Â
Liputan6.com, Jakarta - Hoax atau kabar bohong telah mewabah seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi. Hoax dianggap bahaya karena dapat menimbulkan perpecahan dan sejumlah dampak negatif lainnya.Â
Â
Pemerintah pun menggalakkan kampanye kepada masyarakat untuk memerangi hoax. Bahkan mengimbau masyarakat untuk tidak membaca berita hoax.Â
Â
Jurnalis Senior Agus Sudibyo tidak sependapat dengan kampanye 'jangan baca hoax'. Sebab, manusia umumnya semakin penasaran terhadap sebuah larangan, dan justru melakukannya.Â
Â
"Di Belgia sekarang, kampanyenya bukan 'jangan baca hoax', tapi 'bacalah hoax', tapi harus dengan kecurigaan," ujar Agus di sebuah diskusi bertajuk 'Hoax, Literasi Media, dan Demokrasi' dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN), Padang, Kamis (8/2/2018).
Â
Namun masyarakat tidak boleh menelan begitu saja informasi yang tersebar di media sosial. Harus dibandingkan dengan sumber dan informasi lain.Â
Â
"Caranya adalah men-drive masyarakat untuk jangan mudah percaya dengan apa yang muncul di ponsel," kata dia.Â
Â
Â
2 dari 2 halaman
Hindari Reaksi Spontan
Masyarakat juga diminta tidak bereaksi spontan terhadap segala informasi. Apalagi yang bersifat darurat. Misalnya terhadap kabar mengenai bencana alam. Atau informasi dari orang tak dikenal mengenai kecelakaan yang dialami salah satu anggota keluarga yang belum jelas kebenarannya.Â
Â
Jika bereaksi secara spontan, justru kita akan sangat mudah dimanfaatkan oleh kelompok kejahatan yang memanfaatkan kabar hoax tersebut untuk meraup keuntungan materi.Â
Â
"Ini harus dihindari. Masyarakat harus rileks dan melakukan tabayyun (konfirmasi), cek dan ricek info yang kita dapat dari manapun sumbernya. Tabayyun tidak hanya untuk wartawan tapi semua masyarakat. Ini perlu dilakukan sekarang," ucap Agus.Â
Advertisement