Sukses

Turun-temurun Menjaga Cita Rasa Leluhur di Segelas Kopi Peranakan

Awalnya perintis kedai kopi Tak Kie, Liong Kwie Tjong, menjajakan kopi hasil racikannya menggunakan gerobak.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi anak muda kekinian yang gemar mencicipi kopi, wajib hukumnya berkunjung ke salah satu kedai kopi tertua di Indonesia ini. Kedai kopi es Tak Kie namanya.

Kedai yang terletak di Gang Gloria, kawasan (Pecinan) Glodok ini telah berganti nama menjadi Jalan Pintu Besar Selatan III, jadi jangan sampai salah alamat.

Gang Gloria sudah jauh dikenal masyarakat sekitar sebagai salah satu gang dengan banyak pedagang makanan hingga buah-buahan, yang pastinya beragam jenis dan rasanya. Salah satunya yang legendaris, kedai kopi es Tak Kie.

Jika dilihat sepintas dari depan, tak begitu tampak lokasi kedai kopi ini. Bagian depan kedai tertutup oleh pedagang makanan khas China. Walau begitu, kedai kopi Tak Kie tak pernah sepi pengunjung.

Memasuki bangunan kedai kopi ini, pengunjung seakan dibawa ke masa lalu. Bentuk dan interior bangunan masih tetap dipertahankan sama dari dulu sampai sekarang. Rentetan foto-foto jadul di dinding kedai kopi ini menambah kesan kuno nan antik dari Kedai Kopi Tak Kie.

Melansir dari laman situsnya, nama Tak Kie berasal dari kata “Tak” yang artinya 'orang yang bijaksana, sederhana dan tidak macam-macam', sementara kata “Kie” berarti 'mudah diingat orang'.

Dirintis tahun 1927, kedai kopi es Tak Kie telah dikelola oleh generasi ke-3. Awalnya, perintis kedai kopi Tak Kie, Liong Kwie Tjong, menjajakan kopi hasil racikannya menggunakan gerobak. Kemudian barulah berkembang dengan menempati lokasi yang hingga kini dijadikan kedai kopi Tak Kie.

"Awal mulanya tahun 1927, kopi ini dijualnya pakai gerobak. Kakek saya dulu yang jual, terus turun-temurun ke ayah, baru ke kita. Dari gerobak ke tempat yang sekarang ini, awalnya nyewa, tapi syukurnya untuk sekarang enggak nyewa lagi," cerita salah satu pengelola kedai kopi Tak Kie, Akwang, saat ditemui Liputan6.com, di Glodok, Jakarta Barat, Kamis (15/3/2018).

Umumnya kedai kopi buka hampir 12 jam, bahkan ada yang hingga 24 jam. Namun, kedai kopi Tak Kie hanya buka lebih kurang 8 jam per hari.

"Kita buka dari jam 06.30 sampai jam 02.00 siang. Tapi kalau ada pelanggan masih duduk-duduk ngopi pas kita mau tutup, ya tetap kita tungguin, namanya juga kan kedai kopi. Jadi sehari-hari kalau tutup sekitaran jam 03.00-04.00 sore," ucapnya.

 

2 dari 3 halaman

Tak Sekadar Kopi

Akwang (58) menjelaskan kedai ini tidak hanya menjual kopi. Di sini ada juga berbagai makanan siap santap.

"Kita jual yang utama kopi, tapi ada juga makanan, kayak mi ayam, nasi tim, nasi hainam, kwetiau, sup pangsit. Tapi kalau buat muslim hanya bisa makan nasi tim ayam sama mi ayam. Tenang saja, kita masaknya terpisah, kaldunya ya kalau mi ayam pasti kita pakai kaldu ayam," ucapnya.

Beda dengan harga segelas kopi yang ditawarkan di kedai-kedai kopi racikan kopi impor yang terbilang menguras kantong, di kedai ini pengunjung hanya merogoh kocek Rp 15 ribu untuk segelas kopi hitam.

Kalau yang tidak terlalu suka pahitnya kopi hitam, bisa pesan yang ditambahkan susu. Harganya pun tidak jauh beda Rp 17 ribu. Harga makanannya pun terbilang terjangkau. Cukup merogoh kocek Rp 50 ribu, pengunjung sudah kenyang.

Kualitas kopi di kedai Tak Kie jangan ditanya lagi. Tidak ada yang berubah sejak pertama kali kemunculannya.

"Kualitas rasa kopi itu enggak ada yang berubah. Karena kita pegang prinsip turun-temurun kalau enggak boleh ada yang berubah dari kedai kopi ini. Tempatnya juga enggak kita ubah, masih sama," ujarnya.

Beberapa tokoh terkenal bahkan pernah singgah di kedai kopi legendaris ini. Akwang menyatakan, dirinya tak pernah menduga orang-orang penting di negeri ini menyempatkan diri singgah di kedai kopinya.

"Saya enggak pernah nyangka banyak tokoh penting, bahkan artis datang ke kedai ini. Ya kayak tiba-tiba aja gitu. Kalau dibilang senang pastilah. Dari kunjungan itu juga bantu promosi kedai kopi ini juga," ceritanya disertai raut bangga.

 

3 dari 3 halaman

Ikut Arus Kekinian

Mengikuti tren kekinian, kedai Kopi Tak Kie mempromosikan dirinya di berbagai media sosial, seperti Instagram @kopiestakkieglodok dan website-nya www.kopiestakkie.com

"Kalau yang promosi di Instagram terus ikut event gitu, itu kerjaan ponakan saya. Istilahnya ngikutin yang kekinian-lah," ujarnya.

Akwang, yang kini tak lagi muda, menjelaskan terkait penerus kedai kopinya. Dia berujar siapa saja dapat menjadi penerus Kedai Kopi Es Tak Kie.

"Penerus siapa aja bisa, kita kan keluarga besar ya. Sekarang biarin anak-anak sekolah setinggi-tingginya. Penerus bisa dicari," terangnya.

Berkunjung ke kawasan Pecinan Glodok di tengah teriknya panas matahari, tak ada salahnya singgah sejenak sambil menyeruput kopi es Tak Kie.