Liputan6.com, Jakarta - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta terus melakukan percepatan pembangunan kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD). Pengembangan kawasan tersebut juga berpotensi memberikan keuntungan baru.
Kepala Departemen TOD Planning and Development MRT Jakarta Sagita Devi menyatakan, salah satu yang dapat meningkatkan nilai tambah yaitu nilai properti dan lahan di sepanjang jalur MRT. Bahkan potensi penerimaan land value capture sebesar Rp 62,7 triliun rentan tahun 2023 hingga 2069 untuk fase 1 dan 2.
Baca Juga
"Sebetulnya kawasan TOD ini menciptakan nilai tambah baru, ini bisa dilihat dengan adanya infrastuktur MRT bisa ningkatkan nilai tambah baru di sepanjang jalur MRT itu sendiri," kata Sagita di di Taman Literasi Tiahahu, Jakarta Selatan, Jumat (24/3/2023).
Advertisement
Hal tersebut juga terlihat dari pembangunan fase 1 rute Lebak Bulus-Bundaran HI yang mengakibatkan nilai lahan di sepanjang jalur tersebut naik 5,1 persen. Karena hal itu, Sagita menyatakan diperlukannya peningkatan infrastruktur kawasan TOD yang dapat berkolaborasi dengan semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat setempat.
"Peningkatan nilai ini harus ditangkap untuk meningkatkan daya dukung kawasan sehingga tercipta kawasan mandiri dan keberlanjutan," ucapnya.
Sementara itu kata Sagita, MRT Jakarta telah menjalankan 15 proyek infrastruktur di wilayah TOD. Empat di antaranya sudah beroperasi yaitu Transit Plaza Depan Poins, Simpang Temu Lebak Bulus, Taman Literasi Martha Christin, serta penyediaan hunian TOD.
Â
Progres Pembangunan TOD MRT Jakarta
Sedangkan 11 sisanya masih dalam proses pembangunan, yaitu Park and Ride Lebak Bulus sudah mencapai 45 persen, Pedestrian Tunnel Menara Mandiri 35 persen, Simpang Temu Dukuh Atas 65 persen, Rumapadu One Belpark Fatmawati 80 persen, dan Plaza Transit Mahakam 83 persen.
Kemudian pembangunan Serambi Temu Dukuh Atas sudah mencapai 78 persen, pedestrian Tunnel Thamrin Nine 50 persen, penataan Taman Kudus, pelebaran Jalan Pati-Juana 50 persen, pedestrianisasi Blora-Kendal 60 persen, dan penataan persimpangan Stasiun Karet 38 persen.
Lanjut Sagita, anggaran yang digunakan untuk pembangunan proyek tersebut bersumber dari dana MRT Jakarta, pinjaman, maupun hasil kerjasama dengan swasta.
"Dan ternyata kalau dihitung-hitung total investasinya di tahun lalu bisa mencapai Rp1,5 triliun dari semua proyek yang kami kerjakan," jelas Sagita.
Advertisement