Liputan6.com, Jakarta: Masyarakat dapat menuntut pemerintah lantaran tak sungguh-sungguh menangani polusi. "Sebab, masyarakat adalah pihak yang paling dirugikan akibat ketidaksungguhan pemerintah menangani dampak lingkungan," kata Deputi Direktur Wahana Lingkungan Hidup Suwiryo Ismail di Jakarta, baru-baru ini. Terebih lagi, hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Menurut Suwiryo, saat ini, polusi udara di Jakarta sudah sangat tinggi. Bahkan, telah mencapai 400 persen dari angka yang masih bisa ditolerir tubuh manusia, yaitu 260 gram per meter kubik. Umumnya, polusi di Ibu Kota berasal dari asap atau emisi buangan kendaraan, penggunaan berbagai peralatan yang tak ramah lingkungan, serta gas buang pabrik.
Gas-gas tersebut, tambah Suwiryo, sangat berpengaruh bagi tubuh manusia. Di antaranya adalah oksida nitrogen yang dapat mengganggu saluran pernapasan. Begitu juga karbon monooksida dan timbel yang masing-masing bisa mengganggu suplai oksigen ke paru-paru dan syaraf otak, terutama pada anak. Akibatnya, kualitas hidup masyarakat menurun.
Selain udara, polusi yang berdampak pada lingkungan tempat manusia tinggal adalah sampah. Dalam dialog di Studio SCTV Senin siang, Direktur Eksekutif World Wildlife Fund Indonesia Agus Purnomo meminta masyarakat berpartisipasi dalam mengelola lingkungan hidup, khususnya menangani sampah [baca: Direktur Eksekutif WWF: Sampah Berbahaya Harus Dicermati].(SID/Darussalam dan Dwinindyas)
Menurut Suwiryo, saat ini, polusi udara di Jakarta sudah sangat tinggi. Bahkan, telah mencapai 400 persen dari angka yang masih bisa ditolerir tubuh manusia, yaitu 260 gram per meter kubik. Umumnya, polusi di Ibu Kota berasal dari asap atau emisi buangan kendaraan, penggunaan berbagai peralatan yang tak ramah lingkungan, serta gas buang pabrik.
Gas-gas tersebut, tambah Suwiryo, sangat berpengaruh bagi tubuh manusia. Di antaranya adalah oksida nitrogen yang dapat mengganggu saluran pernapasan. Begitu juga karbon monooksida dan timbel yang masing-masing bisa mengganggu suplai oksigen ke paru-paru dan syaraf otak, terutama pada anak. Akibatnya, kualitas hidup masyarakat menurun.
Selain udara, polusi yang berdampak pada lingkungan tempat manusia tinggal adalah sampah. Dalam dialog di Studio SCTV Senin siang, Direktur Eksekutif World Wildlife Fund Indonesia Agus Purnomo meminta masyarakat berpartisipasi dalam mengelola lingkungan hidup, khususnya menangani sampah [baca: Direktur Eksekutif WWF: Sampah Berbahaya Harus Dicermati].(SID/Darussalam dan Dwinindyas)