Sukses

Krisis Iran, Rakyat Terbelah Dua

Krisis Iran berdampak pada perpecahan rakyat ke dalam kelompok pendukung dan anti-pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Rangkaian unjuk rasa anti-pemerintah ricuh dan menyebar ke sejumlah kota di Iran, sejak 28 Desember 2017. Krisis Iran ini mengakibatkan 21 orang tewas dan 450 demonstran ditangkap.

Unjuk rasa bermula ketika ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes kenaikan harga bahan pokok. Pendemo juga mengecam kepemimpinan Presiden Hassan Rouhani dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Namun, demonstrasi tandingan berlangsung pada 3 Januari 2018. Ribuan warga pro pemerintah menggelar unjuk rasa tandingan untuk mendukung kepemimpinan Khamenei.

Selengkapnya tentang krisis Iran dapat dilihat dalam Infografis di bawah ini.

 

 

2 dari 3 halaman

Tuntutan Pendemo

Unjuk rasa yang awalnya memprotes kondisi ekonomi dan korupsi bergeser membahas soal politik. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menentang Rouhani dan Ayatollah Ali Khamenei.

Terdapat juga kemarahan pengunjuk rasa atas intervensi Iran di luar negeri. Selama unjuk rasa di kota Mashhad, beberapa orang meneriakkan "bukan Gaza, bukan Lebanon, hidupku untuk Iran".

Mereka memprotes pemerintah yang fokus pada isu-isu asing dan cenderung mengabaikan masalah domestik.

3 dari 3 halaman

Demo Tandingan

Massa pro pemerintah Iran dilaporkan menggelar demonstrasi tandingan di berbagai penjuru negara itu. Demikian menurut laporan berbagai televisi yang dikelola pemerintah Iran pada Rabu, 3 Januari 2018.

Dalam berbagai tayangan TV pro pemerintah, sejumlah kelompok massa melambai-lambaikan bendera Iran. Mereka juga menyerukan teriakan-teriakan yang mendukung Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. 

Ali Khamenei menyalahkan sejumlah pemerintah negara lain atas munculnya sejumlah protes anti-pemerintah Iran itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: