Liputan6.com, Jakarta Para Pekerja Migran Indonesia (PMI) bermasalah yang berada di tempat penampungan sementara (shelter) di Amman, Yordania mendapatkan berbagai pelatihan keterampilan kerja. Pelatihan keterampilan kerja ini diharapkan menjadi bekal bagi mereka untuk berwirausaha mandiri saat pulang ke tanah air.
“Berbagai kegiatan pelatihan ketrampilan kerja dan pembinaan jasmani dan rohani diharapkan bermanfaat bagi para pekerja sekembalinya ke tanah air. Ini adalah salah satu wujud hadirnya negara dalam pelindungan PMI di Yordania” kata Dubes RI untuk Yordania Andy Rachmianto dalam keterangan pers Biro Humas Kemnaker di Jakarta pada Rabu (28/3).
Pelatihan keterampilan yang diberikan kepada PMI antara lain membuat produk makanan home industry, yaitu membuat kue, tahu, tempe, telur asin serta kerajinan tangan berupa menjahit, membuat anyaman, dan kerajinan bunga-bunga kertas. Tak hanya itu, PMI pun diberikan pelatihan seni budaya dan tari tradisional Indonesia.
Advertisement
Salah satu hasil pembinaan yang dilakukan adalah latihan tari tradisional. Dalam acara Indonesian Cultural & Education Night di Hotel Le Grand, Amman (26/3), beberapa pekerja migran ikut menampilkan tari Ondel-ondel asal Betawi.
“Saat menyaksikan PMI mampu menari tarian tradisional Indonesia dengan baik dengan penuh keriangan, merupakan kebahagiaan tersendiri,” tambah Dubes Andy.
Dikatakan Dubes Andy, akses untuk mendapatkan pelatihan di shelter Griya Singgah KBRI Amman sesuai kemampuan yang dimiliki adalah salah satu amanat yang dijamin oleh undang-undang, agar mereka bisa memperoleh kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.
“Pemerintah terus memberikan pendampingan dan pembinaan ketrampilan bagi para PMI yang berada di tempat penampungan sambil menunggu penyelesaian masalah hak-hak ketenagakerjaannya yang dimediasi maupun diselesaiakan melalui pengadilan.“ kata Dubes Andy.
Penampungan Griya Singgah KBRI Amman, difungsikan untuk menampung para WNI/BHI yang sedang menghadapi masalah dilengkapi lebih dari 40 tempat tidur dan 100 loker. Saat ini terdapat 14 orang PMI yang berada di shelter TKI.
Sementara itu Atase Ketenagakerjaan (Atnaker) KBRI Amman, Suseno Hadi menambahkan dari waktu ke waktu, jumlah penghuni penampungan KBRI Amman berfluktuasi, tergantung dari kasus-kasus yang ditangani.
“Kita berupaya mempercepat penyelesaian kasus-kasus PMI agar dapat segera pulang ke tanah air. Namun secara keseluruhan jumlah penghuni shelter pun ikut menurun sejalan dengan telah dilakukannya moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia sektor informal ke Timur Tengah di tahun 2015,“ kata Atnaker Suseno.
Untuk jumlah kasus PMI di Yordania sendiri dari waktu ke waktu berangsur berkurang secara drastis. Tahun 2016 terdapat sejumlah 418 kasus, namun di tahun 2017 jumlahnya turun lebih dari 50 persen tersisa sekitar 187 kasus.
“Menurunnya jumlah kasus PMI yang tertangani oleh KBRI bukan berarti tidak ada masalah lagi. Karena menurut data Menteri Perburuhan Yordania di tahun 2017 masih tercatat 2.300 PMI yang tergolong tidak mengikuti prosedur. Dengan demikian masih diperlukan upaya serius untuk menyelesaikan permasalahan ini,“ tutup Atnaker Suseno.
(*)