Sukses

Kesaksian Polisi Korban Bom Thamrin, Tak Sadar Peluru di Punggung

Pria bertopi itu menembakkan senjatanya ke arah mobil Doddi. Jaraknya sekitar 2,5 meter. Akibatnya, peluru bersarang di bagian perut.

Liputan6.com, Jakarta - Doddi Mariadi dan Suhadi, anggota Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya hadir memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (27/2/2018). Secara bergantian keduanya bercerita tentang bom Thamrin 2016 lalu.

Saat itu, Kamis 14 Januari 2016, Ipda Doddi Mariadi sedang piket di Polsek Menteng. Dari radio dia mendengar ada ledakan di Starbucks, Gedung Djakarta Theater. Secepatnya Doddy langsung mengarahkan kendaraannya ke lokasi gerai kopi itu.

Sampai di lokasi bom Thamrin, ia melihat seseorang dalam kerumunan massa membawa senjata organik. Senjata itu tidak seperti yang dipegang polisi. Ia segera menutup kaca mobil. Namun, sayang kaca tak tertutup secara sempurna.

"Saya nggak nyangka ada tersangka yang berpenampilan mirip anggota membawa senjata. Pelaku menggunakan topi warna hitam kemudian mengenakan rompi dan menggendong tas," ujar dia.

Orang tidak dikenal itu menembakkan senjatanya ke arah mobil Doddi. Jaraknya sekitar 2,5 meter. Akibatnya, peluru bersarang di bagian perut.

"Alhamdulilah ke tahan kaca dulu baru mengenai perut saya," ujar Doddi.

Ia berupaya menyelamatkan diri lantaran saat itu posisinya tidak membawa senjata. Ia dibantu rekannya menuju Rumah Sakit Budi Kemulyaan. Namun di rumah sakit ini peralatan tidak memadai, sehingga di rujuk ke RSPAD. Selama enam hari Doddi dirawat.

"Operasi pengambilan proyektil dilakukan di sana dari jam 3 sore hingga 6 sore" ungkap polisi korban bom Thamrin, Doddi.

 

2 dari 2 halaman

Peluru di Punggung

Doddi Mariadi bukanlah satu-satunya anggota polisi yang menjadi korban keganasan teroris Thamrin. Masih ada anggota lainnya. Dia adalah Ipda Suhadi.

Suhadi mengalami luka tembak di bagian punggung. Dia tidak mengetahui persis sejak kapan peluru bersarang di tubuhnya. Ia baru menyadarinya setelah diberitahu pengendara motor.

"Awalnya tidak terpikir kena tembak. Saya waktu itu tengah membonceng korban dan dikasih tahu bahwa punggung saya banyak mengeluarkan darah," ujar dia.

Seingatnya waktu itu ada seseorang meletuskan senjata api berjarak sekitar 1 meter di belakangnya. Ia memiliki ciri-ciri memakai topi. Namun, ia tidak mengira peluru melesat ke badannya.

"Dia ada di kerumunan massa," ujar Suhadi.

Di hadapan majelis hakim, keduanya menduga teroris Thamrin memang sengaja menyasar anggota polisi.

"Pelaku mencari polisi yang memakai rompi hijau," ungkap Suhadi.