Liputan6.com, Sukabumi: Terbetik kabar, lambang negara burung garuda berasal dari burung elang Jawa. Pasalnya, semasa perjuangan dahulu, hewan tersebut sering dijumpai di hutan primer kawasan Pulau Jawa. Kini, jumlah burung jenis itu diperkirakan hanya tinggal beberapa puluh pasang saja di Pulau Jawa. Untuk menyaksikan cara hidup satwa langka tadi, SCTV berkunjung ke taman nasional Gunung Halimun, Sukabumi, Jawa Barat, pekan silam.
Tak gampang menyaksikan langsung liuk unik burung elang Jawa kala terbang di udara. Menurut sang penjaga hutan, untuk melihat burung ini diperlukan keberuntungan selain faktor cuaca. Burung setinggi 70 sentimeter dan rentang sayap 100 cm ini bakal keluar dari sarangnya jika lapar. Biasanya, elang bertengger di atas dahan atau terbang rendah ratusan meter dari permukaan tanah demi memburu makanan. Kelelawar, bajing, tupai, tikus, burung, dan jenis binatang reptil adalah makanan empuk buat elang.
Populasi hewan unik ini tentu saja semakin tipis. Pasalnya, hingga kini masih banyak pemburu liar yang tega menculik elang muda yang belum mahir terbang dari sarangnya. Selain itu, kawasan hutan yang menyempit dan sifat biologis elang yang hanya bertelur dua tahun sekali juga memicu kelambatan perkembangbiakan elang Jawa. Untuk melestarikan hewan ini, pemerintah diharapkan lebih giat lagi melaksanakan konservasi hutan.(MTA/Sella Wangkar, Adi Iskarpandi, dan Binsar Rahadian)
Tak gampang menyaksikan langsung liuk unik burung elang Jawa kala terbang di udara. Menurut sang penjaga hutan, untuk melihat burung ini diperlukan keberuntungan selain faktor cuaca. Burung setinggi 70 sentimeter dan rentang sayap 100 cm ini bakal keluar dari sarangnya jika lapar. Biasanya, elang bertengger di atas dahan atau terbang rendah ratusan meter dari permukaan tanah demi memburu makanan. Kelelawar, bajing, tupai, tikus, burung, dan jenis binatang reptil adalah makanan empuk buat elang.
Populasi hewan unik ini tentu saja semakin tipis. Pasalnya, hingga kini masih banyak pemburu liar yang tega menculik elang muda yang belum mahir terbang dari sarangnya. Selain itu, kawasan hutan yang menyempit dan sifat biologis elang yang hanya bertelur dua tahun sekali juga memicu kelambatan perkembangbiakan elang Jawa. Untuk melestarikan hewan ini, pemerintah diharapkan lebih giat lagi melaksanakan konservasi hutan.(MTA/Sella Wangkar, Adi Iskarpandi, dan Binsar Rahadian)