Sukses

Pengamat: Miras Oplosan Marak karena Pengawasan Lemah

Daisy menuturkan, untuk pencegahan maraknya miras oplosan, edukasi kepada masyarakat menjadi penting.

Liputan6.com, Jakarta - Sosiolog Universitas Indonesia Daisy Indira Jasmine menyatakan, maraknya peredaran miras oplosan tidak lepas dari lemahnya pengawasan pemerintah.

"Pengawasan minuman campuran ini masih lemah larena kadang pencampuran dilakukan sendiri, tapi ada juga yang sudah diproduksi massal, seharusnya menjadi perhatian pemerintah dan pihak berwenang," ucap Daisy kepada Liputan6.com, Minggu (15/4/2018).

Daisy menuturkan, untuk mencegah maraknya miras oplosan, edukasi kepada masyarakat menjadi penting. Apalagi, ucap dia, informasi mengenai miras oplosan masih sangat minim.

"Penting untuk melakukan edukasi. Belum tentu masyarakat telah mengetahui betapa berbahayanya miras oplosan," tuturnya.

Selain itu, karena rata-rata peminum miras oplosan muncul dari kalangan masyarakat bawah dan pengangguran, maka, kata dia, baik masyarakat maupun pemerintah perlu untuk bekerja sama dalam merancang program atau kegiatan yang dapat mengurangi kesenjangan sosial.

"Program yang tepat sasaran terhadap kaum muda marjinal, kegiatan itu yang terkait pengisian waktu luang, pendidikan, pekerjaan," kata Daisy.

Di lain pihak, menurut Daisy, pengendalian terhadap industri miras oplosan juga perlu dilakukan agar apa yang dikonsumsi masyarakat tidak berbalik membahayakan dirinya sendiri.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, hingga saat ini telah tercatat 33 korban tewas akibat miras oplosan yang tersebar di kawasan Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi).

"Ada tambahan dua orang ya dari Tangerang Selatan. Update ada 33 (orang) yang meninggal," kata Argo.