Sukses

HEADLINE: Taktik Parpol Gaet Artis, Masih Laku di Zaman Now?

Untuk Pemilu 2019 bakal caleg artis tersebar hampir di semua parpol, seperti PKB, PKS bahkan partai baru seperti PSI.

Liputan6.com, Jakarta - Kantor DPP Partai Kebangkitan Bangsa di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, siang itu ramai oleh wajah-wajah pesohor. Bisa dimaklumi kalau sang tuan rumah, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu PKB Marwan Djafar, tak putus menyunggingkan senyum kepada para hadirin.

Hari itu, Senin 11 Desember 2017 memang terbilang istimewa. DPP PKB menggelar acara penyerahan berkas bakal calon anggota legislatif dan deklarasi bakal caleg dari kalangan artis atau selebritas.

"Mereka semua selama ini sudah menjadi kader kita dan kini mendaftarkan diri sebagai caleg," ujar Muhaimin penuh semangat.

Sejumlah nama kondang di jagat dunia hiburan Tanah Air yang akan mendeklarasikan diri sebagai bakal caleg PKB terlihat hadir. Mereka antara lain Tommy Kurniawan, Said Saleh Bajuri, Ressa Herlambang, Yadi Sembako, Herman Seventeen, Ifan Seventeen, Mandala Abadi Sauji, dan Sandi Nayoan.

Berduyun-duyunnya artis menjadi caleg PKB memang sebuah pemandangan baru, apalagi itu dilakukan jauh-jauh dari sebelum Pemilu 2019 digelar. Padahal, yang selama ini dikenal sebagai parpol tempat bernaungnya para artis menuju kursi DPR adalah Partai Amanat Nasional (PAN).

Pada Pemilu 2014, PAN tercatat sebagai parpol dengan calon dari kalangan artis terbanyak. Ada 18 caleg artis dari PAN yang maju mengincar kursi di Senayan. Tak heran kalau kemudian ada yang mempelesetkan PAN sebagai "Partai Artis Nasional".

Namun, untuk Pemilu 2019 bakal caleg artis tersebar hampir di semua parpol, karena mereka punya alasan masing-masing. Termasuk Tommy Kurniawan, aktor dan bintang iklan yang memutuskan berlabuh di partainya Cak Imin, panggilan karib Muhaimin Iskandar.

"Saya merasa nyaman di PKB, saya merasa politik ala santrinya sangat menyamankan saya. Terus saya juga bisa kenal dengan guru-guru yang secara keilmuan luar biasa, terus enggak kaku juga, milenial banget, intinya saya sangat nyaman," tegas Tommy saat ditemui di Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat 20 April 2018.

Dia juga menampik anggapan bahwa artis masuk ke dunia politik lantaran dunia hiburan tak bisa lagi menunjang gaya hidup mereka. Bahkan, Tommy menegaskan profesi sebagai artis adalah pekerjaan paling enak dunia, baik dari sisi pendapatan maupun popularitas.

"Kita di sinetron itu gajinya gede. Tapi kan kita punya cita-cita yang lain, yaitu di dunia usaha, insyaallah kalau sudah sukses baru terjun ke politik, bisa lebih bermanfaat untuk teman-teman," ujar pria kelahiran Jakarta 15 September 1984 itu.

Penggalangan Dana Untuk Rohingya (Nurwahyunan/bintang.com)

Selain itu, menurut dia, banyaknya artis yang menjadi politikus justru akan menguntungkan kalangan artis. Alasannya, jika terpilih sebagai legislator mereka bisa memperjuangkan hak-hak artis yang selama ini belum sepenuhnya dinikmati.

"Banyak artis yang belum terlindungi dalam regulasi," ujar mantan menantu politikus senior Golkar Fadel Muhammad itu.

Karena itu, agar tak hanya dianggap sebagai pemanis, Tommy berharap rekan-rekannya sesama artis yang akan menjadi caleg untuk terus meningkatkan wawasan keilmuan serta kemampuan berdebat dan mempertahankan argumen.

"Selama ini kan kita terkenal hanya di sinetron atau dialog-dialog, tetapi orang belum menguji kita dari sisi pengetahuan. Jadi meng-upgrade diri itu penting buat teman-teman artis untuk menunjukkan kalau kita juga memiliki kemampuan," pungkas Tommy.

Alasan berbeda dipaparkan vokalis grup band Nidji, Giring Ganesha yang belakangan memutuskan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Mengaku awalnya sangat apatis terhadap masalah-masalah politik, Giring lantas menjadi tertarik setelah melihat munculnya sosok-sosok pemimpin yang menurut dia telah membawa perubahan.

"Setelah melihat ada tokoh-tokoh baru seperti Pak Jokowi, Ibu Risma, Ahok, dan Ridwan Kamil, saya merasa orang-orang ini bekerja dengan benar dan telah membawa banyak perubahan signifikan. Jadi, jika semuanya dikelola dengan baik, pasti akan berhasil," ujar Giring saat ditemui di kediamannya, Pinang Residence, Jakarta Selatan, Kamis 19 April 2018.

"Dilamar" Grace Natalie

Pucuk dicinta ulam tiba, saat ketertarikan terhadap dunia politik itu muncul, Giring diajak Ketua Umum PSI Grace Natalie untuk bergabung. Meski hanya menjadi anggota biasa di PSI, Giring tak menyia-nyiakan kesempatan itu karena punya alasan masuk ke sebuah parpol baru yang minim pengalaman.

"Simpel saja, saya ingin masuk ke sebuah partai yang belum ada perpecahan di dalamnya, belum ada faksi-faksi. Saya takutnya kalau masuk partai yang sudah stabil, nantinya hanya ingin berpolitik karena berharap dapat jabatan, itu bisa melupakan misi besar saya," jelas penyanyi kelahiran Jakarta 14 Juli 1983 itu.

Misi besar Giring itu adalah mengabdi di dunia pendidikan. Meski kerap menyuarakan soal pendidikan dalam lagu-lagunya saat masih menjadi vokalis Nidji, dia merasa itu belum cukup.

"Jadi saya punya misi besar mau masuk legislatif di Komisi X yang mengurusi pendidikan dan musik, itu passion saya banget. Saya mau bikin undang-undang dan peraturan yang membuat sistem pendidikan kita sesuai dengan zaman," ujar putra dari Djumaryo Imam Muhni, mantan wartawan foto Kantor Berita Antara.

Mimpi besar itu lagi-lagi menemukan penyalurannya, karena Giring mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi jadi anggota legislatif dari PSI.

"Yang keren dari PSI, kita itu dites untuk jadi caleg. Waktu itu gue (diuji) sama mantan Menteri Perdagangan Mari Pangestu dan pakar psikologi politik Hamdi Moeloek. Jadi waktu presentasi, gue ceritakan tentang impian gue. Pertama gue mau hapus Ujian Nasional dan menggantinya dengan ujian bakat dari kecil. Wah, itu langsung disebut tim penguji keren," cerita Giring.

Kini, dia mulai sibuk turun ke lapangan untuk bersosialisasi dengan warga di Dapil I Jabar yang meliputi wilayah Bandung dan Cimahi. Meski harus mencari dana sendiri, dia mengaku senang menjalani aktivitas barunya karena selalu mendapat sambutan antusias.

"Kebetulan saya juga punya program safari pendidikan dan internet sehat untuk si kecil. Sekarang sudah ada 10 daerah yang antre mengundang saya jadi pembicara. Tapi ya gitu, di setiap daerah jadinya makan mulu, menunya nasi jengkol. Saya memang suka banget sama jengkol," ujar Giring sambil tertawa.

Suami dari Cynthia Riza ini tak menampik bahwa latar belakangnya sebagai artis ikut membantu langkahnya menapak jalan sebagai bakal caleg PSI. Keuntungan itu berdampak ganda, baik untuk pribadi maupun untuk parpol bersangkutan.

"Menurut saya itu keuntungan ketika publik figur masuk ke partai politik. Bahkan, ada partai yang isinya artis semua, seperti PAN, Partai Artis Nasional. Itu saling mendongkrak. Saya masuk PSI, di daerah ternyata banyak yang tertarik masuk partai baru ini. Tiap datang ke daerah warga bilang 'Bang, begitu lu masuk, kita jadi tambah semangat'," cerita Giring.

Namun demikian, lanjut dia, bukan berarti dengan kepopuleran itu seorang artis yang terjun ke dunia politik akan mendapatkan semua kemudahan. Justru, rintangan yang dihadapi juga banyak.

"Rintangannya adalah menyakinkan, dan ini enggak gampang. Masih banyak orang yang beranggapan artis bisa apa?" papar tokoh Sudja dalam film Sang Pencerah itu.

Yang jelas, Giring sudah mantap untuk menjadi politikus. Baginya ini adalah pilihan terbaik setelah dia tak lagi berada di dunia hiburan.

"Saya sudah 15 tahun di dunia musik, saatnya grow (berkembang). Ya manusia kan kalau enggak grow, mati. Pilihannya cuma itu, grow or die. Kalau kita enggak grow, nanti mati lagi," pungkas Giring.

 

Saksikan video wawancara dengan Giring Ganesha berikut ini:

2 dari 3 halaman

Tren Caleg Artis Menurun?

Tak mau kalah dengan gebrakan PKB dan PSI, giliran Partai Keadilan Sosial yang memperkenalkan nama bakal caleg dari kalangan artis. Adalah Ahmad Adly Fairuz atau Adly Fairuz yang kini resmi menjadi bakal caleg PKS untuk Dapil Jateng I.

"Dia kader di PKS Muda. Kalau interaksi sudah lama, karena keluarganya banyak dekat dengan kita. Tapi bergabung dengan PKS Muda baru empat bulan lalu dan ditempatkan di bidang kreatif," jelas Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera saat diwawancarai, akhir pekan lalu.

Dia membantah kalau keputusan menjadikan Adly Fairuz sebagai bakal caleg adalah untuk mendulang suara dari kader yang berlatar belakang artis. Apalagi ini bukan kali pertama artis yang berlabuh di PKS dicalonkan di pemilu legislatif.

"Dulu ada Mbak Neno Warisman. Tapi PKS itu tidak jor-joran artis, sesekali ada artis bagus, kalau tidak ada juga enggak apa-apa. Kita bukan lihat status artis, tapi kapabilitasnya," tegas Mardani.

Namun, dia mengakui kalau masuknya Adly Fairuz punya kredit lebih untuk PKS lantaran latar belakang artis yang dikenal dalam sinetron Cinta Fitri itu.

"Itu nilai tambah beliau, kita malah senang beliau bergabung. Kita memang membuka 20 persen keran caleg muda. Kalau untuk DPR kota atau kabupaten maksimal berusia 25 tahun, kalau untuk provinsi maksimal 30 tahun, kalau untuk DPR itu 35 tahun. Jadi Adly bisa masuk ke DPRD provinsi," jelas Mardani.

Di sisi lain, PKS tak membedakan perlakuan untuk Adly Fairuz dengan kader PKS lainnya. Sejumlah pelatihan rutin tetap harus dilakukan bakal caleg, apa pun status atau karier dia di luar partai. Misalnnya mengikuti pengajian atau liqo yang rutin digelar.

"Ikut liqo juga dong, tapi karena kesibukan ya, kadang-kadang yang harusnya seminggu dua kali jadi semingggu sekali. Tapi enggak apa-apa, yang penting komitmennya jalan," tegas Mardani.

Sementara itu, pengamat politik Ray Rangkuti melihat Pemilu 2019 akan diikuti dengan trend penurunan caleg dari kalangan artis. Alasannya, kondisi sekarang semakin tidak relevan menjadikan artis sebagai bakal caleg akan meraup suara pemilih.

"Kenapa ada tren yang menurun? Karena makin tidak relevan dan terlihat tidak (mungkin) mendorong artis akan mendongkrak suara. Jadi tidak seperti dulu, kan kalau ada artis jadi perbincangan, jadi sorotan. Kalau sekarang orang melihatnya biasa-biasa saja, orang melihat sudah biasa dan ukuran orang sekarang bukan artis, tapi soal kinerja dan kemampuan," jelas Ray di Jakarta akhir pekan lalu.

Menurut dia, menurunnya tren caleg artis bisa diikuti dari data yang ada. Jika pada Pemilu 2004 sejumlah artis mulai mendekat ke partai politik, maka puncaknya adalah pada Pemilu 2009. Tahun itu artis berbondong-bondong masuk partai politik untuk mendapatkan kursi di legislatif. Sedangkan pada 2014 angka itu makin menurun.

"Kalau dilihat yang sekarang ini memang sedang menurun, setahu saya baru Giring Ganesha (Giring Nidji) yang nyata-nyata terlihat ingin masuk ke dunia politik. Ada dua faktor yang menyebabkan itu," tegas Ray.

Pertama, karena artis yang masuk partai politik tidak selalu linear dengan anggapan bahwa kalau artis itu pasti bakal terpilih. Juga kalau melibatkan artis, bahwa perolehan suara partai jadi terdongkrak, ini juga tidak benar. Kedua, di pileg dan pilkada mereka juga terlibat dan banyak yang gagal.

"Lihat saja rapor merah artis, seperti yang terakhir disumbang Zumi Zola. Akibatnya, artis bukan lagi sebagai sesuatu yang menarik perhatian publik. Orang melihatnya sama-sama juga, soal kemampuan juga tidak terlalu, prestasinya di dunia politik juga biasa-biasa saja," tegas Ray.

Idealnya menurut Ray, seorang artis yang menjadi politikus dan masuk ke Senayan bisa bertransformasi. Kalau sebelumnya dia dikenal sebagai artis yang populer, mestinya di parlemen dia juga dikenal karena prestasinya.

"Kemampuan di dunia hiburan tidak secemerlang kemampuan mereka di dunia politik. Kalau di dunia artis mereka ikon, tapi ketika masuk politik, mereka seperti orang yang tiba-tiba baru. Seperti Eko Patrio gitu, sudah di dunia politik, anggota DPR, Ketua PAN DKI, tapi populernya tetap pelawak. Sama juga dengan Desy Ratnasari, sudah jadi anggota DPR tapi tetap saja terkenalnya sebagai artis," pungkas Ray.

 

3 dari 3 halaman

Yang Melenggang dan Tersandung di 2014

Sejumlah artis atau selebritas sukses meraih peruntungan menjadi anggota DPR dalam Pemilu Legislatif 2014. Namun, tak sedikit pula yang tersandung menapak tangga gedung parlemen di Senayan. Mereka adalah sosok yang gagal mengkonversi nama besar menjadi suara di kartu pemilih.

Mereka yang lolos ke Senayan antara lain:

Anang Hermansyah

Musisi kondang ini melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR mewakili daerah pemilihan IV Jawa Timur yang meliputi Kabupaten Jember dan Kabupaten Lumajang. Anang memperoleh 37.439 suara dan jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan perolehan suara partai sebanyak 15.822 suara untuk surat suara DPR.

Dede Yusuf

Meski suara Partai Demokrat anjlok dibandingkan hasil Pemilu 2009, Dede Yusuf ternyata cukup populer untuk meraih satu dari jatah 10 kursi di daerah pemilihan Jawa Barat II (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat).

Hasil pleno KPUD, wagub Jawa Barat 2008-2013 itu bahkan meraih suara tertinggi untuk Caleg di seluruh Jabar dengan 142.608 suara. Mantan aktor laga itu akan kembali berkantor di Senayan untuk periode 2014-2019. Dede Yusuf sebelumnya pernah menjadi anggota DPR periode 2004-2009 dari Partai Amanat Nasional.

Rieke Diyah Pitaloka

Rieke melenggang mulus untuk kembali duduk di Senayan. Berdasarkan perhitungan partai, suara artis sinetron ini melebihi kuota. Kader PDIP ini masuk dalam 19 kader partai moncong putih yang duduk di kursi DPR RI.

Desy Ratnasari, Ikang Fawzi, Primus Yustisio, Lucky Hakim, dan Eko Patrio

Kelima artis tersebut melenggang ke Senayan dari PAN. Partai ini memang menjadi parpol dengan calon dari kalangan artis terbanyak di Pemilu 2014. Ada 18 Caleg artis dari PAN yang maju mengincar kursi di Senayan.

Sementara itu, Desy Ratnasari menjadi caleg nomor urut 2 di Jabar IV, Ikang Fawzi jadi caleg nomor 4 di Jabar II. Sedangkan Primus Yustisio nomor urut 2 di Jabar.

Nico Siahaan

Nico yang terkenal sebagai presenter acara televisi ini mendulang banyak suara di Kota Bandung. Nico yang maju dari PDIP mendapat suara mencapai 54 ribu.

Ricky Subagja

Dari Dapil yang sama dengan Nico, di Kota Bandung terdapat mantan atlet badminton Ricky Subagja dari NasDem yang memperoleh 29.935 suara. Bahkan capaian ini melewati perolehan suara partai yang mencapai 23.116.

Rachel Maryam

Artis kelahiran Bandung yang maju dari Dapil Jabar II ini dipastikan melaju ke Senayan. Di kota kelahirannya, caleg dari Partai Gerindra ini meraih suara tertinggi di antara caleg dari partainya di Bandung Barat. Dia meraih 16 ribu suara dari total 88 ribu suara Partai Gerindra di Bandung Barat.

 

Sementara mereka yang gagal meraih kursi DPR adalah:

Angel Lelga

Artis ini gagal menjadi anggota DPR periode 2014-2019. Perempuan yang maju sebagai calon legislator dari Partai Persatuan Pembangunan itu gagal mendulang suara di daerah pemilihan Jawa Tengah V. Dapil ini meliputi, Sukoharjo, Surakarta, Boyolali dan Klaten.

Meski hanya numpang lahir dua pekan di Solo, bagi Angel Lelga wilayah ini sangat dekat di hatinya. Itu pula sebabnya ia tak ragu bertarung di daerah pemilihan V Jawa Tengah yang dikenal sebagai Dapil neraka.

Di Dapil itu Angel Lelga ‘bertarung’ melawan Puan Maharani yang menjadi calon legislator nomor urut 1 dari PDI Perjuangan. Di nomor urut 2, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri ini memasang Aria Bima.

Inggrid Kansil

Inggrid Kansil yang juga merupakan istri dari Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan ini gagal kembali duduk di kursi Senayan. Inggrid kalah di Dapil IV Jawa Barat yaitu Kabupaten dan Kota Sukabumi.

Sementara suaminya, Syarief Hasan malah duduk kembali di kursi DPR menggantikan Inggrid. Syarief menjadi Caleg di Dapil III, Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor.

Nurul Arifin

Nurul Arifin telah duduk sebagai anggota DPR RI dan kembali mencalonkan diri di Pileg 2014. Namun kali ini dia harus gigit jari karena tak lolos. Nurul dicalonkan Golkar dari Dapil VIII Jabar meliputi Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta.

Destiara Talita

Model majalah dewasa yang juga caleg Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Destiara Talita harus mengubur impiannya menjadi wakil rakyat di Senayan. Alasannya, partainya tidak bisa menembus ambang batas 3,5 persen suara nasional. Destiara tercatata sebagai caleg PKPI dari daerah pemilihan Jabar VIII yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon dan Indramayu.

Camel Petir

Penyanyi dangdut yang pernah tersandung kasus foto vulgar ini juga gagal ke Senayan karena partainya, PKPI tidak lolos parliamentary threshold. Apalagi, pemilik nama asli Camellia Panduwinata Lubis ini bertarung di daerah pemilihan DKI Jakarta II meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Luar Negeri. Di wilayah ini banyak caleg senior yang merupakan incumbent.

Arzeti Bilbina

Salah satu model senior ini menjadi caleg artis debutan di Pemilu 2014. Melalui PKB, Arzeti mencoba peruntungannya di Dapil 1 Jawa Timur meliputi Surabaya-Sidoarjo. Meski raihan suaranya cukup lumayan (50.386 suara), Arzeti kalah bersaing dengan sesama caleg PKB yakni Saikhul Islam, yang mampu mengemas 91.211 suara dan Imam Nahrawi dengan 80.283 suara.

Keberuntungan datang pada 28 Januari 2015, ketika dia dilantik menjadi anggota DPR periode 2014-2019 dalam pergangtian antar waktu (PAW) menggantikan Imam Nahrawi yang dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga pada Kabinet Kerja.

Vena Melinda

Berstatus incumbent dan terkenal, nasib Vena Melinda di Pemilu 2014 muram seperti suara Partai Demokrat yang anjlok. Mantan Putri Indonesia itu hanya mampu mendulang dukungan di Kabupaten Blitar 11.681 suara.

Venna masih kalah tipis dibanding perolehan rival separtainya caleg Nova Riyanti Yusuf (Noriyu) sebanyak 11.990 suara yang juga gagal ke Senayan.

Ridho Rhoma

Anak dari raja dangdut Rhoma Irama ini maju sebagai caleg Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dapil Jabar V, Kabupaten Bogor. Namun, ketenaran namanya tidak ikut mendompleng suara warga untuk memilihnya. Dapil ini dikenal dapil neraka, aktivis Forum Kota Adian Napitupulu dari PDIP melanggeng mulus ke Senayan dari Dapil Ini.

Marisa Haque

Artis Marissa maju dari Partai Amanat Nasioanal (PAN). Ia gagal terpilih sebagai anggota DPRI RI melalui dapil Bengkulu II.

Iyet Bustami

Penyanyi lagu Laila Canggung dan Laksamana Raja di Laut ini gagal melaju ke DPR. Ia maju dari Dapil Provinsi Riau 1. Iyet dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) gagal merebut 1 dari 6 kursi yang tersedia dari Dapil tersebut.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Â