Sukses

Soeharto <i>Lengser</i>, Habibie Presiden Ketiga

Penguasa Orde Baru, Soeharto, akhirnya mengundurkan diri dari jabatan presiden alias lengser keprabon. Wapres B.J. Habibie pun menggantikan Soeharto secara otomatis. Mahasiwa bersukacita.

Liputan6.com, Jakarta: Tekanan demi tekanan datang bertubi-tubi ke pundak Soeharto. Bahkan, usulan pembentukan Komite Reformasi-nya tak memperoleh dukungan. Akhirnya, tepat pukul 09.05 WIB pada empat tahun silam, penguasa Orde Baru yang berkuasa sejak 32 tahun mengundurkan diri. "Saya memutuskan dan menyatakan berhenti dari jabatan Presiden Republik Indonesia terhitung sejak saya bacakan pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," ucap Soeharto, dengan nada lirih dan kepala tertunduk di Istana Merdeka, Jakarta Pusat.

Tak lama berselang, Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie secara otomatis menjadi Presiden ketiga RI. Dan dia langsung mengangkat sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung Sarwata. Banyak tokoh menyambut peristiwa ini dengan suka cita, meski sejumlah kalangan mempertanyakan dasar pengangkatan Habibie sebagai presiden yang dikatakan Soeharto sudah sesuai Pasal 8 Undang Undang Dasar 1945.

Sementara di Gedung DPR/MPR, sekitar 50 ribu mahasiswa menyambut pengunduran diri Soeharto dengan sukacita. Mereka berteriak histeris, berpelukan. Bahkan, tak sedikit yang menceburkan diri ke kolam air mancur di depan Gedung Wakil Rakyat sebagai ungkapan kegembiraan. Namun, para mahasiswa sadar, walau bukan tuntutan utama, lengser-nya Soeharto akan membuka jalan menuju reformasi total yang mereka perjuangkan.

Menjawab tuntutan reformasi yang terus menggema, Presiden B.J. Habibie mengatakan, dirinya tidak ingin menjadi presiden sampai 2003. Untuk itu, ia akan mengadakan pemilihan umum yang dipercepat, selambat-lambatnya pada pertengahan 1999. Dan pada akhir tahun 1999, MPR hasil Pemilu sudah bisa menyelenggarakan Sidang Umum untuk menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara serta memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden.

Malam harinya, para mahasiswa mengadakan renungan suci. Selain mengenang empat mahasiswa Universitas Trisakti, para Pahlawan Reformasi, mereka juga merenungkan apa yang akan dilakukan setelah Soeharto tumbang dari kursi kekuasaannya.

Hari-hari panjang yang melelahkan berlalu, lembaran sejarah baru saja dimulai. Para mahasiswa yang lelah meneriakkan reformasi dari Gedung DPR/MPR jatuh terlelap. Bila terbangun nanti, sudahkan reformasi yang mereka impikan sama dengan yang mereka saksikan? Namun, sejarah jualah yang akan mencatatnya.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)