Liputan6.com, Jakarta - Baru genap dua hari, sistem ganjil genap di Gerbang Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur diberlakukan. Namun, efeknya sudah dirasakan para pengguna jalan. Setidaknya, mereka dipaksa keluar dari 'zona nyaman'.
Seperti yang dirasakan Fery. Selasa pagi, 13 Maret 2018, warga Bekasi Timur harus putar otak. Itu tanggal ganjil, sementara pelat kendaraannya genap. Padahal, ia harus datang tepat waktu ke kantornya yang berada di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat.
Ia enggan melewati jalan alternatif, menyusuri Jalan Kalimalang dan Tol Becakayu. "Kalau lewat arteri Kalimalang macet. Ke Tol Becakayu jauh, enggak cocok dari (Bekasi) Timur, bisa-bisa makan waktu 45 menit baru sampai pintu Tol Becakayu," kata Fery kepada Liputan6.com, Selasa 13 Maret 2018.
Advertisement
Tak ada cara lain, agar terhindar dari sistem ganjil genap, Fery pun harus mengubah kebiasaannya. Ia berangkat lebih pagi, sebelum pukul 06.00 WIB.
Lepas subuh, sekitar pukul 05.45 WIB, kendaraannya melenggang bebas melewati pintu Tol Bekasi Timur, menyusuri Tol Cikampek-Jakarta.
"Sekarang jam tidur saya berkurang, karena harus berangkat lebih pagi," kata Fery. Biasanya, ia baru tancap gas di atas pukul 06.00 WIB.
Fery mengaku, tak ada perubahan pada arus lalu lintas di Tol Bekasi arah Jakarta. Sejumlah titik tetap macet seperti hari-hari biasa sebelum berlakunya sistem ganjil genap.
"Enggak ngaruh, jalanan tetap padat, mobil-mobil yang dari Cikampek, Karawang, dan mereka yang berangkat lebih pagi akhirnya menumpuk juga di Jatiwaringin, Halim, Cawang. Macet-macet juga," keluh Fery.
Keluhan serupa juga diucapkan Desi, seorang warga Bekasi yang bekerja di kawasan Senayan City. Sehari-hari Desi berangkat kerja pukul 08.00 WIB dengan menumpang bus perumahan yang melewati Pintu Tol Bekasi Barat.
"Seperti biasa enggak ada perubahan, macet di Halim," ucap Desi kepada Liputan6.com.
Selama dua hari pemberlakuan sistem ganjil genap di Gerbang Tol Bekasi Barat dan Tol Bekasi Timur, Desi merasa tak ada perubahan waktu tempuh dari Bekasi ke tempat kerjanya. "Sama aja, sekitar satu setengah jam baru sampai kantor," kata dia.
Efektif Mengurangi Kemacetan?
Pemerintah menerapkan sistem ganjil genap di Gerbang Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur terhitung sejak Senin, 12 Maret 2018. Aturan ini berlaku Senin sampai Jumat mulai pukul 06.00 – 09.00 WIB.
Kebijakan itu dicetuskan oleh Kementerian Perhubungan melalui Peraturan Menteri No. PM 18 Tahun 2018, dan merupakan bagian dari Paket Kebijakan Penanganan Kepadatan di Tol Jakarta-Cikampek, yang terdiri dari 3 aturan yakni:
1. Pemberlakuan Lajur Khusus Angkutan Umum (LKAU) Bekasi Timur Arah Jakarta dan Bus Transjabodetabek Premium pukul 06.00-09.00 WIB pada hari Senin-Jum’at (kecuali hari libur nasional).
2. Pengaturan jam operasional angkutan barang pada pukul 06.00-09.00 WIB untuk Golongan 3, 4 dan 5 (2 arah) pada hari Senin-Jum’at (kecuali hari libur nasional).
3. Pengaturan kendaraan pribadi melalui skema ganjil genap pada akses Gerbang Tol Prioritas Bekasi Timur dan Bekasi Barat arah Jakarta pukul 06.00-09.00 WIB pada hari Senin-Jum’at (kecuali hari libur).
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, kebijakan ini untuk mengurai kepadatan kendaraan di ruas Tol Jakarta-Cikampek. Menurut dia, saat ini ruas tol tersebut sudah sangat padat. Sebagai contoh, untuk mencapai Bandung dari Jakarta membutuhkan waktu hingga enam jam.
Untuk penerapan sistem ganjil genap, masyarakat diharapkan bisa berpindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Pemerintah pun menyediakan lahan parkir dan kendaraan umum berupa bus.
Para pemilik mobil pribadi yang tidak bisa melintasi Tol Cikampek karena aturan ini, dapat memarkirkan kendaraannya di mal Bekasi. Harganya parkirnya relatif terjangkau yakni Rp 10 ribu sehari penuh. Sementara bus yang disediakan adalah bus premium yang dilengkapi AC, wifi, dan colokan listrik. Tarif bus Rp 20 ribu sekali jalan.
"Kita harus meninggalkan pikiran menggunakan mobil untuk menghindari macet," ujar Budi Karya.
Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Royke Lumowa, yakin penerapan kebijakan ini dapat mengurangi kepadatan kendaraan di dalam tol hingga 20 persen.
"Dengan dilakukannya kebijakan seperti ini, Bekasi Barat dan Bekasi Timur akan menurun level of service-nya, lebih lancar sekitar 20 persen," ujar Royke Lumowa di Gerbang Tol Bekasi Barat, Senin 12 Maret 2018.
Pada hari pertama kebijakan ini diberlakukan, Senin 12 Maret, terlihat puluhan pengendara mobil bingung karena dicegat dan diminta berputar balik oleh petugas gabungan kepolisian, PT Jasa Marga, dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek di depan gerbang Bekasi Barat 1.
Mereka baru tahu aturan ganjil genap di pintu Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur mulai berlaku. Petugas hanya memperbolehkan kendaraan dengan pelat genap yang bisa masuk ke Tol Jakarta-Cikampek melalui dua pintu tol tersebut.
Pemandangan serupa juga terlihat di hari kedua, Selasa 13 Maret 2018. Sejumlah kendaraan dengan pelat genap harus putar balik mengikuti arahan petugas, karena tidak diperbolehkan memasuki pintu Tol Bekasi Barat dan Timur.
Meski aturan ini diterapkan, namun kemacetan tetap terjadi di Tol Cikampek arah Jakarta pada pukul 06.00-09.00 WIB. Seperti diungkapkan sejumlah pengguna jalan, kemacetan terjadi selepas Pintu Tol Bekasi, yakni di ruas tol Jatiwaringin/Pondok Gede, Halim, dan Cawang.
Termasuk mereka yang berangkat dari Tol Jatibening, Bekasi. Meski pemerintah belum memberlakukan sistem ganjil genap di pintu tol ini, mereka akhirnya terjebak macet juga di area Tol Jatiwaringi, Halim dan Cawang.
"Macet mulai dari Halim lebih karena sistem buka tutup pertemuan Tol Jagorawi-Cikampek," kata pengendara lainnya, Faried, yang sehari-hari berangkat dari Tol Jatibening menggunakan kendaraan pribadi ke tempat kerjanya di Jakarta.
Advertisement
Muncul Pola Baru Berkendara
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihatono mengaku, di hari kedua penerapan ganjil genap, kemacetan berkurang sekitar 30 sampai 50 persen. Dia juga mengatakan, kondisi arus lalu lintas dari pukul 06.00-09.00 WIB lancar dengan kecepatan 50 km/jam, dari yang semula 20 km/jam. Jumlah penumpang bus Transjabotabek premium juga meningkat 30 sampai 40 Persen.
Kendati demikian, perubahan ini ternyata diikuti dengan terjadinya fenomena baru. Dari data yang diperoleh, selama dua hari terakhir terjadi pergeseran jam orang berkendara dari arah Bekasi ke Jakarta, menjadi lebih pagi yakni sebelum pukul 06.00 WIB.
"Sekarang bergeser jamnya (berkendara), orang bergerak lebih pagi lagi jadi meningkatkan jumlah kendaraan. Pada jam 05.00 sampai 06.00 pagi, jumlah kendaraan naik 40 persen,” kata Bambang saat dihubungi Liputan6.com, Selasa 13 Maret 2018.
Dia merespons positif pergeseran jam ini. "Beban jadi merata. Kalau beban merata, lebih ke-maintain, lebih baik,” ucap Bambang.
Sejauh ini, kata dia, belum ada keluhan dari masyarakat terkait pemberlakuan ganjil genap dari Bekasi. "Hari pertama (diberlakukan kebijakan) justru setuju. Dari Bekasi-Cawang 45 menit, dulunya 1 jam 15 menit atau 1 jam 30 menit, artinya ada peningkatan," Bambang menjelaskan.
Munculnya pola baru yakni bergesernya jam berkendara ini juga diungkapkan Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Halim Pagarra. Berdasarkan hasil evaluasi, kata Halim, banyak kendaraan dari arah Bekasi memasuki pintu tol pada pukul 05.00 WIB.
"Sebelum jam 6 sudah padat, sudah ada penambahan (volume kendaraan) 38 persen. Jadi para pengendara menyiasatinya dengan datang atau masuk sebelum jam 6," ucap Halim.
Pergeseran jam berkendara ini, lanjut dia, mengakibatkan tidak adanya penumpukan kendaraan sebelum Pintu Tol Bekasi. "Kemarin kami keliling sama Kapolri sampai Cikampek lancar semua, kita pulang pergi lancar."
Berdasarkan hasil evaluasi hari pertama, jumlah kendaraan melintas di Gerbang Tol Bekasi Barat 1 arah Jakarta turun 30 persen dari kondisi normal yang mencapai 2.600 kendaraan. Sedangkan yang menuju Jakarta melalui GT Bekasi Barat 2 turun 38,20 persen dari kondisi normal yang mencapai 3.000 kendaraan.
Selain Gerbang Tol Bekasi Barat, Jasa Marga juga melakukan pemantauan data dari Gerbang Tol Bekasi Timur 2. Hasilnya tidak jauh berbeda, jumlah kendaraan menuju Jakarta turun 35,60 persen.
"Saat jam pemberlakuan kebijakan mencapai 1.545, ini dibanding kondisi normal yang mencapai 2.400 kendaraan," jelas General Manager PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Jakarta-Cikampek Raddy R Lukman.
Cara Kuno?
Selama uji coba aturan ini yakni hingga 23 Maret 2018, polisi tidak akan menindak pengendara yang melanggar aturan. Hal ini telah ditegaskan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. Dia meminta anak buahnya menghindari sanksi penilangan dan lebih mengedepankan tindakan persuasif.
"Sekarang masih mencoba dulu, sambil mengevaluasi titik kelemahan," kata Tito saat meninjau aturan ganjil genap di Tol Bekasi Barat, Senin 12 Maret 2018. Jika ada yang melanggar diarahkan untuk putar balik.
Rencananya sistem ganjil genap ini tidak hanya diberlakukan di Tol Jakarta–Cikampek saja. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi merestui kebijakan ini juga diterapkan di gardu tol lainnya. Salah satunya jalan tol Jakarta-Tangerang.
"Mungkin kebijakan yang sama bisa dilakukan di gerbang tol Tangerang yang ke arah barat. Paling mungkin di sana. Kalau Depok Bogor sepertinya tidak akan," kata Budi Karya di DPR RI, Selasa (13/3/2018).
Guna mengetahui berhasil tidaknya kebijakan ini, Kepala BPTJ Bambang Prihartono menyatakan akan melakukan evaluasi secara periodik. "Seminggu sekali kita akan lakukan evaluasi dan merumuskan langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk meningkatkan dampak dan efektivitasnya,” kata Bambang.
Walaupun dinilai berhasil oleh pemerintah, namun pengamat transportasi Danang Parikesit menilai sistem ganjil genap kurang cocok diterapkan di wilayah sub urban. Menurutnya, sistem ini lebih pas untuk jaringan perkotaan, karena banyak tersedia alternatif, baik rute maupun moda transportasi.
"Di jalan tol kondisi (alternatif) ini tidak ditemui. Sebenarnya kita bisa menggunakan instrumen rational pricing, karena infrastrukturnya sudah ada seperti e-ticketing, toll gate. Jadi kalau traffic-nya tinggi, harga tol lebih mahal dan sebaliknya,” ujar Profesor dari Universitas Gadjah Mada ini.
Menurut Danang, penggunaan instrumen flexible toll pricing lebih modern dibandingkan ganjil genap yang disebutnya sebagai cara kuno dan memiliki landasan konseptual yang kurang rasional.
Pengamat transportasi lainnya, Darmaningtyas, juga menyebut kebijakan ganjil genap di pintu Tol Bekasi Barat dan Timur hanya respons temporer saja terhadap masalah kemacetan di Tol Cikampek.
"Ganjil Genap itu solusi terhadap suatu permasalahan, bukan akar masalah. Yang jadi akar masalahnya adalah pembangunan tol layang dan LRT secara bersamaan," papar Darmaningtyas.
Advertisement