Sukses

Asa Baru dan Kenangan Pahit Para Penarik Becak

Saat becak dilarang beroperasi, dia memilih kembali ke Pemalang dan bertani bersama istri dan anaknya.

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta siang itu tidak begitu terik. Awannya yang sedikit mendung mengembuskan angin yang sepoi-sepoi. Desiran angin membuat ngantuk seorang pria hingga terlelap di becak.

Dia terbangun kaget saat rekan-rekan meneriakkan namanya. Matanya merah, tanda kantuk masih menyerang saat ditemui, tapi dia tidak menolak meladeni pertanyaan terkait profesinya sebagai penarik becak.

"Sudah lama, saya dari tahun 1982," jawab Cahyono kepada Liputan6.com saat ditanya sejak kapan berprofesi sebagai pengemudi becak di Jakarta, Senin, 29 Januari 2018.

Setelah mendengar becak boleh beroperasi lagi, Cahyono tak pikir panjang untuk kembali ke Ibu Kota. Bapak satu anak ini mengaku baru di Jakarta selama dua hari. Dia berangkat dari kampungnya di Pemalang dan menumpang tinggal di kediaman keponakannya.

Saat becak dilarang beroperasi, dia pun memilih untuk kembali ke Pemalang dan bertani bersama istri dan anaknya. Namun, kini Cahyono tidak ragu kembali mengayuh becak.

"Ya, sambi (kerja sambilan)," ujar dia. Cahyono mengatakan dirinya tidak meninggalkan profesi bercocok tanam padi. Hanya saja setelah musim bertani selesai, dia memutuskan untuk melajukan becak tuanya di Jakarta sembari menunggu panen. Urusan ladang pun Cahyono serahkan kepada anak dan istrinya.

Dalam sehari Cahyono bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 70 ribu apabila becaknya dioperasikan dari Subuh hingga Magrib.

Cahyono mengaku tidak mendengar pemberitahuan resmi dari Pemprov DKI mengenai beroperasinya becak kembali. Dia mengetahui kabar tersebut dari teman-teman sesama penarik becak melalui pesan singkat.

"Tahunya dari teman-teman dulu, saya di-SMS," tutur Cahyono.

Kerinduan Cahyono pun tuntas ketika becaknya yang telah lama disimpan di sebuah pabrik bisa dikayuhnya lagi. "Gudangnya di Marlina, pabrik sendok," kata Cahyono menyebut lokasi penyimpanan becaknya.

 

 

 

2 dari 2 halaman

Tenggelamkan Becak 3 Kali Sehari

Berbeda dengan Cahyono, Asoka tetap nekat menarik becak dari 2001 hingga sekarang. Aksi kucing-kucingan dengan Satpol PP pun telah menjadi makanan sehari-harinya.

"Jadi dulu kalau ada kabar Satpol PP mau datang, kita buru-buru kayuh becak sampai ke Koja. Nanti kita ceburin ke laut becaknya," kisah Asoka kepada Liputan6.com.

Setelah petugas Satpol PP pergi, Asoka bersama rekan-rekan penarik becak saling bahu-membahu mengangkat becak kembali ke daratan. Saat razia becak sedang intens, Asoka mengaku pernah menenggelamkan becaknya ke perairan sebanyak tiga kali dalam sehari.

Satpol PP sempat kebingungan karena becak yang akan menjadi target razia selalu nihil. Padahal, menurut laporan, masih ada becak yang beroperasi di daerah Muara Baru. Bahkan, Satpol PP sempat mendatangi rumah-rumah pengemudi becak untuk menyita langsung kendaraan tradisional yang dikatakan tidak manusiawi itu.

Asoka memilih melakukan hal ini meskipun berbahaya. Dia tidak rela apabila becaknya disita karena akan kehilangan lapangan pekerjaan.

"Teman (pengemudi becak) ada yang ketahuan (beroperasi), disita becaknya," tutur Asoka sambil menerawang ke masa lalu.

Asoka mengaku senang atas rencana kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang akan memperbolehkan becak beroperasi lagi. Semenjak itu, pria kelahiran Bogor ini tidak lagi takut digaruk Satpol PP.

Baik Asoka maupun Cahyono mengaku tidak ada sosialisasi mengenai jalur mana saja yang boleh dan tidak boleh dilalui oleh becak.

Sementara menurut Asoka, tidak ada larangan becak melaju di jalan besar. "Boleh kok, asal tidak menyebabkan kemacetan aja," jelas dia.

Asoka kini tinggal bersama anak semata wayang karena istrinya telah lama wafat.

Soal pelatihan mengayuh becak, Asoka mengaku tidak mengetahui rencana tersebut. Ia hanya tertawa saat diminta menjelaskan seperti apa cara mengayuh yang benar dan baik.

Asoka dan Cahyono memang tidak muda lagi. Meski memasuki usia senja, keduanya enggan menghentikan aktivitasnya sebagai penarik becak. Bahkan Cahyono berpandangan bahwa mengayuh becak adalah salah satu olahraga yang membuatnya tetap bugar.

Kontroversi yang mengiringi kebijakan becak memang selalu timbul. Namun, di mata para pengayuh becak, rencana keputusan Anies itu dinilai sebagai harapan baru.

Senyum Asoka dan Cahyono mengembang ketika mengetahui bisa berprofesi sebagai pengemudi becak lagi tanpa khawatir diringkus Satpol PP.

Saksikan video pilihan berikut ini: