Sukses

Polri Cium Agenda Terselubung atas Maraknya Isu Telur Palsu

Setyo khawatir, isu telur palsu yang bergulir dapat memicu kemerosotan tingkat konsumsi sumber protein itu di masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Maraknya isu telur palsu di media sosial menjadi perhatian serius Polri, termasuk Satgas Pangan. Polri menduga ada agenda terselubung di balik bergulirnya isu telur palsu yang meresahkan masyarakat tersebut.

"Mesti diwaspadai ini ada upaya-upaya jangka panjang menakuti dengan telur palsu kemudian orangtua enggak mau berikan asupan gizi dengan protein murah. Telur kan murah," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (21/3/2018).

Setyo khawatir, isu yang bergulir dapat memicu kemerosotan tingkat konsumsi telur di masyarakat. Akibatnya, generasi masa depan terancam kekurangan protein.

Padahal, telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang mudah dijangkau karena harganya relatif murah.

Setyo yang juga menjabat sebagai Satgas Pangan ini mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya terhadap isu telur palsu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi Polri dan Satgas Pangan telah menguji telur yang dicurigai palsu di laboratorium. Hasilnya, telur tersebut asli.

"Kalau ditemukan ada telur diduga palsu, segera ke dinas atau kementerian (Pertanian) terdekat. Saya meyakini tidak ada telur palsu," kata dia.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Omzet Anjlok

Dampak lain akibat maraknya isu telur palsu adalah dapat mengganggu stabilitas ekonomi negara. Menurut Setyo, omzet produksi telor di Tanah Air telah turun cukup tinggi, mencapai 30 hingga 40 persen.

"Kalau (isu) ini diterima, peternak akan hancur, berdampak ke tenaga kerja, kalau berdampak ke tenaga kerja berpengaruh ke ekonomi," ucap Setyo.

Karena itu, Satgas Pangan akan menggandeng Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri untuk mengusut maraknya penyebaran isu telur palsu tersebut. Mereka akan menggali motif penyebaran isu yang meresahkan itu.

Polri juga menelusuri adanya kemungkinan aktor intelektual di balik penyebaran hoakas pangan tersebut. "Dan ini tolong kalau menemukan itu (isu telur palsu) jangan disebarkan. Dicek dulu ke pihak yang berkompeten," Setyo memungkasi.