Sukses

Ketua Umum PPP Sebut Prabowo Pernah Temui Jokowi Bahas Cawapres

Menurut Ketua Umum PPP, Prabowo juga pernah dua kali bertemu Jokowi pada November 2017 lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PPP Romahurmuziy mengungkapkan, utusan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pernah menemui Joko Widodo atau Jokowi pada Selasa 27 Maret lalu. Utusan Prabowo itu menanyakan kemungkinan Prabowo menjadi calon wakil presiden Jokowi.

Saat Romi menanyakan hal itu kepada Jokowi, Presiden ke-7 RI itu, kata Romi, mengaku tidak bisa memberikan jawaban dan harus meminta persetujuan pimpinan partai-partai pendukungnya.

"Jadi saya hanya bisa mengatakan beri waktu. Ternyata Pak Prabowo menginginkan jawabannya segera. Sehingga memang waktu itu sampai hari ini belum ada," ujar Romi di Hotel Patrajasa, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (13/4/2018).

Sebelum pertemuan terakhir, Prabowo ternyata juga pernah dua kali bertemu Jokowi pada November 2017 lalu. Dalam pertemuan itu, kata Romi, Prabowo juga sempat meminta untuk bersanding sebagai calon wakil presiden Jokowi.

"Pada saat itu Pak Prabowo menyampaikan dalam pertemuan terakhir di bulan November itu, 'saya merasa sangat terhormat di akhir perjuangan saya bisa dipinang sebagai wakil presiden'," ungkap Romi tentang permintaan itu.

Romi mengaku tidak tahu siapa yang menginisiasi gagasan tersebut, apakah Jokowi atau Prabowo. Namun Romi yakin, Jokowi yang menggagas pertemuan tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Duet Jokowi-Prabowo

Jokowi pernah menanyakan kepada Romi soal rencana menggandeng Prabowo sebagai cawapres pada Pilpres 2019 mendatang. Saat itu, Romi langsung mengatakan setuju. Namun, pimpinan partai pendukung Jokowi lainnya tak ada yang setuju.

Menurut Romi, dia setuju duet Jokowi-Prabowo di Pilpres 2019 karena pertama, bergabungnya Jokowi-Prabowo akan terjadi aklamasi nasional. Kedua, untuk menjaga keutuhan bangsa.

Sebab berkaca pada pertarungan antara Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2014, rakyat Indonesia terbagi menjadi dua kubu yang saling berkelahi dan mencaci maki. Kondisi itu terjadi dalam waktu lama.

Alasan selanjutnya adalah memberikan pendidikan bahwa seorang pemimpin itu tidak harus saling menjatuhkan, tetapi bisa juga saling membutuhkan.

"Karena semua survei kalau Jokowi-Prabowo bersatu, maka di atas 70 persen," tutur Romi.

Reporter: Renald Ghiffari