Liputan6.com, Jakarta Indonesia sebagai negara yang penduduknya mayoritas muslim tentunya memiliki potensi untuk membangun peradaban ekonomi yang lebih baik, islami dan berpihak pada rakyat. Namun, kenyataannya peradaban ekonomi yang berkembang adalah peradaban yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang non islam.
Demikianlah yang disampaikan oleh Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Soetrisno Bachir saat mengawali orasi ilmiah "Peran Umat Islam Dalam Membangun Peradaban Ekonomi" di Rakernas Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) di Ballroom, Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (21/4).
Baca Juga
Melihat Kondisi perekonomian di Indonesia saat ini, Soetrisno Bachir mengajak umat islam mengambil peran yang lebih besar dalam perekonomian Indonesia sehingga bisa mempercepat terciptanya peradaban ekonomi maju yang membuat kehidupan masyarakat lebih sejahtera adil, dan makmur.
Advertisement
"Dengan 80 persen penduduk Indonesia umat islam, mestinya kita mempengaruhi 80 persen peradaban Indonesia. Dan KB PII yang terdiri dari alumni-alumni terpelajar harus turut berperan membangun peradaban ekonomi Indonesia yang islami dan lebih maju," kata Soetrisno Bachir yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar KB PII.
Untuk membangun peradaban ekonomi yang lebih maju, Soetrisno Bachir mengungkapkan ada 5 syarat yang harus dipenuhi umat islam yakni masyarakat yang memiliki jiwa spiritual tinggi, pemberdayaan Entrepreneurship, memegang teguh profesionalisme, penguasaan teknologi, dan output looking yang berkualitas.
Indonesia, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, dikatakan oleh Soetrisno Bachir tentu memiliki jiwa spiritual yang tinggi. Dalam hal pemberdayaan Entrepreneurship, masih harus lebih didorong lagi karena jumlahnya masih kalah jauh dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan China yang maju pesat.
"Entreprenuership ini tak sebatas dunia usaha saja, tetapi memiliki semangat perubahan dan pembaruan. Umat islam harus didorong untuk memiliki nilai-nilai entreprenuership, apalagi 81 juta penduduk Indonesia merupakan generasi millenial atau berusia 17-37 tahun," kata Soetrisno Bachir.
Lebih lanjut Soetrisno Bachir menyebutkan dalam hal profesionalisme dan pengusaan teknologi menjadi syarat mutlak yang juga harus diwujudkan agar tidak ketinggalan jauh dari negara maju lainnya.
"Di bidang teknologi kita ketinggalan dengan negara-negara tetangga. Oleh karena itu, umat islam yang mayoritas ini sekolahnya harus mulai ada fokus ke arah pengusaan teknologi. Misalnya, minta beasiswa ke Jerman, Jepang dan China yang teknologinya lebih maju. Agar fokus untuk bisa menguasai teknologi," ujar dia.
Jika 4 hal ini dikolaborasikan, kata Soetrisno Bachir, maka output looking yang dihasilkan pun tentu akan sangat berkualitas dan terciptanya peradaban ekonomi yang lebih maju di Indonesia akan segera tercapai.
“Indonesia memiliki kapabilitas untuk membangun peradaban ekonomi yang lebih maju namun peran umat islam sangat dibutuhkan dalam terwujudnya peradaban baru ini karena ajaran Islam bukan hanya melakukan kegiatan beribadah. Tetapi, ajaran Islam juga harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan termasuk dalam berekonomi,” tutur Soetrisno Bachir.
Rakernas Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) 2018 diikuti hampir seluruh perwakilan pengurus KB PII yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Turut hadir dalam peresmian Rakernas KB PII, Menteri Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia, Sofyan Djalil yang juga termasuk dalam Dewan Pertimbangan PB KB PII dan Ketua Umum PB PII, Nasrullah Larada.
(*)