru ini berawal ketika Dimyati mundur dari keanggotaan DPR sekaligus keluar dari PDI-P [baca: Dimyati Hartono Resmi Meninggalkan DPR]. Saat itu, Chairman Kantor Pengacara Dimhart and Associates ini menyatakan, visi Megawati Sukarnoputri sebagai pemimpin PDI-P sudah tak sejalan lagi dengan prinsip idealismenya [baca: Geliat di Tanduk Banteng Bulat].(ZAQ/Alfito Deannova dan Donni Indradi)
Dimyati menambahkan, PITA dibentuk tidak untuk memposisikan diri sebagai oportunis atau mencoba memperoleh kuntungan finansial belaka. Bahkan, 24 DPW yang dibentuk di seluruh Tanah Air dididik untuk berswadaya, tanpa menggantungkan diri pada bantuan dewan pimpinan pusat.
Acara yang dilangsungkan di tampat yang cukup mewah ini belum mampu menunjukkan dukungan kekuatan massa simpatisan PITA. Buktinya, lebih banyak kursi yang kosong dibanding jatah yang ada.
Pembentukan partai baru ini berawal ketika Dimyati mundur dari keanggotaan DPR sekaligus keluar dari PDI-P [baca: Dimyati Hartono Resmi Meninggalkan DPR]. Saat itu, Chairman Kantor Pengacara Dimhart and Associates ini menyatakan, visi Megawati Sukarnoputri sebagai pemimpin PDI-P sudah tak sejalan lagi dengan prinsip idealismenya [baca: Geliat di Tanduk Banteng Bulat].(ZAQ/Alfito Deannova dan Donni Indradi)