Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengakui ada penyidik lembaganya yang juga mendapat teror seperti Novel Baswedan, jauh sebelum peristiwa April 2017. Salah satu teror yang diterima penyidik KPK itu adalah perusakan mobil dengan disiram soda api.
"Sekitar tahun 2015, ada orang-orang tidak dikenal yang teridentifikasi bolak-balik di rumah salah satu penyidik KPK. Bahkan, mobil penyidik saat itu disiram dengan soda api sampai terjadi kerusakan," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah saat dikonfirmasi, Kamis (15/3/2018).
Febri mengatakan pihaknya telah melaporkan peristiwa tersebut kepada aparat kepolisian. Namun, hingga kini tidak ada tindak lanjut dari kepolisian terkait pengusutan kasus teror tersebut.
Advertisement
Menurut dia, kasus-kasus teror yang belum berhasil diungkap pelakunya itu tak menutup kemungkinan menimpa penyidik ataupun pegawai KPK lainnya atau kepada pihak yang bekerja dalam pemberantasan korupsi. Untuk itu, KPK berharap agar pihak kepolisiaan segera menemukan pelaku teror tersebut.
"Ini yang kami sebut berulang kali kalau pelaku teror atau pelaku serangan tidak ditemukan bukan hanya berisiko untuk pihak yang diserang pada saat itu, tapi kepada penyidik atau pegawai KPK yang lain," tuturnya.
Sebelumnya, Penyidik KPK Novel Baswedan menjalani pemeriksaan tim khusus penyerangan air keras di Komnas HAM. Dalam pemeriksaan, Novel menyampaikan ada dua orang penyidik KPK yang juga mengalami penyerangan air keras oleh orang tak dikenal.
"Penyerangan tidak hanya kepada Novel Baswedan tetapi terhadap pegawai KPK lainnya. Dua orang disiram air keras mobilnya dan ada juga perusakan barang terkait tugas dia di KPK yang sedang menyidik diduga orang kuat," kata kuasa hukum Novel, Alghiffari Aqsa, di Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa, 13 Maret 2018.
Sebelum Kasus Novel
Dia menjelaskan, penyerangan itu terjadi sebelum kasus penyiraman air keras kepada Novel terjadi. Demi keamanan, Alghiffari enggan mengungkapkan nama dua penyidik KPK yang disiram air keras.
Penyidik KPK Novel Baswedan diserang menggunakan air keras oleh orang tak dikenal, pada April 2017 usai salat subuh di masjid sekitar rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dia lalu dibawa ke Singapura untuk menjalani pengobatan matanya yang terkena air keras.
Advertisement