Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) menjalankan Program Pemuda Tani Organik Berbasiskan Kearifan Lokal pada Sabtu (7/4/2018). Program ini mulai membuahkan hasil. Mereka melakukan panen perdana padi organik di Desa Kaligerman, Kecamatan Karanggeneng, Kab. Lamongan Jawa Timur.
Panen perdana tersebut dihadiri Staf Khusus Menpora Bidang Kepemudaan, Zainul Munasichin, dan Sekretaris Dispora Pemkab Lamongan, Bambang Didik Suparto. Adapun pemuda taninya adalah Husni Mubarok bekerja sama dengan lembaga Gema Desantara.
“Padi ini betul-betul organik, 100% organik. Tidak menggunakan pupuk kimia atau insektisida sediktpun,” ujar Zainul.
Advertisement
Menurut Husni, padi organik yang ia kembangkan menggunakan pupuk organik berupa Mikroba 5 yang bahan-bahannya berasal dari alam sekitar, seperti beras, tanah pohon bambu, gula merah, batang pisang, kotoran sapi, dan air kencing kelinci untuk mengusir tikus.
“Biayanya jauh lebih murah. Sekali pembuatan Mikroba 5, langsung bisa digunakan hingga empat musim tanam. Enggak perlu biaya pupuk lagi,” ucapnya.
Husni menambahkan, mengembangkan pertanian organik punya tantangan tersendiri. Terlebih lagi, di sawah lain di sekitarnya masih menggunakan pupuk kimia.
“Sejak awal saya nanam sudah dicemooh tetangga. Padi saya kan tidak pernah hijau, kuning terus. Mereka bilang, kalau enggak kuat beli pupuk, enggak usah bertani. Saya tetap jalan terus. Padi subur itu tidak harus hijau. Itu salah kaprah. Sampai akhirnya saya bisa membuktikan hasilnya,” kata dia.
Bambang Didik Suparto mengaku senang dan menyambut baik program tersebut. Menurutnya, program ini menjadikan para pemuda tertarik menggeluti sektor petanian.
“Pemkab Lamongan mendukung sekali. Sudah terbukti hasilnya. Ini perlu diperkuat dengan kebijakan dan regulasi baik pusat maupun daerah, agar bisa massive dan Mas Husni tidak sendiran,” ujarnya.
Sebagai informasi, progam Pemuda Tani Kemenpora diselenggarakan di 10 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah peserta binaan 1.000 pemuda. Program ini bagian dari regenerasi petani yang terus mengalami krisis akibat minimnya pemuda yang mau menggeluti profesi petani.
(*)