Sukses

Pertama di Indonesia, Angkasa Pura I Buat Bandara Terapung di Semarang

Bandara dengan Terminal Terapung (Floating Airport) pertama di Indonesia dengan mengusung konsep Eco-Green Airport

Liputan6.com, Jakarta Warga Semarang patut berbangga hati, pasalnya keluh kesah selama beberapa tahun terakhir perihal bandara kini terjawab. Terminal baru Bandara Ahmad Yani Semarang siap memanjakan dan mensupport mobilitas Anda dan kenyamanan untuk bepergian lewat udara.

Dengan mengusung konsep floating airport yang dipadukan dengan konsep eco-green airport sehingga menjadikan bandara ini sebagai bandara dengan terminal terapung pertama di Indonesia. Disebut sebagai floating airport karena terminal baru Bandara Ahmad Yani dibangun di atas lahan lunak dan sebagian besar berair dengan menggunakan tiang pancang dan metode prefabricated vertical drain (PVD) untuk memadatkan lahan lunak tersebut. PVD sendiri merupakan sistem drainase buatan yang dipasang di dalam lapisan tanah lunak.

 

Desain terminal baru Bandara Ahmad Yani mengadopsi konsep eco-airport di mana bandara direncanakan, dikembangkan, dan dioperasikan dengan tujuan menciptakan sarana dan pra-sarana perhubungan yang ramah lingkungan serta berkontribusi positif kepada lingkungan hidup.

Eco-Airport merupakan inisiatif gerakan untuk mengadopsi pendekatan pengelolaan bandara yang ramah lingkungan, di mana untuk kepentingan tersebut dilakukan pengukuran yang jelas terhadap beberapa komponen yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

Melalui penerapan konsep eco-airport diharapkan operasional bandara dapat mencegah terjadinya polusi (pollution preventif). Komponen pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup terkait eco-airport terdiri dari noise (kebisingan), vibration (getaran), atmosphere (udara), water (air), soil (tanah), solid waste (sampah), energy, kawasan keselamatan operasi penerbangan dan kesehatan masyarakat atau lingkungan alamiah lainnya.

Bangunan terminal baru di sebelah utara runway eksisting sebagian besar berdiri di atas air dan dikelilingi kolam, mulai dari gedung terminal, gedung parkir, dan wetland park area. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodir konteks lahan yang sebelumnya merupakan lahan rawa. Pada area bandara juga ditanami 24 ribu bibit mangrove untuk medukung pelestarian lingkungan yang dapat menghadirkan banyak keistimewaan, baik dari aspek fisik, ekologi, maupun ekonomi. Keberadaan hutam mangrove nantinya di sekitar bandara dapat dikembangkan sebagai obyek wisata alam tersendiri.

 

“Dengan kapasitas terminal baru yang dapat menampung hingga 6 juta penumpang per tahun dan desain yang mengadopsi konsep eco-green airport, maka calon penumpang pesawat udara dapat lebih leluasa dan nyaman berada di terminal baru. Potensi pertumbuhan penumpang sebesar 10 persen tiap tahunnya juga dapat diakomodir oleh keberadaan terminal dan infrastruktur baru Bandara Ahmad Yani,” kata Faik Fahmi.

Selain eco-airport, bandara ini juga ditargetkan mendapatkan Gold Certificate dari Green Building Council Indonesia (GBCI) di mana saat ini aspek desain Bandara Ahmad Yani sedang dalam proses untuk mendapatkan Gold Certification Design Recognition dari GBCI.

 

(*)

Video Terkini