Sukses

Ryamizard Bahas Keamanan Kawasan dengan Menhan AS

Ryamizard mengaku dirinya mempunyai kesamaan dengan Menhan AS tersebut, yakni sama-sama dari militer.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu membeber sejumlah hasil pertemuannya dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis. Ryamizard mengaku dirinya mempunyai kesamaan dengan Menhan AS tersebut, yakni sama-sama dari militer.

"Saya lebih enak memanggil Menteri Pertahanan ini dengan Jenderal Mattis karena beliau adalah jenderal marinir," ujar Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2018).

Ryamizard Ryacudu menambahkan, dirinya dan Jenderal Mattis juga sama-sama lahir di 1950.

"Pengalaman di daerah parasit pertempuran juga sama. Beliau pengalaman di Irak dan Afghanistan. Saya juga di dalam negeri dan juga di Kamboja membebaskan tawanan," paparnya.

Karena kesamaan itu, lanjut Ryamizard, dirinya pun mengajak Mattis untuk bersama-sama menjaga keamanan kawasan. Selain itu, isu-isu penting lain juga, seperti Korea Utara.

"Bicara Korea Utara, masalah Laut Cina Selatan, multilateral dengan Rohingya," ucapnya.

Menurut dia, untuk Korea Utara sudah disepakati tidak memanas-manasi, tetapi sama-sama mengajak PBB agar menekan Korea Utara melaksanakan hukum internasional.

"Kedua, masalah keamanan Laut Cina Selatan sudah agak menurun karena sering bertemulah dengan kita, ASEAN. Kemudian multilateral, pengamanan Laut Sulu kita sudah laksanakan dan hasilnya sudah banyak," kata dia.

Karena, Ryamizard Ryacudu menganggap betapa pentingnya Filipina Selatan karena pusat ISIS di ASEAN berpusat di sana.

2 dari 2 halaman

AS Siap Bantu

Menurut Ryamizard, AS bersedia membantu. Karena, diakuinya persenjataan di sana sudah jauh lebih canggih.

"Tadi Jenderal Mattis mengatakan dia akan bantu. Wah saya sangat senang karena mau bagaimana Amerika alat peralatan jauh lebih canggih daripada kita. Kita perlu bantuan, nah ini akan dibantu,"katanya.

Lalu masalah Rohingya, lanjut dia, Amerika pun sudah membantu. Termasuk juga, kata Ryamizard, Indonesia sendiri.

"Ini harus ditangani dengan benar, kalau tidak benar, di Myanmar tidak diterima, di Bangladesh tidak diterima, di negara lain tidak diterima. Ya pasti dia akan berpikir dimana, yang nerima ya pasti teroris, nah ini berbahaya,” ucap dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini: