Sukses

Jokowi Pidato Berapi-Api, PDIP: Untuk Memotivasi Relawan

Gaya pidatonya yang berapi-api disebut meniru Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Perreira langsung membantahnya.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi pidato dengan berapi-api di depan relawannya saat acara Konvensi Nasional Galang Kemajuan Tahun 2018 di Ballroom Puri Begawan, Bogor (7/4/2018).

Ada yang menyebut Jokowi marah menanggapi serangkaian serangan politik terhadapnya. Ada juga yang menilai gaya pidato Jokowi kemarin hanya variasi dibanding pidato-pidato sebelumnya.

Gaya pidatonya yang berapi-api disebut meniru Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Perreira langsung membantahnya. Menurutnya, Jokowi memiliki gaya sendiri dalam berpidato. Bisa bergaya lugas maupun lunak.

"Enggaklah. Artinya pak Jokowi punya style juga artinya. Ya kadang-kadang di mana dia harus tampil dengan gaya yang agak lugas di mana dia tetapi dengan gaya yang lebih soft. Ya soal gaya kan tinggal bagaimana kita memilih," kata Andreas di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/4).

Selain itu, Andreas juga menyebut Jokowi memiliki beberapa gaya pidato yang disesuaikan dengan topik dan momentum tertentu. Dia mencontohkan, Jokowi memilih menggunakan gaya yang lugas dan penuh semangat saat bertemu relawan pendukungnya.

"Kemarin kan kebetulan dia bicara di depan relawan-relawan sehingga di situ dia harus memberikan motivasi semangat gitu. Di situ kan Jokowi artinya bisa tampil dengan berbagai gaya," terangnya.

 

2 dari 2 halaman

Tanggapan Fadli Zon

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menanggapi pidato yang 'berapi-api' tersebut. Menurutnya Jokowi mulai meniru gaya pidato Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

"Ya mungkin mau niru-niru gaya pidato Pak Prabowo kali," kata Fadli

Fadli menuturkan, wajar saja jika seseorang mengubah gaya dalam berpidato seperti Jokowi. Hanya saja, Wakil Ketua DPR ini mengingatkan Jokowi lebih berhati-hati menggunakan data saat berpidato atau memberikan sambutan. Terutama terkait penghitungan utang negara.

"Itu kan sah-sah saja orang mau mengubah gayanya. Tetapi mungkin data-datanya harus lebih akurat ya. Data utang disampaikan Pak Jokowi kan juga tidak terlalu akurat. Termasuk pembayaran bunga dan pokoknya. Coba diperiksa lagi," ungkapnya. 

Reporter: Renald Ghiffari

Sumber: Merdeka.com