Liputan6.com, Jakarta Tak hanya meninjau perkembangan proyek pembangunan Bendungan Bendo, Ponorogo, pada Jumat (30/3) pagi lalu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono juga menerima perwakilan warga terdampak proyek.
Dihadapan Menteri PUPR Basuki, warga menyampaikan aspirasi dan keluh kesahnya terkait ganti rugi lahan dan sertifikat yang belum diberikan. Begitu juga dengan fasilitas umum untuk kehidupan warga sehari-hari.
Baca Juga
Menanggapi keluhan warga, Menteri Basuki mengatakan bahwa persoalan relokasi dan ganti rugi pasti ada aturan dan prosesnya.
Advertisement
"Ini mungkin ada beberapa hal yang belum terlaksana seperti sertifikat rumah dan tanah yang belum dipindahkan, kemudian lahan-lahan pertanian untuk kehidupan mereka ke depan," ujar Menteri Basuki. Mengenai lahan pertanian, Basuki menegaskan akan mengupayakannya.
"Ini (lahan pertanian) yang harus, kalau tidak ada lahan pertanian mereka akan hidup dari mana. Itu tugas saya," kata Basuki.
Sementara soal fasilitas umum dan relokasi ditangani oleh Pemerintah Kabupaten. "Pemkab sudah menangani fasumnya, kalau ada kurang-kurang jalan, air, PU punya program itu dan akan saya bantu.
Perihal tempat tinggal dan sertifikat, Basuki mengatakan masih akan mempelajari betul masalahnya dan koordinasi dengan bupati. Karena sepengetahuan Basuki, dulunya sebelum pembangunan proyek bendungan warga menempati dari genangan dan tanah Perhutani.
"Mereka pindah dari daerah genangan, tanah perhutani. Dan dipindahkan ke tempat yang kualitasnya lebih bagus dan baik. Kalau sertifikat saya akan bilang ke Ibu Siti Nurbaya dan Bapak Sofyan Djalil," ujar Basuki.
Bendungan Bendo
Bendungan Bendo memiliki kapasitas tampungan air sebesar 43 juta meter kubik dan besar manfaatnya untuk suplai irigasi sawah-sawah seluas 7.800 hektar yang ada di Kabupaten Madiun dan Ponorogo.
Bendungan Bendo juga bermanfaat untuk pengendalian banjir di kota Ponorogo dan Kabupaten Madiun. Bendungan dengan tinggi 71 meter ini membendung Sungai Keyang yang merupakan anak sungai Bengawan Madiun (anak sungai Bengawan Solo).
Bendo juga mampu menyediakan air baku Air baku sebesar 780 liter/detik untuk domestik dan industri serta menjadi pembangkit listrik sebesar 4 MW.
Bendungan Bendo yang dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya, PT. Hutama Karya dan PT. Nindya Karya (KSO) ini memiliki nilai kontrak Rp 709,4 miliar.
Ditargetkan hingga akhir tahun ini sudah selesai 80 persen sehingga tahun 2019 ditargetkan selesai 100 persen.
(*)