Liputan6.com, Jakarta - Keislaman Presiden Pertama RI Sukarno atau Bung Karno cukup terkenal di dunia. Bapak bangsa itu bahkan tidak segan membuat pusing negara lain demi kepentingan Islam.
Seperti pada 1961 yang menjadi puncak pergulatan Uni Soviet dengan Amerika Serikat. Kedua negara adidaya itu berlomba untuk memberi pengaruh besar bagi dunia. Bagi dua negara itu, Bung Karno punya nama besar. Pun akhirnya dibidik agar bisa memberikan dukungan.
"Nah Bung Karno itu diundang datang ke Uni Soviet supaya dianggap mendukung," tutur Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDIP Idham Samawi dalam diskusi bertema Sukarno dan Islam di Kantor DPP Taruna Merah Putih, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 15 Maret 2018.
Advertisement
Kala itu, pihak Uni Soviet menghubungi Bung Karno lewat sambungan telepon menyampaikan permohonannya. Jawabannya lantas membuat geger Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev.
"Jawaban Sukarno, Tuan Presiden, saya mau datang ke Uni Soviet kalau Anda menemukan makam Imam Bukhori. Pecah ini kepalanya Khrushchev yang Komunis ini. Suruh cari makam Imam Bukhori. Siapa ini Imam Bukhori," jelas dia.
Uni Soviet pun berjibaku mencari makam si Ahli Hadist Imam Bukhori yang sangat dihormati umat Islam di seluruh dunia. Mulailah tawar menawar terjadi lantaran pencarian itu dianggap sulit bukan kepalang.
"Jawabannya kalau zaman sekarang, sori Bro (menolak). Akhirnya ditemukan di Kota Samarkand," kata Idham.
Ziarah Makam Bukhori
Saat ditemukan, kondisinya pun cukup memprihatinkan. Makam Imam Bukhori tertutup rumput yang tingginya bahkan mencapai sekitar 3 meter. Malu-malu Khrushchev menyampaikan itu ke Bung Karno.
"Maka Bung Karno minta makam itu dipugar. Kalau nggak mau, dia mau bawa ke Indonesia dipindahkan, dimakamkan. Bahkan akan dibayar mahal, dengan emas seberat peti matinya. Akhirnya nggak mau kalah, Khrushchev gengsi, akhirnya dipugar," beber dia.
Setelah keinginannya terpenuhi, Bung Karno baru berangkat ke Uni Soviet. Namun, momen itu dimanfaatkannya untuk berziarah ke Makam Imam Bukhori di keesokan harinya, dibanding mementingkan kunjungan kenegaraan.
"Ketika Bung Karno datang ke sana, sore sampai pagi di sana dia membaca Alquran. Jadi kalau Sukarno dibilang Komunis, Marxis, jawab itu," Idham menandaskan.
Saat itu, yang boleh masuk ke Makam Imam Bukhori hanyalah orang Islam di Uni Soviet dan warga Indonesia saja. Sementara saat ini, negara Uni Soviet sudah hilang dan tercerai berai. Makam tersebut masuk di wilayah Uzbekistan.
Advertisement