Liputan6.com, Jakarta: Pertikaian antara etnis Dayak dan Madura di Sampit, Kalimantan Tengah, diharapkan berakhir. Dengan begitu, kedua etnis yang berseteru sejak Februari 2000 ini bisa kembali hidup berdampingan dengan damai di Bumi Borneo. Hal ini tercetus saat sejumlah tokoh masyarakat Dayak yang tergabung dalam Panitia Rekonsiliasi Nasional menemui Wakil Presiden Hamzah Haz di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (27/5). Mereka menyampaikan gagasan rekonsiliasi atas pertikaian antara masyarakat Dayak dan Madura.
Kendati demikian, menurut para tokoh, formula rekonsiliasi tak dilakukan secara langsung dengan mengundang kedua belah pihak yang bertikai. Sedianya, akan ada langkah pendahuluan, berupa upacara penyeimbangan bumi untuk membersihkan Tanah Sampit dari kekuatan supranatural. Ada sekitar 200 phisor atau ahli supranatural Dayak yang dilibatkan dalam upacara itu. Mereka juga akan mendirikan patung perdamaian untuk mengingatkan orang atas sebuah tragedi yang menelan korban hingga ribuan jiwa. Patung perdamaian juga dimaksudkan agar kerusuhan serupa tak terulang lagi [baca: Pertikaian Antaretnis Pecah di Kalimantan Tengah].(SID/Tris Wijayanto dan Anto Susanto)
Kendati demikian, menurut para tokoh, formula rekonsiliasi tak dilakukan secara langsung dengan mengundang kedua belah pihak yang bertikai. Sedianya, akan ada langkah pendahuluan, berupa upacara penyeimbangan bumi untuk membersihkan Tanah Sampit dari kekuatan supranatural. Ada sekitar 200 phisor atau ahli supranatural Dayak yang dilibatkan dalam upacara itu. Mereka juga akan mendirikan patung perdamaian untuk mengingatkan orang atas sebuah tragedi yang menelan korban hingga ribuan jiwa. Patung perdamaian juga dimaksudkan agar kerusuhan serupa tak terulang lagi [baca: Pertikaian Antaretnis Pecah di Kalimantan Tengah].(SID/Tris Wijayanto dan Anto Susanto)