Sukses

Tindak Lanjuti Penanganan Anak Kerdil, JK Bertolak ke Surakarta

Husain menuturkan, dalam kunjungan di Posyandu Permata Bunda, pria yang kerap disapa JK itu ingin melihat dari dekat upaya intervensi penanganan stunting.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla bertolak ke Surakarta, Jawa Tengah pagi tadi pukul 08.00 WIB. Dia akan berkunjung ke Posyandu Permata Bunda untuk melihat upaya penanganan anak kerdil atau stunting.

"Komitmen pemerintah untuk menangani masalah anak kerdil ditunjukkan dengan berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini. Presiden dan Wakil Presiden memimpin sendiri upaya penanganan stunting ini. Untuk memastikan upaya penanganan ini berjalan dengan baik di tingkat Posyandu," ucap juru bicara Wapres, Husain Abdullah saat dikonfirmasi, Senin (12/3/2018).

Dia menuturkan, dalam kunjungan di Posyandu Permata Bunda, pria yang kerap disapa JK itu ingin melihat dari dekat upaya intervensi penanganan stunting serta bagaimana pemantauan tumbuh kembang anak dilakukan.

Husain mengatakan, terkait pemantauan tumbuh kembang anak dalam penanganan stunting, ukuran tinggi anak menjadi tolok ukur yang penting untuk mengetahui apakah anak tersebut tumbuh secara baik atau memiliki masalah pertumbuhan yang membutuhkan intervensi lebih lanjut. Oleh Karena itu, bayi di bawah umur 2 tahun harus ditimbang setiap bulan dan diukur panjang/tinggi badannya setiap 3 bulan.

Sehingga, Wapres Jusuf Kalla, lanjut Husain, perlu mengetahui apakah setiap orangtua mendapatkan informasi tentang pertumbuhan anaknya dengan baik atau tidak. Dia mengatakan, informasi mengenai tinggi badan anak yang didapatkan memungkinkan orangtua, bersama tenaga kesehatan dan kader, melakukan tindakan pencegahan dini menghindari hambatan pertumbuhan.

"Informasi ini juga menjadi pintu masuk bagi tenaga kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan penting untuk membantu anak mencapai pertumbuhan optimal sesuai usianya, ungkap Husain.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Urgensi Penanganan Stunting

Urgensi penanganan stunting di Indonesia didasarkan pada fakta bahwa sekitar 37% atau kurang lebih 9 juta anak balita di Indonesia mengalami masalah stunting (Riskesdas 2013, Kemenkes). Anak-anak dengan masalah stunting ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan lintas kelompok pendapatan.

Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Situasi ini jika tidak segera diatasi akan memengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan.

Anak kerdil atau stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, atau dalam 1.000 hari pertama kehidupan, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun. Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, dan penurunan produktivitas.