Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa menggemparkan terjadi di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. Balkon di Tower II gedung BEI itu ambruk hingga menimpa puluhan orang.
Kejadian yang berlangsung sekitar pukul 12.20 WIB itu membuat pengunjung dan karyawan menjadi panik. Mereka berupaya keluar dari gedung tersebut. "Tenang semua, tenang," ujar petugas keamanan gedung kepada pengunjung dan karyawan.
Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto, ambruknya balkon lantai 1 Gedung BEI bukan karena bahan peledak. "Kami pastikan kejadian ini bukan karena adanya bahan peledak atau bom," kata Setyo Wasisto di lokasi kejadian, SCBD, Senin (15/1/2018).
Advertisement
Sementara itu, seorang saksi mengungkapkan detik-detik balkon di gedung BEI ambruk. Sebelum kejadian, dia mengaku mendengar jeritan orang-orang hingga selanjutnya terdengar dentuman suara yang keras.
"Denger suara orang-orang teriak, lalu ada dentuman," ujar seorang saksi mata di BEI, Issa kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (15/1/2018).
Dia juga penasaran dengan kejadian tersebut. Tempat suara itu ia datangi. Namun dia tidak mampu menerobos ke lokasi kejadian lantaran dipenuhi debu tebal.
"Sudah ada bekas debu lumayan tebal di lantai 1 debu-debu saya dilihat sudah ada orang tergeletak," tutur Issa.
Dia menuturkan, balkon lantai 1 Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) itu ambruk telah memakan banyak korban. Mereka mengalami luka dan patah tulang.
"Saya lihat banyak orang terluka dievakuasi ke luar gedung BEI," kata Issa.
Situasi saat ini sudah kondusif. Puluhan korban sudah dievakuasi ke rumah sakit terdekat, yaitu RS Siloam dan RS Mintoharjo.
Terkait dengan jumlah korban saat ini masih dalam proses pendataan. Meski demikian, saat ini yang sudah tercatat berjumlah 17 orang.
"Jumlah masih kita data ya. Ada yang lecet di tangan, di kaki. Mudah-mudahan cepat teratasi," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Argo Yuwono, di Gedung BEI, Jakarta.
Bom Mobil Hantam BEJ
Peristiwa tersebut mengingatkan kejadian pilu yang pernah menyelimuti gedung tersebut. Pada 2000, gedung yang masih bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ) tersebut dilanda guncangan bom mobil di parkiran basemen dua.
Ledakan yang terjadi pada 13 September 2000 pukul 15.17 WIB itu berasal dari mobil Toyota Corona Marx II bernopol B 2676 WL. Ledakan bom TNT seberat 50 kg itu membuat situasi Gedung BEJ dipenuhi kepanikan dan kekalutan.
Ratusan mobil dan puluhan orang yang terperangkap di P2 segera dikeluarkan. Dalam kejadian ini, 10 orang tewas, puluhan orang lainnya luka-luka, sedangkan puluhan mobil rusak.
Polri pun menyelidiki kejadian tersebut dengan memeriksa 16 saksi. Hasilnya, selang 12 hari setelah kejadian, polisi mencokok pelaku. Mereka adalah Ibrahim AMD bin Abdul Wahab, Irwan alis Irfan, Ibrahim Hasan, Iswadi H Jamil, Tengku Ismuhadi Jafar, dan Nuryadin.
Pemilihan lokasi peledakan di BEJ lantaran pelaku menilai tempat ini menjadi lalu lintas perekonomian internasional. Kondisi kacau tersebut diyakininya dapat mengerek nilai tukar dolar AS terhadap rupiah hingga membuat perekonomian Indonesia terganggu.
Sementara itu, Direktur Utama BEJ Mas Achmad Damiri mengatakan, ledakan bom ini membuat perdagangan di lantai BEJ langsung dihentikan. Saat dihentikan, Indeks Harga Saham Gabungan yang dibuka pada posisi 451,045 ditutup melemah 954 poin pada level 442,091.
Menurut Damiri, sebelum terjadi ledakan, BEJ sudah sering mendapat ancaman pengeboman. Tapi, baru saat ini ancaman itu benar-benar nyata.
Advertisement