Liputan6.com, Jakarta - Becak, alat transportasi roda tiga ini sangat sulit ditemui di Ibu Kota. Namun, masih saja ada orang yang menggantungkan hidupnya dengan mengayuh becak seharian.
Salah satunya adalah Dasim. Pria berusia 48 tahun ini biasa mengayuh becaknya di kawasan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat.
Baca Juga
Tak sendiri, Dasim mengaku masih ada puluhan penarik becak lainnya di sekitar kawasan yang berada tak jauh dari Stasiun Pasar Senen ini. Dasim sudah menarik becak sejak 1999 atau sekitar 19 tahun lalu.
Advertisement
"Banyak ya enggak banyak banget (becak) di Tanah Tinggi ini, Johar Baru, paling antara 70-80 semuanya," cerita Dasim saat berbincang dengan Liputan6.com di tempat mangkalnya di Jalan Tanah Tinggi/Gang II, Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (18/1/2018).
Dia bercerita, puluhan becak ini tersebar di kawasan Tanah Tinggi, di antaranya di Pasar Gembrong dan Pasar Gaplok. Menurut Dasim, para penarik becak memiliki pangkalan becak favorit masing-masing.
Pangkalan becak tersebut contohnya berada di Jalan Tanah Tinggi/Gang II dan Jalan Tanah Tinggi/Gang I yang berada tepat di seberang rel Stasiun Pasar Senen. Dasim memilih untuk mangkal tepat di Jalan Tanah Tinggi/Gang II.
“Saya mah di sini aja, di depan gang persis. Mau dapet (penumpang), mau enggak, ya saya pasti di sini,” ucapnya.
Dasim mengaku dalam sehari bisa mendapatkan Rp 50.000 atau lebih. Namun, hidup tak selalu mulus. Terkadang ia hanya bisa membawa Rp 30.000 di kantong.
Syukurnya, setiap hari ada saja orang yang menggunakan jasanya. Mengingat, tempat mangkal Dasim memang berada tidak jauh dari sekolah. Anak-anak dan orangtua murid sering menaiki becaknya.
Dasim mengayuh becaknya seharian. Menurut dia, ia mulai bekerja pada pukul 06.00 WIB dan pulang pada pukul 18.00 WIB.
Bersyukur Becak Dilegalkan
Dasim bersyukur, kini dirinya bisa menarik becaknya dengan tenang. Hal ini lantaran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengizinkan kembali beroperasinya becak di Ibu Kota.
“Alhamdulillah, syukur-syukur kalau becak bebas, narik ajalah. Abis kalau kita mau lepas dari becak, nyari kerjaan susah,” katanya.
Dasim juga bersyukur dengan kembali diizinkannya becak, dia bisa leluasa mengayuh becaknya tanpa takut dirazia lagi seperti dahulu.
“Alhamdulillah saya bisa lancar nyari duit, bisa ngempanin anak bini di kampung, bisa kirim juga,” cerita dia.
Dahulu, saat becak masih ilegal, Dasim mengaku sudah lima kali dirazia yang ia sebut dengan istilah ‘garuk’. Bahkan, ia sempat menganggur selama tiga sampai empat bulan saat becak benar-benar dilarang kala itu.
“Pas 10 tahun lalu lah kira-kira, itu becak sempet dilarang bener-bener. Nah udah deh saya nganggur tiga sampai empat bulan lah tuh,” tuturnya.
Namun setelah itu, kata Dasim, meski sembunyi-sembunyi, para pengayuh becak kembali lagi. Ia pun juga turun gunung kembali mengayuh becak.
Bermodalkan membeli becak Rp 800.000 pada sekitar tahun 2008-an, Dasim kembali turun ke jalan. Tanpa kenal lelah, ia mengumpulkan pundi-pundi lagi dengan becaknya hingga detik ini.
Dasim berharap Gubernur Anies benar-benar memperhatikan para penarik becak seperti dirinya dan tidak lagi ada razia becak.
“Maunya kita emang diperhatiin. Tapi kalau buat pindah kerjaan, kayanya kita (enggak mau), karena selama narik becak ini saya belom pernah pindah kerjaan. Narik terus,” tutup Dasim.
Senada dengan Dasim, ada pula Rianto. Bapak berusia 47 tahun ini juga menarik becak di kawasan yang sama. Ia pun setuju dengan kebijakan Anies yang akan menghidupkan becak kembali.
“Ya bagus, alhamdulillah, kita setuju kalau emang becak dibolehin lagi, mau dihidupin lagi,” kata Rianto.
Rianto yang sudah mengayuh becaknya selama 12 tahun ini mengaku, dalam sehari bisa mendapatkan penghasilan yang cukup lumayan. Meski, ia juga tak luput dari "garukan" pihak Kamtib.
“Saya narik seharian, dari jam 08.00 pagi sampai 22.00 malam. Bisa dapet Rp 100.000 sehari. Dulu pernah dua kali kena garuk,” ucap Rianto.
Advertisement
Kebijakan Baru Pemprov DKI
Saat Liputan6.com mencoba berkeliling di kawasan sekitar Jalan Tanah Tinggi, becak-becak ini memang tampak masih eksis.
Ternyata, tak hanya Jakarta Utara saja yang masih ada becak. Jakarta Pusat pun yang letaknya berdekatan dengan Balai Kota Jakarta juga masih ada.
Meski tidak banyak, para pengayuh becak ini setia menanti penumpangnya di ujung-ujung jalan yang berbeda-beda.
Sembari menunggu penumpang, mereka pun saling berbincang sembari menyeruput kopi atau sekadar merokok.
Untuk diketahui, belum lama ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan menghidupkan kembali becak di Ibu Kota. Menurut Anies, kebijakannya itu untuk memberikan keadilan untuk semua warga.
“Keadilan di Jakarta ini untuk semua. Jakarta itu bukan untuk sekelompok orang. Jakarta ini untuk semuanya, jadi kita ingin di kota ini warga yang membutuhkan becak bisa pakai becak," kata Anies.
Anies menyatakan, nantinya becak beroperasi di jalan-jalan kampung saja, tidak di seluruh jalan Jakarta alias jalan protokol. Menurut Anies, saat ini becak masih eksis di Jakarta Utara.
"Kenyataannya becak itu ada, tapi mereka hanya beroperasi di dalam kampung tidak keluar ke jalan. Nah kita akan mengatur supaya becak berada tetap di dalam kampung, tidak becak berada di jalan," kata Anies.
Anies lantas berencana membuat Pergub untuk fasilitasi becak dan sekaligus membuat paguyuban becak. "Kita membayangkan nanti diatur ada paguyuban (becak)," ucap Anies Baswedan.
Saksikan video pilihan berikut ini: