Sukses

Ini Persiapan Planetarium Jelang Gerhana Bulan Total Malam Nanti

Masyarakat bisa memakai teleskop yang sudah disiapkan untuk melihat fenomena Super Blue Blood Moon lebih dekat dan lebih fokus.

Liputan6.com, Jakarta - Ada tujuh tempat di Jakarta yang telah disediakan untuk menjadi lokasi pengamatan bersama fenomena gerhana bulan total atau Super Blue Blood Moon nanti malam. Salah satu lokasi favorit yang akan ramai dikunjungi adalah Taman Ismail Marzuki.

Planetarium Jakarta akan mengadakan acara pengamatan bersama di Plaza Teater Jakarta. Tempat ini merupakan ruang terbuka yang bersebelahan dengan gedung Planetarium Jakarta di kompleks Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.

Pantauan Liputan6.com di Plaza Teater Jakarta, terlihat sejumlah petugas dari Planetarium menyiapkan beberapa teropong atau teleskop yang akan digunakan untuk mengamati fenomena langka tersebut.

"Teleskop ada 16 dan satu teleskop yang dipancarkan untuk layar. Nanti yang di teleskop ada yang dilayarkan jadi enggak usah ngintip di teleskop, bisa lihat di layar," ujar Kepala Satuan Pelaksana Teknis Pertunjukan dan Publikasi Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Eko Wahyu Wibowo, Rabu (31/1/2018).

Eko mengatakan, masyarakat juga bisa memakai teleskop yang sudah disiapkan untuk melihat fenomena gerhana bulan lebih dekat dan lebih fokus.

"Ada sekitar 13 dari 16 (layar). Sebagian untuk layar. (Durasi melihat lewat teleskop) tergantung nanti pengunjungnya. Kalau sedikit (pengunjungnya) nanti lama (lihatnya) bolehlah. Kalau lama ya kita atur, gantian," ucap Eko.

Pihak Planetarium Jakarta juga sudah mengantisipasi jika hujan turun saat gerhana bulan berlangsung, yakni dengan memindahkan tempat nobar ke dalam gedung Planetarium. Di sana, pengunjung tetap bisa menyaksikan fenomena tersebut lewat tayangan live streaming lewat layar besar yang sudah disiapkan.

"Alat sudah kita sediakan semuanya, termasuk layar kita siapkan untuk mengantisipasi hujan. Ada dua layar yang disiapkan. Kalau hujan kita streaming. Kalau enggak hujan langsung (lihat) dari teleskopnya," kata Eko.

2 dari 2 halaman

Bulan Dimakan Raksasa

Fenomena alam gerhana bulan total bernama Super Blue Blood Moon merupakan peristiwa langka karena menggabungkan tiga fenomena alam sekaligus, yakni Supermoon, Bluemoon, dan Blood Moon.

Fenomena langka yang hanya terjadi 150 tahun sekali itu bisa disaksikan dengan mata telanjang, Rabu malam mulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB.

Momen langka itu pun dimanfaatkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengedukasi masyarakat agar tidak memiliki pemahaman yang salah mengenai fenomena Super Blue Blood Moon.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan, fenomena itu terjadi karena matahari, bumi dan bulan berada dalam posisi satu garis dan jarak terdekat sehingga gravitasi, daya tarik antara matahari bulan dan bumi tergabung dan menyebabkan air pasang dengan tinggi maksimal 1,5 meter.

"Ada kepercayaan bahwa ini raksasa menelan bulan. Jadi kan masyarakat menjadi takut. Ada bulan ditelan raksasa. Jadi malah ketakutan. Tapi justru jangan takut. Ini adalah sesuatu yang harus kita nikmati," kata Dwikorita.

Ia lalu menyebutkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyaksika fenomena Super Blue Blood Moon.

"Tidak perlu berdiri di pesisir (pantai) karena ada kemungkinan rob. Bisa di dalam ruangan menggunakan teropong. Bisa di-share melalui screen (layar) yang besar agar dinikmati banyak orang. Bisa kita sebarkan live streaming-nya," kata Dwikorita.

"Sehingga edukasinya itu untuk menunjukkan inilah fenomena alam yang mungkin kita tidak akan melihat lagi dalam waktu 150 tahun. Kan umur kita enggak sampai 150 tahun. Jadi sayang kalau kita lewatkan," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini: