Liputan6.com, Jakarta - Tepat pukul 12.00 WIB tadi, suara azan untuk salat Jumat dari pengeras suara Masjid Istiqlal berkumandang. Sejumlah laki-laki mengenakan baju koko dengan celana panjang ataupun sarung mulai memasuki kawasan masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Selang beberapa menit kemudian, terdengar Sabda Tuhan yang dilantunkan oleh lektor Gereja Katedral yang berlokasi di seberang Masjid Istiqlal, Jumat (30/3/2018).
Baca Juga
Secara bersamaan, dua rumah ibadah beda agama tersebut melaksanakan ibadah. Masjid Istiqlal melaksanakan ibadah Salat Jumat dan Geraja Katedral melaksanakan ibadah Jumat Agung.
Advertisement
Ketika lektor gereja memandu jemaah menyanyikan lagu-lagu pujian di seberang sana khatib Masjid Istiqlal juga menyampaikan khotbah Jumat.
Suara lektor dan khatib dari pengeras suara dari kedua tempat ibadah tersebut saling bersahutan dan terdengar jelas. Namun, pelaksanaan ibadah keduanya tetap berjalan dengan khidmat.
Tak hanya itu, kendati beda keyakinan, dua rumah ibadah tersebut memperlihatkan toleransi.
Seperti halnya dengan Masjid Istiqlal yang mempersiapkan lahannya untuk menempatkan kendaraan untuk para umat Kristiani yang beribadah di Gereja Katedral.
"Memang biasanya parkir itu disediakan (Masjid Istiqlal) karena kami tidak punya lokasi parkir. Biasanya untuk pelaksanaan ibadah yang kedua dan terakhir (pukul 15.00 WIB dan 18.00 WIB)," kata Humas Gereja Katedral, Susyana Suwadie di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat.
1.200 Jemaat
Sementara itu, ibadah Jumat Agung di Gereja Katedral Jakarta dihadiri 1.200 jemaat. Ibadah yang didahului Jalan Salib ini berlangsung khidmat.
Humas Gereja Katedral, Susyana Suwadie, mengatakan Jalan Salib ini merupakan visualisasi penghormatan terhadap Kristus.
"Biasanya ada tablo, tapi kali ini dibuat dalam bentuk lain, yakni visualisasi Jalan Jalib," ucapnya di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (30/3/2018).
Visualisasi ini melibatkan Orang Muda Katolik (OMK). Kurang lebih 20 anggota OMK yang tampil menyukseskan visualisasi Jalan Salib pada Jumat Agung.
Susyana menyebut, visualisasi ini terbagi dalam 14 tahap yang bertujuan untuk memulihkan kemanusiaan. Di sela-sela Jalan Salib, OMK menyuguhkan adegan yang mendeskripsikan perbedaan. Mereka juga mengajak jemaat untuk menjaga kebinekaan.
"Jadi sengaja diselipkan unsur-unsur kebinekaan karena kita membawa tema besar Paskah, yakni menerapkan Pancasila," paparnya.
Khusus penghormatan terhadap Kristus, kata Susyana, OMK naik ke atas panggung untuk mencium salib sebagai lambang Yesus telah mengorbankan dirinya untuk menebus umat manusia. Kemudian di akhir pertunjukan OMK memetik buah salib atau komuni.
"Komuni itu di mana umat memetik buah dari salib kesengsaraan Kristus dan wafatnya Kristus. Memetik buah kemenangan karena nanti Kristus akan bangkit di Hari Paskah," ujarnya.
Advertisement