Liputan6.com, Jakarta - Satgas Nusantara Polri telah menemukan sejumlah fakta terkait isu penyerangan ulama oleh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang viral di media sosial. Hasilnya, dari 45 kasus yang viral, hanya tiga peristiwa yang benar-benar terjadi.
Satgas yang dipimpin Irjen Gatot Eddy Pramono ini langsung terjun ke lapangan di wilayah hukum Polda Jatim, Polda Jateng, Polda DIY, Polda Jabar, Polda Banten, dan Polda Kaltim.
Dari hasil penyelidikan, pengumpulan barang bukti, serta keterangan saksi dan ahli, polisi kemudian mengklasifikasi 45 isu penyerangan ulama itu menjadi empat kelompok.
Advertisement
"Pertama, yakni peristiwa yang betul-betul terjadi. Laporannya ada, korbannya ada, dan pelaku ada," ujar Gatot saat jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (5/3/2018).
Klasifikasi kedua, yakni peristiwa yang direkayasa dan diviralkan seolah-olah benar terjadi. Ketiga, yakni peristiwa tindak pidana umum dengan korban orang biasa, tapi diviralkan seolah-olah penyerangan ulama tersebut dilakukan orang gila terhadap ulama atau tokoh agama.
"Dan keempat, yakni peristiwa yang tidak terjadi sama sekali tapi diviralkan seolah terjadi penyerangan ulama," beber dia.
Dari 45 isu tersebut, lanjut Gatot, hanya tiga peristiwa yang benar-benar terjadi, antara lain penyerangan terhadap KH Umar Basri di Cicalengka, Jawa Barat, kemudian Ustaz Prawoto yang meninggal dunia, dan KH Abdul Hakam Mubarak di Lamongan, Jatim. Ketiganya diserang oleh orang gila.
Empat peristiwa lainnya merupakan hasil rekayasa, seperti yang terjadi di Garut, dan Ciamis, Jawa Barat, kemudian di Kediri, Jawa Timur, dan di Kalimatan Timur. Kemudian enam isu lainnya, yakni peristiwa pidana umum yang dikaitkan seolah dialami ulama dan dilakukan oleh orang gila.
Sebanyak 42 lainnya merupakan berita hoax. Sebab, peristiwa yang diisukan tidak benar-benar terjadi. "Kalau kita lihat dari 45 ini, 3 peristiwa yang betul-betul terjadi. Sebanyak 42 sisanya hoax," ucap Gatot.
Â
Orang Gila Settingan?
Banyak pihak yang menyamakan isu penyerangan ulama ini dengan peristiwa yang terjadi pada 1998 silam. Saat itu, pembantaian sejumlah ulama yang terjadi di Jawa Timur dilakukan oleh orang gila.
Ada yang menduga, orang-orang gila itu di-setting sedemikian rupa untuk menyerang ulama. Satgas Nusantara pun menyelidiki lebih dalam terkait latar belakang tiga pelaku penganiayaan terhadap ulama baru-baru ini.
"Kita minta dokter psikiatri untuk meyakinkan apakah dia betul-betul mengalami gangguan jiwa atau tidak. Kita minta bahkan sampai tiga dokter psikiatri," ucap Gatot.
Bukan hanya itu, polisi juga meminta dokter mengecek darah para pelaku. Hal itu dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya zat kimia yang diduga dimasukkan oleh orang tertentu agar bisa mengendalikan orang gila sebagai mortir penyerangan ulama.
"Kita lihat apakah dia dimanfaatkan. Karena menurut para pakar, begitu zat kimia dimasukkan pada tubuh seseorang maka membuat pemakainya agresif," kata dia.
Akan tetapi, zat kimia yang dicurigai tidak ditemukan. Hasil Tes darah para pelaku negatif terkontaminasi dengan zat-zat kimia. Sementara pemeriksaan psikiatri menunjukkan bahwa para pelaku merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Advertisement